Shera menyuap sereal favoritnya dengan terburu-buru. Ia harus menyelesaikan sarapan paginya sebelum ibu tirinya turun dari kamar dan merusak mood paginya. Setelah selesai sarapan, ia segera mengeluarkan sepeda biru pastel kesayangannya yang baru diantar kembali oleh Pak Bara, asisten ayahnya. Ia bersyukur sepedanya masih bisa dibetulkan oleh bengkel, karena banyak kenangan yang menempel pada sepeda itu.
“Good morning, Ocean!” serunya dengan mata berbinar sambil mengikuti sepedanya yang dituntun Pak Andy menuju luar garasi. Ayahnya yang sedang menyesap kopi hangatnya sontak tersenyum kecil melihat sang putri tampak bersemangat kembali setelah 3 hari ini sepedanya menetap di bengkel.
“Ayah, Shera berangkat dulu, ya!” sang ayah meletakkan cangkir kopinya, lalu membalas uluran tangan Shera.
“Hati-hati, sweety!” Shera hanya mengacungkan jempolnya, lalu mulai mengayuh Ocean menuju NHS, sekolah barunya.
Ini hari keduanya di NHS, namun banyak sekali pasang mata yang meliriknya tajam. Tidak semua sih, ada beberapa yang meliriknya kagum. Tapi Shera tak mengidahkan semua itu.
Selepas mengunci sepedanya di pojok parkiran, ia melangkahkan kaki menuju kelasnya di lantai dua. Sialnya, karena lantai 1 merupakan sarang kelas 12, banyak murid laki-laki yang tengah menggodanya. Bahkan ada yang terang-terangan meminta nomor handphonenya. Sekali lagi, Shera tidak peduli.
“Shera!” seseorang memanggilnya. Shera menoleh dan mendapati Ayla yang jatuh tersungkur. Disana, ia melihat 3 perempuan yang tertawa puas melihat Ayla jatuh.
“Ups, gak sengaja. Makanya kalo jalan liat-liat dong,”
Tanpa banyak bicara, Shera melangkahkan kakinya menuju Ayla untuk menolong. Ia mengulurkan tangannya untuk membantu Ayla berdiri.
Setelah Ayla berdiri, Shera menatap tajam ketiga perempuan yang masih tertawa melihat kejadian tadi.
“Selle, diliatin tuh. Kayaknya ngefans sama lo,” salah satu temannya menepuk bahu perempuan yang di tengah, bisa Shera tebak, dia bosnya.
“Iya kali. Secara, dia kan kalah cantik sama Giselle,” temannya yang lain tertawa.
“Lo manusia apa setan?” pertanyaan pedas Shera membungkam tawa ketiganya, ah, bahkan lorong kelas 12 yang tadinya bising langsung senyap menonton pembelaan Shera.
“Heh, adek kelas! Sopan dikit sama gue,” Shera menaikkan sebelah alisnya lalu tersenyum sinis pada perempuan bernama Giselle.
“Harus banget gue sopan sama setan kayak lo? Cih, ogah,” beberapa berbisik-bisik kagum pada Shera karena ia berani pada Giselle.
“Lo ganggu temen gue sama aja lo berhadapan sama gue. Camkan itu, Giselle Alvira Clarence,” bulu kuduk Giselle seakan berdiri saat Shera mengucapkan nama terakhirnya yang tidak semua orang tahu, dan sekarang namanya akan menjadi perbincangan hangat siswa siswi Nebula High School.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEAN : ICE PRINCE [TAHAP REVISI TOTAL]
Teen Fiction"Don't mess with me. Because I will make you regret it, later." -Sean Aquielo Rajendra. "Remember this, I'm not afraid of you. Because you're not GOD." -Shera La Queenza. Ini tentang Sean, si manusia es menyebalkan yang dipertemukan dengan Shera, s...