CHAPTER 6

6.1K 355 0
                                    

"Darel, kau lihatkan. Dia sangat tampan!" Khayla berseru dengan binar mata sangat bahagia.

"Siapa yang tampan?" tanya seseorang dengan beberapa kantong belanja dengan label merk terkenal di depannya.

"Aku tidak akan mengenalkannya padamu, Rose. Nanti kau akan menyukainya." ujar Khayla terkikik sendiri.

"Terserah kau saja, Baby Khay..." Rose menghela nafas.

"Rose, ada yang harus kami bicarakan denganmu." Kharel menatap ragu pada Rose.

"Akan aku dengarkan..." Rose menjawab seadanya.

"Baby, kau harus istirahat, aku yakin kau pasti lelah." Darel mengelus puncak kepala adiknya.

"Baiklah, aku paham keadaannya." Khayla menghela nafas dan segera beranjak ke kamarnya menggunakan lift.

Sepeninggal Khayla, mereka bertiga masih terdiam di ruangan keluarga yang sangat luas tersebut.

"Rose." Kharel memulai.

"Ya, Kharel."

"Aku punya bukti tentang Frans yang tak baik untukmu." ujarnya to the point.

"Come on, dude. Kalau kalian tidak suka dengan hubunganku dan Frans, jangan menjelekkannya di hadapanku, aku mencintainya."

"Kau tidak mempercayai kami? Adikmu sendiri?" Darel membuka suaranya.

"Bukan tidak percaya, tapi yang kalian bilang ini tidak nyata. Apa salahnya kalian menerima Frans sebagai kekasihku? Toh aku tidak butuh restu dari kalian juga. Aku hanya butuh petsetujuan dari Mom and Dad untuk melanjut ke hubungan yang lebih serius." Rose beranjak ingin meninggalkan ruang keluarga.

"Ku harap kau berubah fikiran dengan melihat ini." Darel membanting beberapa lembar foto di atas meja sebelum Rose meninggalkan ruangan.

Mata Rose menyipit dan memilih untuk mengambil foto - foto tersebut. Frans bersama Noura, dan Frans bersama Mrs. Dee?

Rose membanting foto - foto tersebut. "Apa - apaan ini? Kalian menipuku?" Sergah Rose dengan emosi.

"Terserah kau mau mempercayai kami atau pacar sampahmu itu." Darel beranjak meninggalkan ruang keluarga menuju ke kamarnya dengan lift.

"Biar waktu yang menujukkan kejelasan semuanya, Rose. Tapi ku mohon, percayalah pada kami." Kharel ikut meninggalkan ruang keluarga dengan senyum lembutnya.

Rahang Rose mengetat. Lalu tiba - tiba senyum miringnya tercetak. "Ingatkah kalian bermain dengan siapa? Aku, Rossi Guena Alphard. Aku ratu, aku bisa mendapatkan apapun yang aku mau."

▶⚪⚫⚪◀

Meja makan di kediaman keluarga Clark tampak terlihat penuh dengan hidangan - hidangan makanan mewah. Para pelayan telah menyiapkan semua yang Tuan besar mereka perintahkan.

"Mom, kau masih ingat makanan kesukaanku?" tanya Ben berbinar menatap makanan di depannya.

"Tentu saja, Ben. Mom, bahkan masih ingat kalau kau takut dengan kucing." ujar Elina membuat semua orang di meja makan itu tertawa, kecuali Ben.

"Sekarang aku tidak takut lagi, bahkan kekasihku memelihara kucing di rumahnya." Jawab Ben enteng.

"Benarkah kau memiliki kekasih, Ben? Kenapa tidak pernah kau bawa ke rumah?" Leona sebagai Ibu dari Ben bertanya.

Ben hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal di iringi cengiran khasnya. "Akan aku kenalkan pada kalian segera." ujarnya ragu.

"Lalu, Nial. Apa kau juga sudah memiliki kekasih?" Harry -Ayah Ben- bertanya dengan seringai menggoda.

