"And always right there beside him all summer long
And then the time we wake up to find that summer gone"
-Tim McGraw-
.
.
.
***Hal pertama yang aku lihat ketika membuka pintu apartemenku adalah Evan yang duduk di ruang tamuku, pria paruh baya itu duduk sambil meminum tehnya, sementata asistennya, Sofie berdiri di depannya seperti orang idiot menunggu perintah Evan.
Evan tersenyum ketika melihatku, dia mungkin sudah memasuki usia sekitar 50 tahun, perawakannya masih tegas dan tegap mungkin karena ia sangat menyukai olahraga tapi keriput di wajahnya tidak bisa dia sembunyikan. Aku sudah memberitahu bukan bahwa dia adalah seorang penulis juga, tentu malam-malamnya diisi dengan bercangkir-cangkir kopi dan suara ketikan dari komputer seperti yang selalu ku lakukan.
Aku bergidik ngeri membayangkan mungkin seperti itulah aku akan terlihat di masa depan.
Tapi, apakah aku memiliki masa depan?
Evan meletakan tehnya menyilangkan kedua kakinya siap berbicara, Sofie pasti yang membuatkan teh itu, aku benar-benar membenci orang-orang yang menyentuh barangku apalagi memasuki apartemenku tanpa izin.
"apa kau baru saja menemui psikologmu?" tanyanya, aku berjalan menghampiri evan dan duduk di kursi tidak jauh dari tempat ia duduk risih melihat Sofie, kenapa ia tidak duduk saja sih? Apalagi tatapan tanpa ekspresi itu, dia lebih mirip hewan peliharaan dari pada seorang asisten,-
"kau tidak mengangkat telfonmu, apa kau sudah setuju untuk perg-"
"mengapa kau tidak memberitahuku jika kau datang ke korea, aku bisa menjemputmu di bandara dan kita bisa bertemu diluar" potongku, berusaha menunjukan apapun yang orang normal lakukan agar Evan tidak menganggapku aneh lagi.
"kau tidak suka aku mengunjungimu?"
Tentu saja tidak suka.
"bukan begitu, mungkin saja istrimu memata-mataimu dan jika dia tau kau ada disini, aku akan mendapat masalah lagi"
Jujur saja, istri Evan memang benar-benar membenciku, bahkan dihari pertama kali aku bertemu dengannya, tatapannya sangat mengintimidasi sampai ke tahap aku ingin memasukan dia ke daftar hitam orang-orang yang akan aku bunuh tanpa harus diminta. Kebenciannya semakin menjadi saat dia memergokiku sedang bercumbu dengan anaknya dan jika sekarang dia tau suaminya sedang mengunjungi apartemenku, entah skenario terburuk apa yang akan dia lakukan terhadapku kali ini.
"aku tidak akan membiarkannya sweetheart"
Well, kamu membiarkannya selama ini.
"ini sudah 9 tahun sejak kau meninggalkan new york, apa kau tidak ingin kembali kesana lagi? Lagipula yang kau lakukan disini hanya menulis, kau bisa melakukannya disana. Aku sangat khawatir bahwa masa lalu-"
"aku baik-baik saja Evan"
Kepalaku sakit. Aku ingin sekali berteriak didepannya, mengusir mereka pergi, meminum banyak pil-pil itu dan merebahkan diriku di tempat tidur.
"aku tau psikolog yang sangat hebat disana, kau juga bisa memulai terapimu, aku hanya ingin menjauhkanmu dari hal-hal buruk Julie"
"kau berlebihan, aku sudah sejak lama meninggalkan masa laluku Evan. Aku baik-baik saja selama orang-orang itu merahasiakannya, ah dan aku bahkan memiliki kekasih"
Kekasih? Kata itu meluncur begitu saja, diriku sendiri menertawakan kebodohanku yang berbicara tanpa berfikir terlebih dahulu tapi Evan menunjukan ekspresi ketertarikan topik yang aku ciptakan.
"Ahh benarkah? Kalau begitu bisakah kita makan malam bertiga dalam waktu dekat ini?" tanyanya.
"tentu" sekarang bisakah kau pergi dan meninggalkanku sendiri?
"aku akan menginap di hotel, telfon aku jika kau membutuhkan bantuan, tidak usah terburu-buru, karena sudah terlanjur ada disini sekalian saja aku akan mengurus beberapa hak cipta buku ku"
Aku mengangguk mendengarkan penjelasan terakhirnya kemudian berdiri memberi penjelasan secara tidak langsung bahwa Evan harus pergi, Evan bergegas berjalan menuju pintu keluar diikuti Sofie dan aku, ketika hendak pergi dia berbalik kemudian memeluk serta mencium pipiku dan tersenyum.
Aku membalas senyumnya dan hatiku berdenyut nyeri melihat Evan menjauh meninggalkan apartemenku. Aku tau dengan sikapku yang memperlakukan seperti ini membuatku semakin membenci diriku sendiri. Sejauh ini Evanlah yang selalu mempertahankanku dan selalu menjaga agar aku tetap hidup.
Tapi, setelah aku menutup pintu apartemen dan menatap cangkir teh yang ditinggalkan Evan, aku bertanya-tanya
"mengapa aku menjauhkan orang-orang yang bahkan berusaha membantu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kill You | [J-Hope]
FanfictionSepanjang hidupnya Oh HanSeol telah membunuh banyak orang. Jung Hoseok menghabiskan liburan musim panasnya untuk mencari tahu penyebab kematian pacarnya, Shin RyuJin.