05

249 33 14
                                    

Seperti kata Sungwoon kemarin, Hyojung cuma butuh satu hari masokis sebelum kembali 'kesurupan' lagi. Lihat saja Hyojung sekarang yang udah nungguin Sungwoon di depan rumah sambil minum thai tea buatannya sendiri. Berjongkok depan pagar rumah Sungwoon. 

Sungwoon yang sudah melihatnya dari depan pintu hanya bisa cekikikan. Itu anak cepet banget pulihnya. Nggak tahu, sih. Bisa saja cuma luarnya aja kembali seperti semula, dalamnya belum tentu. Hyojung cuma nggak mau buat orang-orang disekitarnya khawatir, terutama keluarganya. 

Sambil mendorong motor menuju pagar, Sungwoon berdeham. "Maaf, Dek. Saya nggak punya duit receh." 

Hyojung menoleh saat mendengar suara Sungwoon. "Kalau nggak ada uang receh, saya siap nampung Bapak Presiden sama Wapres di dompet saya, kok."

"Dasar feses lo!"  ledek Sungwoon. 

"Mana ada feses cantik sama wangi begini, taplak!" Hyojung bangkit berdiri sambil mengerucutkan bibir. 

Sungwoon tersenyum. "Udah nggak masokis lagi, nih?"

Hyojung tertawa sinis, "Ha! Ngapain jadi masokis cuma gara-gara Taeyong! Kurang kerjaan! Masih banyak cowok lain yang mau sama gue!"

"Gue nggak mau." Kata-kata Sungwoon sontak menohok hati Hyojung. 

"Kok lo gitu sih!? Masa lo nggak tertarik sama gue?"

"Hmm...gimana, ya..." Sungwoon mulai sok mikir selagi menatap Hyojung dari atas sampai bawah lalu ke atas lagi. "Udah ah! Naik cepetan! Ntar telat!"

Hyojung kembali tersenyum riang dan langsung naik ke jok belakang motor Sungwoon. "CABUT, BAAANG!!"

Sungwoon hanya bisa nyengir dan langsung tancap gas ke sekolah.

Bohong kalau gue nggak mau sama lo, Jung, batin Sungwoon selama di perjalanan.

*** 

Meskipun Hyojung sudah kembali ceria, seperti tidak ada yang terjadi kemarin, pertemanannya agak sedikit merenggang. Contohnya saat di kantin. Hyojung memilih untuk duduk bersama Mijoo, Jiho, Sungwoon, juga Jaehwan, sementara Seulgi duduk bersama teman klub dancenya, yaitu Irene dan Yooa, ditambah Taeyong. Meskipun sesekali Seulgi mencuri pandang kearah Hyojung yang sibuk menggigit sedotan sambil tertawa ngakak mendengar celotehan Mijoo. 

"Gak ada permintaan maaf dari Taeyong, Jung?" tanya Jaehwan pada Hyojung. 

Alis Hyojung terangkat. "Ha? Taeyong? Taeyong itu apa? Jenis makanan apa?"

Jaehwan mendesah, "Sakit jiwa ini anak, ya. Woon, betah amat lo deketan sama Hyojung."

Sungwoon terkekeh, "Udah kebal gue."

"Wan, lo nggak ngumpul sama geng nista lo itu?" tanya Mijoo. 

"Geng nista?"

"Iya geng nista. Lo, Daniel, Ong, Hyunbin, Minhyun, sama Jonghyun. Tuh 'kan mereka lagi ngumpul di meja sana." Mijoo mengedikkan dagunya kearah sebuah meja yang ribut sama umpatan. Apalagi Daniel sama Seongwoo yang daritadi kayak cacing kepanasan sambil menatap layar hape dengan frustasi. 

"Ah, mereka main moba! Ogah gue nggak mau ikutan. Capek gue dibully mulu sama mereka gara-gara nggak bisa main!"

"Lo noob ya?" Jiho tertawa terbahak-bahak. "Payah lo!"

"Noob?" Dahi Jaehwan mengernyit. "Apaan tuh?"

"Kagak bisa main!" seru Jiho. 

"Kok lo tahu istilah noob?" tanya Jaehwan lagi. Dia sedikit bingung. Pasalnya, Jiho nggak kelihatan kayak anak-anak yang doyan main game. Di sekolah saja, Jiho cuma paling suka makan, baca novel, atau wattpad. Jarang main game di sekolah. 

To My Best(boy)friend // Ha Sungwoon ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang