Setelah mengantarkan Nadia pulang kerumah nya aku pun telah sampai di rumah ku sendiri.
“Udah pulang Nak?” tanya Ibuku setelah melihat kepulanganku.
“Udah bu,” jawabku sambil menyalami dan mencium punggung tangannya.
“Mandi dulu sana, kamu mau makan apa? Kebetulan ibu gak masak nih mau keluar sama bapak dan adik-adik mu,” kata Ibu dan kulihat bapak dan adik-adik kecil menghampiri kami.
“Kakak,” kedua adikku lansung berlari menubruk ku.
“Wah pada mau kemana ni adek-adekku yang cantik dan ganteng?” tanya ku sambil mengelus kepala mereka secara bergantian.
“Mau cari makan kak,” jawab adekku yang kedua.
“Kakak ikut kan?” tanya adikku yang pertama.
“Kalian berdua ajha ya kakak mau pergi juga hehehehe,” jawabku.
“Yah kakak gak ikut sih,” protes lansung terdengar dari kedua adik ku ini.
“Hehehe udah kalian ajha ya,” kataku lagi sambil mencoba memberi pengertian pada kedua adikku yang terus memaksa aku untuk ikut bersama mereka.
“Udah udah dek kakak mu udah acara lain. Ayo makan sama ibu dan bapak ajha,” kata ibuku yang akhirnya kedua adik ku menurutinya.
“Ya udah kak ibu,ayah,sama adik-adikmu pergi dulu ya,” pamit ibuku.
“Ya bu, bawa kunci rumah kan? Soalnya nanti aku juga mau pergi,” kataku.
“Bawa kok ya,” kata ibu ku.
Akhirnya ibu,bapak,dan adik-adik ku pergi juga untuk makan bersama diluar sedangkan aku memilih untuk lansung masuk ke kamar dan membaringkan tubuh ku sejenak di atas kasur menistrahatkan tubuhku dari rasa pegal yang kurasakan setelah seharian berkerja dikantor.Dalam sepiku saat ini entah kenapa semua masa lalu kembali teringat kembali lagi, masa lalu saat aku bersama Erna yang kurasakan masih tertinggal dalam lubuk hati ku ini.
“Ayolah Zal lupain dia,” bathinku sambil mengusap rambut ku sendiri.
“Huft,” aku menghela nafasku ini untuk membantu sedikit tenang dan untuk menghilangkan semua ingatan tentangnya sampai akhirnya mata ini kurasakan berat.....
“Hai boleh aku duduk sini?” tanyanya seorang wanita kepadaku yang tengah duduk di taman dekat kampus.
“fiuh,boleh kok silahkan,” kata ku sambil mengeluarkan asap-asap dari rokok yang sedang ku nikamatin ini.
Tak kuhiraukan wanita yang berada disampingku ini karena aku memilih untuk menikmati sebatang rokok Marlboro yang tengah ku hisap ditengah tugas akhir kampus yang hampir membuat aku hampir gila merasakannya.
“Ngerokok mulu mas,” kata wanita yang berada disampingku tapi tetap tak ku hiraukan dia.
“Gak baik loh mas buat kesehatan,” lagi-lagi wanita itu berkata.
“Ya,” jawabku hanya singkat.
“Dih gitu amat jawabannya,” kata wanita itu yang membuat aku menoleh padanya.