"Aku ingin lebih fokus pada kuliahku, Yah." jawabnya tersenyum tenang.

"Baiklah, kita akhiri dulu perbincangan ini. Lebih baik kita memakan hidangan yang sudah di siapkan oleh Koki handalanku sebelum makanannya dingin." Hans menghentikan pembicaraan.

Acara makan malam bersama antar keluarga Clark dan Wilson pun dimulai. Mereka memakan hidangan dengan sesekali bergurau dan membahas masa kecil Nial dan Ben. Kedua keluarga tersebut bersahabat karna awal pertemuan Hans dan Harry saat memasuki perguruan tinggi. Mereka menjalin persahabatan yang baik sampai ke anak mereka yang sudah berumur 23 tahun. Nama Clark dan Wilson memang ramai di bicarakan di dunia bisnis. Memiliki jalinan persahabatan, memiliki pewaris yang juga bersahabat, dengan cabang perusahaan dimana - mana.

Namun, keluarga Wilson memutuskan untuk pindah ke Jerman saat Ben sedang duduk di bangku sekolah menengah pertama. Harry Wilson saat itu harus turun tangan ke salah satu anak cabang perusahaannya di Jerman yang sedang mengalami pailit. Sampai sekarang, ia bisa kembali ke Amerika dan sudah kembali berjaya.

Selesai makan malam antara dua keluarga tersebut, Hans mengajak mereka berbincang di ruang keluarganya. Mereka berbincang sampai malam semakin larut. Harry pun memutuskan untuk segera pulang.

"Kapan - kapan, kalian juga harus mencicipi masakan dari Koki di rumah kami." Harry tersenyum.

"Kami akan meluangkan waktu untuk itu." ujar Hans.

"Baiklah, terima kasih untu jamuan makan malam yang tidak terduga ini. Aku kira hanya kita ber empat tanpa anak - anak, tapi ternyata Ben menemukan Nial terlebih dahulu." Leona ikut berpamitan. "Kami akan pulang." Leona mencium kedua pipi Elina.

"Kau harus mengenalkan kekasihmu pada kami juga, Ben." Hans menepuk pundak Ben seperti seorang Ayah.

"Aku akan mengajaknya jika ada kesempatan makan malam bersama kalian lagi." Ben berjalan ke mobil Ayahnya. "Dan jangan lupakan kekasih Nial, Dad. Dia sangat cantik." teriaknya segera menutup pintu sebelum Nial menatapnya dengan tatapan yang membunuh.

Mobil keluarga Wilson berlalu meninggalkan kediaman Clark. Nial menghela nafasnya. "Jangan percaya omongan, Ben." ujarnya berjalan mendahului Ayah dan Ibunya.

"Mom harap Perkataan Ben benar adanya, Nial." Elina tersenyum lembut.

"Belum saatnya, Mom. Aku kan sudah bilang ingin fokus pada kuliahku dulu." Elaknya sambil memasuki lift.

"Kau bukan seorang Gay kan, Nial?" Hans bertanya dengan senyum miringnya.

Nial hanya berdecak sebal menanggapi kalimat tanya Ayahnya.

"Kalau memang kau tidak memiliki kekasih, Mom akan dengan senang hati mengenalkanmu dengan Putri dari teman Mom. Dia cantik dan tentunya baik." Elina tersenyum menyentuh lengan Putranya.

"Aku tidak berminat, Mom." nada malas terdengar dalam kalimatnya.

Ting!

Lift terbuka. Nial segera keluar untuk menghindari obrolan yang terlalu sering mereka bahas ini.

"Dia Putri Alphard, Nial. Dia anggun seperti bunga Mawar."

"Aku bertemu dengan Putri Alphard tadi sore, dan dia masih anak - anak. Kau serius, Mom?" Nial segera beranjak memasuki kamarnya.

DARK ROSE ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang