Moodbreaker: 8 Teror Dimulai

6 4 1
                                    

Gue bisa ngerasain apa yang sahabat gue rasakan.

----

Lau sudah mempersiapkan alat - alat untuk pergi ke sekolah. Ada aja pengganggu. Ya itu Sendy. Sendy sengaja membuang sampah rautan kedalam tasnya.

"Ugh! SENDYY!!" teriak Lau. Bukannya Sendy yang datang, malah Bu Dewi--pemilik panti-- yang datang.

"Lauren? Kenapa teriak teriak?" Tanya Bu Dewi dengan suara lembutnya. "E--eh, i--itu anu bu, Sendy," jawab Lau gelagapan. Bu Dewi menggeleng-gelengkan kepalanya dan mengelus puncak kepala Lau.

"Belajar yang rajin ya Lau. Siapa tau ada yang mau ngadopsi kamu." Ujar Bu Dewi. Lau mengangguk dan tersenyum sekilas.

Sementara itu, Sendy tengah mengintip Lauren dari celah pintu yang terbuka. Sebagai sahabat, ia juga merasa sedih melihat sahabatnya itu sedih saat diingatkan kembali tentang orang tua atau pengadopsi.

Andai waktu bisa diulang, Sendy ingin Lau bahagia bersama kedua orangtuanya. Namun takdir sudahlah takdir. Ia tak bisa mengubahnya. Hanya tuhan yang tahu jalan hidup manusia.

Bu Dewi keluar dan menemukan Sendy menguping pembicaraannya dengan Lau. Ia lantas menjewer kuping Sendy dan membawanya menjauh dari kamar Lauren. Duh, habis dah gue ini, batin Sendy dalam hati. Sendy paling takut apabila bertemu dengan Bu Dewi.

"Sendy, tadi kamu ngapain?!" Tanya Bu Dewi dengan tegas. Sendy menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Merasa takut, ia pun tak menjawab pertanyaan Bu Dewi. "Sendy? Denger yang ibu tanyakan kan? Jawab kamu tadi ngapain?" Tanya Bu Dewi lagi.

"Cuma mau ngerjain Lau, aja bu," ucap Sendy. Bu Dewi menggeleng-gelengkan kepalanya dan melipat kedua tangannya. "Kamu itu sudah besar nak. Jangan berbuat ulah seperti anak kecil. Kamu nggak kasihan sama Lau?" Sendy mengangguk dan menjawab, "kasihan bu,"

Bu Dewi tersenyum dan mengelus puncak kepala Sendy. "Kamu jangan ganggu Lau lagi. Udah gih sana berangkat," ujar Bu Dewi dan menyuruh Sendy untuk bergegas sekolah. Sendy mengangguk dan mencium tangan pemilik panti itu sebelum mengambil tas kesayangannya.

Kring... Kring...

Bu Dewi yang mendengar itu, langsung mengangkat telepon. "Assalamualaikum, ini dengan siapa ya?" Tanya Bu Dewi. Namun ujung telepon tak kunjung menjawab. "Halo?" Hasilnya tetap saja nihil. Karena takut, Bu Dewi memutuskan menutup saluran telepon itu.

Kring.. kring...

Lagi-lagi, suara telepon berbunyi. Bu Dewi mengangkatnya dengan kesal. "Saya tidak tahu anda, jadi mohon jangan ganggu panti milik saya!" Setelah mengucapkan itu, Bu Dewi kaget karena ada yang menjawab di seberang telepon.

"Boleh saya bertemu dengan anak saya, Lauren Nafasya?"

•MOODBREAKER•

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 27, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MOODBREAKERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang