CHAPTER 19

4.5K 250 2
                                    

Nial masih diam dengan gelas kecil yang tadinya berisi wine di tangannya. Ia kemudian menatap Rose tanpa ekspresi apapun dan kembali menuangkan wine pada gelas kecilnya lalu ia meminumnya hingga tandas.

"Nial, kau dengar apa yang aku katakan bukan?" tangan Rose sedikit menggoyangkan lengan Nial.

"Hmm..." Nial hanya bergumam dan menatap keluar jendela apartemennya.

"Kau tidak ingin menanyakan kapan atau untuk apa aku ke Jerman? Tidak mau mencegahku agar tetap di sini bersamamu?" tanya Rose dengan wajah yang sedikit memerah menahan marahnya.

Rose kemudian menyerobot botol wine dan meminumnya langsung tanpa menuangkannya pada gelas yang tadi ia ambil. Nial sendiri refleks merebut botol tersebut dari Rose.

"Kenapa kau langsung meminumnya? Kau bisa mabuk!"

"Mabuk bukan masalah besar." Rose beranjak meninggalkan sofa dan berjalan ke ranjang. "Aku meninggal pun kau tidak akan peduli." ujarnya lalu merebahkan tubuh dan menutup matanya.

Nial sendiri hanya diam dan belum beranjak dari sofa. Ia kembali menuangkan wine pada gelasnya dan menenggaknya sampai tandas juga. Ia menghela nafas dan berdiri lalu melepas bajunya. Ia meletakan bajunya ke sembarang tempat lalu ikut berbaring memeluk Rose yang masih memunggunginya.

"Aku hanya tidak siap mendengar semua itu." ujar Nial dengan mata terpejam.

"Aku lelah." jawab Rose ketus dan berusaha melepaskan pelukan Nial tapi Nial justru mempereratnya. "Aku tidak bisa bernafas, bodoh."

Nial tersenyum kecil lalu mengendurkan tangannya pada pinggang Rose. "Kita bicarakan itu nanti, aku juga lelah."

Mereka akhirnya sama - sama terlelap dengan pikiran yang sama - sama terbebani oleh satu kalimat dari mulut Rose tadi. Tidak, Rose tidak ikut terlelap. Nyaman. Sangat nyaman berada di pelukan Nial. Tapi ia justru tidak bisa memejamkan matanya dengan tenang. Ia berbalik dan menatap wajah damai Nial. Sepertinya Nial sudah tertidur. Rose mengulurkan tangannya pada rahang Nial yang sedikit di tumbuhi jambang.

"Kau tau, yang aku takutkan saat aku tidak disini adalah ada orang yang menggantikan posisiku. Entah di hatimu, atau di sini." ujar Rose menatap sedih Nial di hadapannya.

Rose mencium ujung hidung mancung Nial lalu turun pada bibir tipis tersebut. "Ku mohon jangan lakukan itu padaku." tangan Rose terulur mengelus kening Nial.

Tangan Nial merambat semakin mengeratkan pelukannya pada pinggang Rose. Membawa gadis itu semakin menyuruk pada lehernya. Menghirup aroma rambut panjang berwarna hitam tersebut dengan dalam lalu kembali membuka matanya dan mendapati Rose mengusap pipinya.

"Kau menangis?" tanya Nial menatap Rose.

Rose segera bangkit duduk. "K-kau belum tidur?" Rose balik bertanya dengan memalingkan wajahnya.

"Kau belum menjawab pertanyaanku." Nial ikut duduk berhadapan dengan Rose.

"Pertanyaan apa?" Rose belum juga menatap Nial yang sedang menatapnya intens.

Nial menghela nafas lalu meraih wajah Rose dalam kedua telapak tangan lebarnya. Ia melihat ada jejak air mata di sudut mata kanan Rose.

"Aku tidak suka menunjukan kelemahanku di hadapan semua orang." Rose menepis tangan Nial.

"Termasuk aku?"

"Ya. Semua orang tanpa terkecuali."

"Tapi bagiku kau sudah termasuk dalam bagian diriku. Apa kau tidak berpikir seperti itu?" Rose menatap Nial dengan bingung.

DARK ROSE ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang