Part 4

11 3 0
                                        

Author's POV
Sinar matahari menyeruak masuk ke dalam kamar Nitha saat bibinya membuka tirai putih di jendela kamar Nitha.

"Pagi non" kata bibi Lala lembut
Bibi Lala adalah salah satu orag kepercayaan ayah Nitha, beliau tidak mempunyai suami maupun anak perempuan, tetapi beliau tidak merasa kesepian karena keluarga Nitha sudah seperti keluarganya sendiri, Bibi Lala sangat baik kepada keluarga Nitha, dia sudah mengurus Nitha sejak Nitha 2 tahun, dia sudah menganggap Nitha sebagai anak perempuannya sendiri.

"Hm" gumam Nitha tak jelas karena rasa mengantuk masih menyerangnya

"Dibawah sudah ada sarapan ya non" kata bibi Lala lagi kepadanya.

"Makasih ya bi" jawab Nitha sambil beranjak duduk ke tepi ranjangnya. Helaan napasnya terdengar pelan.

"Iya non, sama sama"

Lalu Nitha bangun dan berjalan ke kamar mandinya dan mulai mandi. Setelah selesai mandi, Nitha memakai seragamnya lalu pergi menuju ruang makan.

"Eh, si non, cepat non udah jam 7 loh ini" kata bibi Lala semangat

"Kok semangat bi?" tanya Nitha penasaran. Nitha memang sangat jarang berkata-kata lebih dari 1 sampai dua kata, tetapi untuk bibinya entah kenapa ia tidak segan untuk mengeluarkan kata-kata yang lebih dari biasanya. Nitha sangat menghargai bibinya yang sudah selalu mendampinginya. Mungkin sudah menjadi ibu pengganti?

"Senang aja non, soalnya minggu depan Tuan besar dengan Nyonya besar akan pulang" senyum bibi Lala kepada Nitha.

Nitha terkejut.

Ya Nitha terkejut, sudah 3 tahun lebih Nitha tidak pernah menatap langsung orangtuanya sendiri. Entah kenapa sudut bibir Nitha melengkung keatas tetapi hanya sedikit, namun ia merasa bahagia.
Bibi Lala ikut tersenyum melihat nona kecil nya yang sangat jarang tersenyum, tiba tiba tersenyum bahagia karena minggu depan orangtua Nitha akan pulang, tetapi beliau juga takut jikalau orangtua Nitha melupakannya dan disibukkan lagi dengan jadwal kerja mereka. Bibi Lala sangat takut memikirkan jika hal itu terjadi.

Tiba tiba saja mood Nitha naik dan ia sangat semangat menjalani sekolah, ia sangat ingin waktu satu minggu berlalu dengan cepat, Nitha belum juga menurunkan sudut bibirnya.

Nitha makan dengan cepat, lalu minum.
"Aku pergi bi" pamit Nitha kepada bibi Lala. Nitha berjalan, mengambil tangan bibinya lalu menciumnya.

"Iya hati hati non, bawa mobil sendiri atau dengan supir non?" tanya bibinya, karena biasanya Nitha jarang seperti ini, jadi tidak salah menanyakannya bukan?

"Eeemm, saya sendiri aja bi" jawab Nitha dengan senyum yg masih bertahan dibibirnya

"Pergi dulu ya bi" kata Nitha sambil melambaikan tangannya ke arah bibi Lala.
"Hati hati bawa mobilnya non" teriak bibi Lala lagi

Kemudian Nitha masuk ke dalam mobilnya lalu berangkat ke sekolah. Di sepanjang perjalanan, Nitha bersenandung lagu kesukaannya, dia sangat senang hari ini.

Saat sampai ke area sekolah, Nitha melihat gerbang sekolahnya tertutup rapat. Lalu dia melihat jam tangan nya dan menghembuskan napas, sudah jam 8 rupanya, tentu saja gerbang sudah ditutup. Biasanya Nitha pasti akan beranjak pulang dalam situasi ini, namun entah kenapa dia ingin sekolah hari ini. Dia tersenyum. Lagi

Nitha keluar dari mobilnya lalu bertanya pada security nya,
"Pak, bisa masuk?" tanya Nitha dengan nada dan wajah datar.

"Oh, non Nitha, silahkan non" kata pak security nya. Tentu saja pak security nya takut dipecat karena tidak membiarkan anak pemilik sekolah masuk.

"Makasih pak" jawab Nitha masih dengan wajah datar lalu masuk kedalam sekolah.

Disaat semua siswa siswi sedang mengadakan apel pagi, Nitha dengan santainya masuk dengan mobilnya ke lapangan parkir guru. Ia lalu keluar dan mendapat hujanan tatapan dari murid-murid dan guru-guru yang ada disana.

Bukan Nitha namanya jika tidak cuek menanggapi orang orang disekitarnya. Nitha berjalan ke barisannya yang paling belakang.

Nitha's POV
Semua orang menatapku, bahkan guru yang sedang memberi arahan dan nasihat yang menurutku tidak terlalu berguna juga, tatapan sinis tapinya. Ah yasudahlah, yang penting kedua orangtuaku akan datang minggu depan, haa aku sangat bahagi-

Bruk.

Aku terdorong jatuh hingga terjengkang kebelakang. Ada orang yang menabrakku, tapi siapa? Aku tidak mengenali wajahnya, masih dalam keadaan terduduk, sesaat aku melihat ke sekitar, tidak ada yang tertawa, tidak ada yang tersenyum, tidak ada yang menahan tawa, dan tidak ada yang menolong.

Aku bangun sendiri dan menatap mereka semua.

"Mata lo anjing" sarkasku.

Sial moodku hancur.





Please vote and comment ya
Dukung Nitha pliss 😳
Love you gais uwu




The Hurt Loves MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang