empat

663 49 11
                                    

Dua hari berlalu, dan semenjak hari ulang tahunku, Genta tidak pernah lagi menggangguku. Melihatnya disekolah saja tidak pernah, apa mungkin dia benar-benar ingin mencoba mundur dariku? perasaanku jadi tidak enak memikirkannya. Terlalu banyak melamun hingga tidak terasa aku sudah sampai disekolah. Pagi ini, aku ke sekolah naik bis karena abangku ada urusan penting katanya

Saat melewati parkiran, aku melihat Genta baru saja turun dari motornya. Tatapan kami bertemu dan Genta langsung tersenyum lebar dan melambaikan tangannya kearahku? betulkah? aku tidak salah lihat kan?

Dia berjalan kearahku, aku ulangi dia berjalan kearahku, membuat jantungku menjadi tidak sehat pagi ini. Karena keasyikan memperhatikan jalannya yang seolah-olah slow motion, hinnga aku tak sadar kalau Genta sudah berdiri tepat disampingku

"Pagi Ren"
"Pagi Ta" jawabku datar, lalu mengalihkan pandanganku kedepan, seolah tidak menganggapnya ada dan biasa-biasa saja, padahal yaa..

"Bagaimana dua harinya?"
"Bagaimana apanya?"
"Kamu sehat-sehat tanpaku?"
"Sehat-sehat aja tuh"
"Aku malah kebalikannya. Waktu kamu bilang gitu dua hari yang lalu, aku jadi kepikiran. eh besoknya malah sakit dua hari, ini baru masuk sekolah lagi"
"Emang bisa gitu? kamu aja yang lebay"
"Ini serius Ren"

"Jadi? kamu milih mundur?" tanyaku memastikan. Jujur ya, aku sedikit takut bila jawaban Genta 'iya'
"Kamu mau aku mundur?"
"Yakin jatuh cintanya sama aku?"
"Yakin yakin yakin yakin yakiiiin sekalii!"
"Terserah kamu aja"
"Jadi aku dapat ijin?"
"Hm"
Genta lalu berteriak kesenangan dan menyebabkan banyak anak yang memperhatikan kami dengan berbagai macam jenis pandangan

"Hari ini tanggal berapa?" tanya Genta
"Tanggal duapuluh"
"Pinjam handphone nya dong"
tanpa bertanya apa-apa, aku memberikan handphoneku pada Genta, Genta terlihat seperti mengetik sesuatu disana, entah apa.

Ketika sampai didepan kelasku, aku segera masuk menuju mejaku. Sedangkan Genta terus berjalan menuju kelasnya

"Udah baikan sama pangeran?" ejek Diva
"Apa sih? Gak jelas"
"Hahaha, lucu deh Serena kalau lagi salting" Diva mencubit pipiku dan menggoyangkannya ke kanan dan kiri
"Nggak Div"
"Yaudah iya"

Bel masuk berbunyi, membuat seisi kelas berdecak malas, mau tidak mau mereka harus kembali melaksanakan aktivitas utama  mereka sebagai murid. Belajar.

Pikiranku kembali berantakan, untuk hal yang tidak jelas. Papan tulis yang biasanya menjadi fokusku, kini tidak kuhiraukan. Diva yang menyadari gelagat anehku, mulai tidak konsentrasi

"Ren, kenapa?"
"Ha? gapapa"
"Beneran?"
"Iya Div"
"Biasanya kan fokus, ini kok tumben menghayal?"
"Gapapa Diva"

Aku mencoba kembali fokus, walau terkadang masih terpecah.Aku pun memutuskan untuk menulis catatan dibuku agar bisa kembali fokus

"Ren" panggil seseorang ketika diriku dan ketiga temanku sedang duduk makan dikantin, eh hanya temanku yang makan, sedangkan aku hanya minum jus saja, kebetulan aku sudah makan banyak saat sarapan tadi

"Eh, Ta. Kenapa?"
"Aku mau ngomong penting"
"Penting? bilang aja"
"Gak disini. Rahasia soalnya"
"Ha? Yaudah bentar"

Aku dan Genta berjalan menjauh dari tempat duduk teman-temanku

"Kenapa Ta?"
"Duduk dulu" aku dan Genta kemudian duduk disalah satu meja kantin dekat pintu masuk

"Mau bilang apa?"
"Kamu udah makan?"
"Udah. Mau bilang apasih? jangan buang waktu"
"Bentar, aku pesen makan dulu"
"Ih, bilang sekarang dulu, makannya nanti aja"
"Aku gak bisa ngomong banyak, kalau belum makan"
"Masa sih? Yaudah cepet sana"

DesemberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang