5

1.3K 125 34
                                    

Cello menatap Michelle serius, sembari menaikkan sebelah alisnya seolah meminta penjelasan akan sikap Michelle yang tiba-tiba berubah menjadi pendiam dan menolak kehadirannya secara terang-terangan selama beberapa hari ini.

Kalau dipikir-pikir, perubahan sikap perempuan yang tengah dengan anggunnya menyeruput green tea latte di hadapannya itu berubah semenjak minggu lalu. Tepatnya, saat Cello pamit untuk pulang dan meminta maaf bahwa ia tidak dapat menepati janjinya untuk menemani Michelle menjaga Ell di rumah sakit.

"Jadi, apa aku ketinggalan satu berita penting yang membuat sikap kamu berubah seminggu ini?" Tanya Cello pada akhirnya, memecah keheningan yang tercipta diantara mereka. Oh! Cello benci sekali suasana seperti sekarang.

Michelle mengangkat santai bahunya sebagai jawaban. Perempuan itu bahkan tidak ingin repot-repot mengeluarkan sepatah kata untuk menjawab pertanyaan Cello dan lebih memilih merapikan tatanan poni baru miliknya yang membuatnya tampak lebih muda dari usianya dan menambah kadar kecantikannya di level tak terhingga.

Cello mengusap kasar wajahnya dengan kedua belah tangannya, lalu menghembuskan napasnya dengan kencang. Ia terlalu mengenal Michelle untuk mengetahui bahwa ia pasti telah melakukan kesalahan sehingga perempuan itu tidak menggubrisnya sama sekali.

"Berapa lama lagi kamu mau tahan aku disini? Hari ini aku banyak kegiatan" Michelle menampilkan ekspresi malas dan bosannya, seolah bertemu dengan Cello adalah suatu hal yang sangat membuang tenaga serta waktu berharganya.

Cello kembali menaikkan sebelah alisnya. Kali ini diikuti dengan senyum miring andalannya. Senyum yang membuat sebagian besar pengunjung wanita dan beberapa pengunjung pria di coffee shop itu menahan jeritan mereka yang ingin segera dibelai dan dipuaskan oleh Cello.

"Dasar selebriti sok kegantengan" Michelle mengunyah macaroons warna-warni yang dibelikan Cello khusus untuknya, dengan ganas.

Cello terkekeh sembari menggelengkan kepalanya. Lagi-lagi gerakan tubuhnya, mengundang kegelisahan pada pengunjung wanita.

"Ganteng adalah nama tengahku sayang, semua orang mengakuinya"

Michelle memutar bola matanya, jengah. Andai para penggemar lelaki itu mengetahui sifat menjijikkan Cello yang suka kentut sembarangan dan memiliki bau semerbak mengalahkan bangkai tikus yang sudah mati lima hari, Michelle yakin mereka semua pasti tidak akan mengelu-elukan lelaki super percaya diri yang tengah tersenyum sumringah dihadapannya ini, lagi.

"Aku traktir shopping, mau?" Tanya Cello, sembari menaik turunkan alisnya.

"Nggak" Tolak Michelle dengan tegas.

"All branded stuff, sepuasnya dan sebanyak-banyaknya? Setelah itu akan aku buatkan janji gold treatment sore nanti, dipanggil khusus kerumah kamu, supaya kamu nggak perlu pusing bermacet ria di jalan. Gimana?"

Michelle berpikir sejenak. Tawaran yang diberikan Cello kepadanya, memang terdengar sangat menggiurkan, hanya saja lelaki itu salah pilih orang. Akan lain ceritanya apabila Michelle adalah seorang gadis biasa yang dalam sekejap akan luluh hatinya begitu mendengar tawaran itu.

"No means no! Kamu lupa aku siapa?" Michelle mengangkat dagunya sedikit tinggi. Cello terkikik geli, mencoba mengikuti permainan si cantik dihadapannya.

"Mana mungkin aku lupa, Michelle kan? Anaknya Daddy Tristan yang bahkan sudah memiliki semua barang-barang branded impian semua umat saat dirinya masih berbentuk biji kacang"

Michelle salah tingkah mendengar jawaban lelaki menyebalkan itu. Bukan itu maksudnya! Dia memang berniat sombong sesekali, tapi tentunya bukan menyombongkan harta kekayaan milik orang tua nya. Maksud hati ingin menyombongkan gelar model internasionalnya, apa daya Cello si menyebalkan salah tangkap.

Once Upon a TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang