Seorang gadis tengah termenung didalam sebuah mobil setelah mencurahkan seluruh perhatiannya pada sebuah novel di pangkuannya. Pandangannya kini teralihkan pada pemandangan hiruk pikuk keramaian diluar jendela.
Dengan tatapan kosong, gadis itu tetap memperhatikan jalanan seperti mencari sesuatu yang tak dapat terlihat oleh mata dan sangat sulit untuk di genggam. Hingga beberapa saat, karena terlalu hanyut dalam pikirannya, gadis itupun tak menyadari bahwa mobil yang di tumpanginya telah memasuki kawasan sebuah gedung sekolah.
"Non, silahkan turun, kita udah sampai sekolah"
Sapaan sang supir membuyarkan segala lamunan di pikirannya. Gadis itu mengangguk dan tersenyum pada supir pribadinya lalu turun dari mobil.
"Non, selamat belajar ya. Nanti siang bapak akan jemput Non di sini"
Gadis itu kembali mengangguk dan berjalan meninggalkan sang supir yang masih setia memperhatikan sang majikan sampai ke depan pintu masuk gedung.
"Semoga anda bahagia Nona"
Gumam sang supir sebelum berlalu meninggalkan gadis itu sendiri.
Dan disinilah gadis itu berdiri sekarang. Di depan sebuah gedung sekolah berbasis Jerman yang berdiri angkuh ditengah-tengah kota Jakarta.
Gadis itu menatap takjub bangunan besar di depannya. Manik matanya memancarkan kebahagiaan seolah-olah dirinya merasa ini hanya bunga tidur semata. Kemudian gadis itu melangkah masuk kedalam gedung dan matanya menangkap jelas papan billboard kecil didepan pintu masuk bertuliskan :
"WILLKOMEN DIE JUNGE GENERATION, VIEL GLÜCK ".
Membacanya saja membuat gadis itu tersenyum kecil.
Namun saat kakinya hendak melangkah, entah kenapa hatinya merasa ragu untuk masuk. Ingatan gadis itu seperti kembali tertarik ke masa lalu yang membuat keringat di pelipisnya sedikit keluar.
Dilihatnya keadaan sekitar apakah ada murid lain, guru atau staff yang melewati tempat itu. Tapi nyatanya tak ada seorangpun yang bisa ia mintai tolong untuk mengantarkannya keruang kelasnya. Sebetulnya gadis itu belum tau, jika dirinya melewati pintu samping gedung yang jarang di lewati siswa maupun staff di sekolah itu.
Fakta kedua yang gadis itu belum paham adalah, jika jam pelajaran di mulai, maka tak ada seorang muridpun yang akan berani berkeliaran diluar kelas jika tak mau surat panggilan orang tua berada dirumah mereka.
Tapi tak jauh dari tempat si gadis berdiri, tampak seorang murid laki-laki tengah membawa sebuah map dengan berjalan tergesa.
Namun langkahnya berhenti ketika melihat si gadis tengah berdiri didepan pintu masuk gedung dengan meremas pelan ujung rok seragamnya. Merasa penasaran, siswa itupun mendekat kearah sang gadis.
"Murid baru?" Tebak siswa itu dengan menepuk pelan pundak sang gadis.
Gadis itu sedikut kaget lalu menoleh dan mendapati seorang laki-laki tampan berseragam sama dengannya tengah tersenyum.
"A-aku cuma lagi cari kelasku" Ucap si gadis dengan suara yang sangat pelan namun masih bisa didengar murid laki-laki itu.
Seperti tebakannya, siswa itupun tersenyum dan memahami bahwa gadis didepannya itu adalah murid baru yang tengah kebingungan mencari dimana kelasnya.
"Ayo aku tunjukin" Ucap siswa laki-laki itu. Sedangkan sang gadis hanya bingung lalu mengerjapkan matanya.
"Steven" Ucap laki-laki itu dengan senyuman khasnya. Sang gadis mendongak menatap siswa itu.
"Hah?"
"Namaku Steven, dan aku adalah Ketua Organisasi di sekolah ini. Jadi aku bakal nganterin kamu sampai ke kelas. Ngomong-ngomong kamu kelas berapa?" Ucap Sandy.
![](https://img.wattpad.com/cover/139811002-288-k39676.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
HURT TO HEART ㅡ 𝐣𝐞𝐧𝐨 & 𝐲𝐞𝐣𝐢
Fanfictionᥫ᭡ kisah rumit seorang gadis yang tak sengaja terjebak lingkaran hitam percintaannya sendiri. © 𝒍𝒆𝒆 𝒋𝒆𝒏𝒐 𝒇𝒂𝒏𝒇𝒊𝒄𝒕𝒊𝒐𝒏