Chapter Eight

36 17 17
                                    

"Beryl..." panggil gue

"Ya teh?" balas Beryl, menengok ke arah gue

"Semangat meyakinkan gue kalau gitu." kata gue sambil tersenyum, kemudian menaiki motornya

"Iya teh pasti." balas Beryl sambil tersenyum juga, Beryl pun langsung melajukan motornya

"Gue harap yang lo omongin bener, Ber. Karena gue, mulai memupuk rasa percaya ini." batin gue

***

Sesampainya di depan rumah, kulihat matahari sudah kembali ke peraduannya.

"Mau mampir dulu? Tanggung udah mau maghrib." tanya gue

"Memangnya boleh, teh?" Beryl malah bertanya kembali

"Iya, daripada lo nanti sholat maghribnya telat." jawab gue

"Kalau kayak gitu sih, aku mau." kata Beryl

"Ya udah, masukin aja motornya." balas gue, sambil berjalan terlebih dahulu

Toktoktok.. toktoktok..

"Assalamu'alaikum.." ucap gue

"Wa'alaikumsalam." balas ibu gue, sambil membuka pintu

"Mah, ada yang mampir lagi nih. " kata gue, sambil mencium tangan ibu gue

"Halo, tan. Aku ke sini lagi ga apa - apa kan?" tanya Beryl ke ibu gue

"Halo Beryl. Boleh dong, sekalian makan malam aja di sini. Nanti tante masakin yang enak. Ayo ayo masuk." kata ibu gue, menyuruh gue dan Beryl masuk

"Beryl, kamu jangan sungkan ya. Anggap aja rumah Shavia kayak rumah sendiri." kata ibu gue lagi

"Hehe siap, tan."

Di dalam rumah..

"Oh iya, lo mau minum apa?" tanya gue

"Apa aja, terserah teteh."

"Oke, gue ke dapur dulu ya." kata gue, lalu beranjak ke dapur

Aku pun langsung membuatkan lemon tea untuk Beryl, saat sedang membuat minum aku merasakan ada seseorang yang memandangiku..

"Ada apa, Beryl?" tanya gue, tetap fokus membuat minum

"Kok tau sih aku yang nyamperin?" tanya Beryl, berdiri di sebelah gue

"Kalau ibu gue, pasti ga nunggu depan pintu dulu."

"Hehe iya juga sih. Oh iya teh, aku mau nanya. Teteh anak tunggal? Kayaknya dari tadi pagi aku ga liat siapa - siapa lagi selain mamahnya teteh." tanya Beryl

"Oh, gue anak bungsu. Kakak gue yang satu kuliah, terus yang satu lagi kerja dan lagian ibu gue ga kerja." jelas gue

"Ooh gitu.. Berarti kita cocok dong teh."

"Jangan asal deh. Cocok dari mananya?"

"Sama - sama anak bungsu. Punya dua kakak juga."

"Oh iya? Lo punya dua kakak juga? Cewek atau cowok?" tanya gue, kaget

"Dua - duanya. Teteh?"

"Sama. Kakak gue juga cewek-cowok."

"Tuh kan.. Aku bilang juga kita cocok."

"Aku bilang jangan asal ngomong deh." kata gue

"Akhirnya teteh ngomong 'aku'. Gitu terus aja ya teh." kata Beryl, senang.

"Salah ngomong gue."

"Setidaknya secara tidak langsung, teteh udah mulai terima kehadiran aku. Walaupun ngomong 'aku' nya baru sekali."

DilemmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang