Moodbreaker: 7 Berkunjung

4 4 0
                                    

'Child Chance'

Sony memakirkan motornya di parkiran depan panti asuhan itu. Ia melepas helmnya dan merapikan rambut jambulnya itu. Dengan segera ia mengetuk pintu panti asuhan.

Tak lama kemudian, keluarlah seorang laki-laki yang menatap Sony dengan pandangan tak suka. "Lo Sony kan?" Tanya Sendy. Sony mengangguk ragu. Darimana cowok ini tau namanya? Padahal ia belum pernah kenal dengannya.

"Gue tau dari Lau. Kenalin gue Sendy, sahabatnya Lau. Pasti lo mau ketemu Lau kan?" Tanya Sendy dan melipat kedua tangannya didepan dada. Sony mengagguk. "Lau-nya mana?"

"Lau di rooftop. Lo tinggal naik tangga dideket taman situ." Jawab Sendy dan memberitahukan jalan menuju rooftop. Sony mengucapkan terima kasih dan segera menuju tangga dekat taman. Sedangkan Sendy menutup pintu panti, dan merasa hatinya tertusuk-tusuk.

Lau yang sedang memandang keindahan kota dari rooftop kaget melihat Sony sudah datang. "Hai, Son. Maaf aku nyuruh kamu kesini," Sony mengangguk dan duduk di sebelah Lau. "Jadi, apa yang bisa gue bantu?" Tanya Sony membuyarkan lamunan Lau.

"Jadi, aku mau minta tolong soal ini," ucap Lau sambil menyodorkan amplop dari Pak Budi pada Sony. Sony menerima sodoran amplop itu dan membaca isinya. "Emangnya inisial A.S itu petunjuk apa?" Tanya Sony. Lau menghela nafas sejenak, dan menjawab pertanyaan Sony.

"Petunjuk supaya aku bisa nyari keberadaan orang tua ku Son," lirih Lau dan matanya mulai mengeluarkan air mata. "Eh? Lau jangan nangis. Tenang gue bakal bantuin lo kok," kata Sony dan berusaha menenangkan Lau. Lau mengangguk.

Sony menyenderkan kepala Lau di bahunya. "Lo boleh nangis, Lau. Bahu gue siap sedia saat lo nangis," Lau yang mendengar itu semakin tak kuasa menahan tangisnya. Ia merasa sudah merepotkan banyak sahabat barunya itu.

Lau benar - benar merasa bersalah dan tertekan. Disisi lain dia juga bersyukur bisa berteman dengan Sony. Lelaki yang mau menerima segala kekurangannya. Selalu ada saar ia membutuhkan bantuan. Makasih Sony, gumam Lau dalam hati.

Sedangkan Sendy hanya menatap kejauhan dua insan itu dari ujung tangga. Hatinya semakin berkecamuk. Ia tak rela jika Lau dekat dengan Sony.

Saatnya bersaing.

•MOODBREAKER•

MOODBREAKERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang