SATU

104 3 3
                                    

Kamu adalah ilusi yang seakan-akan nyata dalam duniaku ini, padahal kamu ini hanyalah imajinasi ku sendiri,
delusi yang selalu ku sukai.
Kamu adalah mimpi burukku, hingga air mataku membeku, hingga bibir ini terasa kaku.

"Apa hanya aku yang seperti ini? Atau? Diluar sana adakah? Jikalau ada tolong jumpai aku dan beritahu, sehebat luka yang ku miliki kah?"
Otakku hanya memuat kalimat itu sampai saat ini, menyesakkan, membodohi diri sendiri dengan pikiran pikiran yang dibuat buat sendiri.

Ini munafik. Sungguh, aku berusaha membuatnya merasa semuanya baik-baik saja. Meskipun yang aku rasakan saat ini adalah perasaan yang bahkan katapun tak mampu untuk mendeskripsikannya.

Terjatuh pada hati yang menurutku disitu lah tempatku, menjadikan semua keinginan menjadi kenyataan. Jatuh cinta. Ya. Jangan salahkan dia atas semua ini. Salahkan dirimu sendiri yang terlalu memantaskan diri untuk menjadikan hatinya adalah tempatmu. Bunga yang mewarnai hatimu, udara segar yang selalu menemani nafasmu. Rasanya... seperti diri inilah manusia terbahagia di alam semesta ini. Katamu  "Aku selamanya milikmu" tanpa sadar yang artinya hanya dirimu yang milikku dan aku bukan milikmu. Sakit.

Katamu "Jangan tinggalkan aku bagaimana pun keadaan nya, karena akupun berjanji pada diriku sendiri tak akan pernah aku mengatakan pergi apalagi melakukannya" Oh Tuhan dirasuki apa diriku ini hingga mempercayai dalam dalam perkataan itu.

Ya. Tidak ada patah hati yang tidak di sengaja. Patah ini, sakit ini, hancur ini karena kesengajaan yang kau buat sendiri. Sudah tau tidak akan mungkin, kenapa malah mencoba. Sejak awal sudah ku tahan untuk tidak masuk dalam kehidupanmu. Tapi melangkah juga. Dan tersesat tidak tau arah jalan kembali.

Sudah kubilang, kami berbeda. Dalam segi apapun. Tapi egoku memaksa agar segalanya bisa sama. Mencoba semuanya bisa menjadi sama. Nothing. Tidak ada. Hingga kehilangan pun tidak ada yang sama. Mengenai rasa sakit pun hanya diriku yang merasa, tidak sama bukan? Aku dengan tasbih ditanganku dan kamu dengan dupa. Ta Tuhan... Perbedaan inilah yang paling menyakitkan melebihi rasa sakit apapun... Tidak ada jalan keluar atas hal ini hanya menerima menerima menerima kenyataan bahwa ya, tidak bisa.

Teringat kembali semua perkataanmu yang mungkin bisa ku buatkan buku setebal 5000 halaman karena sampai detik ini aku masih saja mengingat semua perkataan mu.
Yang dimana di setiap halaman tak pernah tertinggal kalimat yang menyatakan 'aku mencintaimu....."

PalsuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang