Chapter Three

138 26 35
                                    

"Nama teteh siapa? Kelas nya di mana?" tanya Beryl dan tetap tersenyum manis
"Sikat teroos..." goda Ubay, Rayn, dan Mischa
"Kalau lo penasaran, cari atau tanya-tanya aja. Bye." jawab gue sok misterius tapi sambil tersenyum

***

"Mimpi apa yaa gue semalem? Bisa-bisanya ga sengaja ketabrak Beryl, dipegang tangannya sama Rayn, ditahan sama Ubay, ngeliat Mischa senyum. Betapa beruntungnya gue.." pikir gue selama perjalanan ke kelas

Di kelas...

"Shav, lama banget lo beli bakso malang doang. Terus, rok lo kenapa basah gitu?" tanya Angela yang sedang memakan bekalnya

"Oh. Tadi ada insiden sedikit, ketumpahan bakso hehe." jawab gue, sedikit menutupi apa yang sebenarnya terjadi

"Oalah.. Ayo makan. Nanti keburu bel masuk lagi loh." ajak Nalla

Akhirnya bel masuk berbunyi..

"BU ERSA DATANG..." teriak Risfan

"Assalamu'alaikum." ucap Bu Ersa, berjalan memasuki kelas

"Wa'alaikumsalam." balas anak-anak 12 IPA 6

"Anak-anak, tugas kalian hari ini adalah wawancara. Temanya bebas. Paling lambat dikumpulkan 2 minggu lagi." kata Bu Ersa sambil memakai kacamatanya

"Bu, yang diwawancara itu bebas siapa aja? Terus harus ada dokumentasinya nggak bu?" tanya Mova

"Iya, yang diwawancara itu bebas siapa saja. Mau orangtua, teman atau siapapun. Dokumentasinya hanya foto dengan narasumber. Ada pertanyaan?"

Kelas hening...

"Oke, kalau tidak ada yang ingin bertanya. Sekarang kalian boleh memikirkan tema dan membuat pertanyaan-pertanyaannya." perintah Bu Ersa, lalu kembali ke meja guru dan berkutat pada buku nilainya

Toktoktok...

"Assalamu'alaikum.. Permisi bu, maaf. Ketua kelasnya dipanggil sama Bu Anne." kata seorang cowo

"Nalla!"

"Jade!"

"Cilla!" goda anak-anak cewek

"Shav, shav.. Si Beryl tuh." goda Chassie sambil menyenggol-nyenggolkan tangannya ke gue

"Ih apaan sih lo, Cha. Godain gue terus" balas gue salting, pipi gue mulai merah

"Hahaha jih merah muka lo. Salting banget nih?" goda Chassie lagi

"Udah atuh Cha. Malu gua.."

"By the way Shav, si Beryl ngeliatin lo terus itu. Kayaknya ada sesuatu ya antara lo dan Beryl?" selidik Chassie

"Nanti gue ceritain deh."

Aku pun kembali berkutat dengan tugas wawancara. Namun sekeras apapun aku berkonsentrasi, tetap saja konsentrasiku teralihkan karena Beryl. Apa benar dia melihatku terus? Ku beranikan melihat ke arah Beryl. Dan.. dia beneran melihat ke arahku. Unexpected banget ya. Aku pun memalingkan wajah, karena takut tiba-tiba pipi ini merah lagi.

"Sst teh." panggil Beryl sambil membuka pintu mau keluar, akhirnya gue balik ngeliat dia

"Hai teh." kata Beryl lagi, dia senyum ke gue diam-diam, tapi gue bingung harus berbuat apa. Karena takut ketauan anak-anak dan memicu kehebohan , gue akhirnya cuma bales tersenyum aja.

Tiba-tiba sebuah ide untuk wawancara muncul diotakku. Ayolah, bel pulang cepat berbunyi. Ada suatu hal penting yang perlu dibicarakan.

***

DilemmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang