WELCOME TO SEOUL
Seoul, Korea Selatan. Februari 2011.
Rania tiba di Inchon Airport sekitar pukul 6 sore. Ini adalah kali pertamanya ia menginjakkan kaki di negeri yang terkenal akan budaya K-Pop dan dramanya hampir di seluruh penjuru dunia. Rania mengucap syukur berkali-kali saat keluar dari pesawat hingga menuju Arrival Gate. Sembari menunggu di kursi ia menyaksikan orang-orang yang berlalu lalang di depannya. Kebanyakan orang yang ia dapati ialah orang yang memiliki mata sipit dan rambut kemerahan disertai pakaian mereka yang serba terbuka. Sangat berbeda dengan penampilannya yang serba tertutup dan mengenakan kerudung penutup kepala. Meski menyadari akan perbedaan tersebut, niatnya tak kunjung surut untuk tetap melanjutkan studinya di Negeri Ginseng ini.
"Akhirnya aku berada di Seoul setelah perjalanan panjang ini". Katanya pada diri sendiri dengan sumringah.
"Rania-ssi (Akhiran –ssi digunakan kepada orang yang lebih tinggi derajatnya atau kepada orang yang kita hormati)". Tiba-tiba seseorang memanggilnya.
Ia menoleh dan mendapati seseorang berjalan kearahnya. Ia memakai kecamata dan jaket parka tebal selutut, namun itu tetap tidak bisa menutupi pakaian utamanya yang hanya rok mini sepanjang paha dan baju kemeja berwarna putih. Paduan khas dalam drama-drama korea.
"Annyeong haseyo. Nae ileum-eun Seo In-Ha (Selamat sore, perkenalkan nama saya Seo In Ha). Saya ditugaskan untuk menjemput anda di bandara." Jelasnya dengan bahasa Korea tepat dihadapan Rania.
Jauh sebelum memutuskan untuk melanjutkan studi ke Korea Selatan, Rania memang sudah belajar Hanguel dan bahasa Korea secara otodidak, barulah setelah memutuskan kuliah di Korea ia mendalami bahasa negeri Ginseng tersebut melalui kursus yang dilakukannya selama kurang lebih satu tahun, sehingga ia lumayan bisa bercakap dan mengerti bahasa Korea.
"Ohh.. Annyeong haseyo, Rania-mnida (Selamat sore, nama saya Rania)." Kata Rania singkat.
"Mari saya bantu membawakan barang-barangnnya." Tawar In-Ha sambil tersenyum.
"Kamsa hamnida (terima kasih)." Jawab Rania tak kalah ramah.
Rania menyadari, dia adalah suruhan Prof. Jae Ri untuk menjemputnya di Bandara. Ia ingat betul nama yang disebutkan Prof Jae Ri untuk menjemputnya di Bandara. Seo In Ha. Begitulah nama lengkapnya yang dikatakan Prof Jae Ri kepadanya lewat telepon. Prof Jae Ri adalah salah satu dosen di universitasnya sewaktu masih kuliah di Universitas Hasanuddin, Makassar. Ia dekat dengannya. Rania sudah menganggap Prof Jae Ri seperti ibunya sendiri begitupun sebaliknya, Prof Jae Ri tidak memiliki anak jadi ia sangat menyukai Rania seperti seorang anak. Hubungan mereka berawal saat Rania menawarkan diri untuk menjadi asisten Prof Jae Ri. Ia mengetahui akan besarnya minat Rania untuk kuliah di Korea Selatan hingga ia merekomendasikan beasiswa ini padanya. Meskipun awalnya ia ragu dengan alasan sudah menjalani kuliah di Universitas Hasanuddin selama hampir 2 tahun namun beliau meyakinkannya bahwa jika ia mendaftar beasiswa ini peluangnya untuk lulus lumayan besar. Dan pada akhirnya ia pun memutuskan mendaftar dan memilih melepaskan studi yag tengah dijalaninya saat itu. Ternyata berbuah manis, ia bisa di terima di salah satu Universitas di Korea Selatan tepatnya di tengah keramaian kota Seoul. Dan di sinilah ia sekarang. Memulai petualangan sekaligus mimpinya di Negeri yang terkenal akan budaya dan demam k-popnya. Meski rona bahagia tergambar jelas diwajahnya ia tidak bisa menyembunyikan kenyataan bahwa ia merasakan kedinginan yang sangat, maklum dirinya belum terbiasa dengan season di kota Seoul apalagi saat ini sedang musim salju.
Rania dan gadis yang mengaku bernama In-Ha itu melaju dengan taksi meninggalkan Inchon Airport yang separuh bangunannya di penuhi salju menuju sebuah flat sederhana tempat Rania akan tinggal selama kuliah. Yah, musim ini adalah Winter atau musim dingin. Sebagian jalanan dipenuhi salju, pamandangan yangi indah bagi Rania karena pemandangan tersebut belum pernah ia dapati di Indonesia. Ia melihat keluar jendela meski kaca mobil masih tertutup rapi namun itu tak menghalangi indahnya pemandangan kota Seoul dengan salju yang memenuhi jalanan dan bangunan-bangunanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Senja di Windy Hill
SpiritualRania-sshi, will you marry me? -Lee Jae In Ada perasaan sesak yang tiba-tiba membanjiri hatinya melihat isi gulungan yang diterbangkan kedua lampion itu. Sesak sekaligus terharu hingga membuat matanya berkaca-kaca. "Tidak mungkin." Kedua tan...