san

671 91 10
                                    

Hari ini mungkin hari kesialan Syahla. Dimulai sejak ia membuka mata di pagi hari dan melihat jamnya menunjukkan pukul 6.15, sedangkan sekolah mulai pukul 7.15, jarak rumah ke sekolah 20 menit,  dan ia ingat hari ini upacara bendera,  maka jam 7 semua sudah harus dimulai. Maka secepat kilat Syahla mandi dan bersiap-siap,  lalu bergegas ke sekolah.








Namun apa? 








Memang tidak terlambat,  tapi karena terburu-buru,  ia tidak mengenakan dasi. Jadilah harus di bariskan terpisah. Kemudian hukuman yang ia terima memindahkan pot bunga yang berisi tanah gembur dari teras ke tepi lapangan. Memang tidak sendiri, tapi tangan kanan Syahla pernah cidera,  sehingga agak sulit jika mengerjakan pekerjaan berat.




Sesampainya di kelas, karena terlambat akibat hukuman tadi,  Syahla ditugaskan untuk mencatat materi dari buku ke papan tulis. Syahla bukan kidal,  lagi-lagi tangan kanannya yang jadi korban. Sebenarnya sudah nyeri tapi ia diam saja. Namun karena berhenti-berhenti, ia jadi bahan usil nya Kenta. 

"Woi,  nulisnya jangan nanggung-nanggung lah jowo!"


Syahla mendelik,  namun Kenta hanya mencibirnya di belakang sambil cekikikan.

Selanjutnya, saat istirahat. Dengan luar biasanya Syahla menyadari, selain ia tidak sempat sarapan,  uangnya pun tertinggal dan mungkin ini kesialan terparahnya, maag pun kumat. Promag yang ia bawa kemana-mana pun ternyata tinggal di tas satu lagi. Kelasnya ternyata juga sudah kosong. Mau minta tolong siapa?


Syahla meringis, ia pun menelungkupkan wajah di antara tangannya di atas meja. Menahan nyeri ditangannya, pusing yang mendera kepalanya karena kelelahan dan sakit di perutnya yang belum diisi sejak semalam. Karena malam hari ia bimbel dan melewatkan makan malam. Kalau begini,  Syahla tidak bisa menolong diri sendiri. Ia yakin jalan 2 langkah pasti ambruk.


"Heh, ngapain lo di kelas curut? sok diet lo?" Kenta manusia kurang peka , ia menarik--oh lebih terasa seperti menjambak Syahla,  sehingganya ikat rambut Syahla sudah berpindah ke tangan Kenta,  sehingga rambut sebahu Syahla yang berwarna sedikit kecoklatan itu terurai.  Kenta tertegun, rambut cewek ini benar-benar bagus.  Oh,  no, lupakan. Kenta menyadarkan dirinya sendiri.


Tapi satu hal yang mengherankan  bagi Kenta. Syahla tidak melawannya. Pasrah saja di tarik begini. Kenta heran,  biasanya di sentuh satu jari pun pasti ia mengejar Kenta. 


"Woi! Jowo!  Tidur lo?" Kenta masih dengan ke tidak pekaannya, menarik lagi rambut Syahla yang terurai itu. Masih bukan menarik, tapi menjambak, lebih keras lagi dari yang pertama.



Detik berikutnya, Kenta terkejut. Tidak,  Syahla tidak tidur. Punggungnya bergetar,  dan kini Kenta bisa mendengar isakan. 



Kenta panik. Seumur hidup, selama dengan Syahla, mau mereka ngomong jorok atau main tangan yang super kasar sekalipun cewek itu tidak pernah menangis. Dikerjai habis-habisan pun tidak pernah menangis. Pasti ada yang tidak beres. 


Kenta pun turun dari meja yang ia duduki kemudian turun untuk berjongkok, memastikan keadaan Syahla.




"Eehh?! Sya..? Lo gapapa?" Kenta menepuk pelan lengan Syahla, namun hanya isakan keras yang Kenta dapat dengar.

"Laaahh?  Lo kenapa?  Gue minta maaf deh udah jambakin lo! Jangan nangis dong!" Kenta masih tak mendapat respon.  Akhirnya pemuda berdarah jepang itu berinisiatif untuk menegakkan tubuh Syahla. Kenta tidak canggung karena ia juga cukup sering menggendong Syahla jika gadis itu terkapar waktu upacara. 

Dan kini Kenta melihat wajah dan hidung Syahla yang memerah,  bibirnya memucat dan matanya setengah tertutup tapi deras mengeluarkan air mata. Tangan kanan Syahla yang membiru dan agak membengkak pun tampak oleh mata Kenta. Pemuda itu shock berat.



"Eh?!  Lo sakit Sya?!!"

***

Press the star and leave some words if you want the next chapter! ⭐🔠

[✔️]YOU, KENTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang