17. Diksi

1K 56 13
                                    

Materi: Diksi
Tutor: Kak Yuli Pritania (Ig: @Yuli_Pritania)
Hari/Tanggal: Kamis, 01 Maret 2018
Pukul: 19.00 WIB
Notulen: Hidatte
Disclaimer: theWWG. WWG_Publisher

==========*****==========

🍁 Sebelumnya, maaf dulu. Sebenarnya aku rada bingung sih mau ngasih materi kayak gimana, soalnya diksi ini salah satu hal alamiah dari masing-masing penulis. Tiap orang punya gaya bercerita beda-beda. Jadi aku ngasih hal-h praktikal yang menurut aku penting aja ya. Semoga bermanfaat.

1. TELLING dan SHOWING

Sering denger istilah ini nggak? Biasanya ini bahasa para reviewer. “Terlalu banyak telling, kurang showing.”

🐾 TELLING berarti si penulis mencekoki fakta-fakta tertentu kepada pembaca dan pembaca harus menerima dengan pasrah. Sedangkan SHOWING menunjukkan alasan di balik fakta-fakta yang ada.

🍄 Contoh:
--- Dia cantik. Semua orang tahu itu. Para pemuda di sekolah mengaguminya. (TELLING: pembaca harus menerima bahwa si gadis cantik.)

--- Dia cantik. Mungkin karena alisnya yang rapi dan warna cokelat terang pada bola matanya, yang cukup asing bagi semua orang. Kudengar mereka menyebutnya hazel. Hidungnya mungil, tidak mancung dan lurus, atau apa pun yang dideskripsikan orang-orang tentang tipe wajah yang sempurna. Hidung itu terasa tepat di wajahnya. Mungkin karena bibirnya juga, melengkung tipis seperti busur panah, dengan bagian bawah yang lebih tebal dan bervolume. Bagiku, itu semua tidak terlalu penting. Dia cantik karena dia cerdas. Itulah yang menarik perhatianku pada awalnya. (SHOWING: penulis memperlihatkan kepada pembaca mengapa si tokoh ‘aku’ menganggap si gadis cantik.

2.Padanan kata untuk ‘kata’.

🍄 Contoh:
“Biarkan saja,” katanya.

🐾 ‘Kata’ bisa diganti jadi ujar, ucap, tukas, timpal, balas, seru, teriak, elak, dll. Jadi, jangan terus menggunakan kata yang itu-itu saja. Pada akhir dialog juga tidak perlu selalu diiringi kalimat seperti ini, biar tidak monoton. Atau, bisa diganti dengan deskripsi gerakan.

🍄 Contoh:
--- “Semuanya.” Sentuhan ringan ujung jemarinya di pipiku membuat wajahku memanas dan kulitku meremang. “Aku menginginkan semuanya,” dia berkata. Tatapannya tampak menilai, seolah dia masih menimbang-nimbang. “Atau tidak sama sekali,” putusnya kemudian.

3. Aku punya kebiasaan jarang menuliskan nama tokoh, baik pada narasi maupun dialog. Pada narasi bisa disiasati dengan mengganti nama menjadi: dia, gadis itu, gadis tersebut, pria itu, pria tersebut, dll. Pada dialog, semakin sedikit menyebutkan nama, menurutku semakin baik, jadi nama tokoh seakan menjadi sesuatu yang sakral.

🍄 Misal, si cowok jarang nyebutin nama si cewek, trus tiba-tiba pas lagi serius dia manggil nama si cewek, jadinya kerasa istimewa nggak? Atau semisal si cowok memanggil si cewek dengan nama yang berbeda dari panggilannya yang biasa.

🍄 Contoh gampang: Fifty Shades of Grey. Anastasia Steele biasa dipanggil Ana, tapi Grey memanggilnya Anastasia. Ini bisa memengaruhi feel pembaca juga, lho.

4. Memberi banyak deskripsi tentang sesuatu.

🍄 Contoh:
--- Kesalahannya adalah, dia membiarkan harapannya tumbuh. Harapan bahwa dia bisa mengubah pikiran pria itu. Harapan bahwa dia akan berhasil melakukannya. Dan, ketika itu tidak terjadi, itulah yang membunuhnya, bukan? Harapan.

🍄 Contoh:
--- “Saat kau menyukai seseorang, kau menyukai kebaikannya. Ketampanannya. Kalimat-kalimat yang keluar dari mulutnya. Gaya berpakaiannya. Suaranya. Caranya tersenyum. Saat kau jatuh cinta... kau memperhatikan detail-detail yang lebih kecil. Gesturnya saat grogi. Merek parfumnya. Warna iris matanya. Tekstur rambutnya. Rasa kulitnya. Irama langkah kakinya.

Kelas Menulis TheWWG (Sistem LbD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang