Moodbreaker: 5 Curhat

6 4 0
                                    

Kalo lo butuh pelukan, gue siap meluk lo kapanpun. Agar lo seneng dan ngelupain masalah lo.

----

"Disini tempat gue nenangin diri. Tempat paling favorit gue, Lau." Ucap Sony dan membentangkan kedua tangannya. Membiarkan angin sepoi-sepoi menerjangnya. Lau memejamkan matanya, menikmati angin sejuk. Seolah-olah bebannya hilang begitu saja.

"Memangnya masalah lo apa sih Lau?" Tanya Sony dan menoleh ke arah Lau. Lau membuka mata dan menatap balik Sony. "Kamu mau janji?" Sony mengangguk. "Gue bisa janji rahasia kok," ucap Sony dan duduk bersila. "Kamu pasti tau kan aku itu anak panti? Kamu juga pasti tau kan kalo aku indigo? Aku cuma mau orangtuaku balik lagi Son," terang Lau.

Sony mengerutkan dahinya. "Maksudnya?" Lau menghela nafas. "Aku mau orangtuaku kembali hidup di dunia ini lagi. Aku gak mau punya mata indigo. Aku mau jadi perempuan normal," Sony mengelus puncak kepala Lau. "Menurut gue lo normal kok," hibur Sony.

Lau menoleh ke Sony. Tatapan mereka bertemu. "Tapi yang bilang gitu cuma kamu aja kan? Yang lain gak bilang gitu," Mata Lau mulai berkaca - kaca. "Padahal aku salah apa ke mereka? Aku juga gak pernah ngganggu mereka," lirih Lau dan akhirnya cairan bening keluar dari kedua mata Lau.

Sony mengambil sebuah tissue dari sakunya dan memberikannya pada Lau. "Jangan nangis Lau. Gue tau lo perempuan kuat," kata Sony. Lau menggeleng dan mengambil tissue dari tangan Sony. "Nggak Son. Aku bukan perempuan kuat," tolak Lau.

Hening. Hingga akhirnya Sony memecahkan keheningan diantara mereka. "Gue juga mau curhat soal kehidupan gue. Tapi belum waktunya," ujar Sony dan merapikan rambutnya. "Cerita aja," jawab Lau yang masih sesenggukan. "Lain kali aja," Lau mengangguk.

"Berdiri," perintah Sony. Lau berdiri dan merapikan rok-nya. Tiba tiba saja tubuhnya hangat dan matanya menabrak dada Sony. Dia dipeluk. "Gue rasa lo butuh pelukan. Gue selalu siap kalo lo butuh pelukan gue." Bisik Sony. Lau mengangguk dan membalas pelukan Sony.

"Bantuin aku nyari keberadaan orang tuaku, Sony," lirih Lau dan kembali menitikkan air mata. "Gue bersedia," jawab Sony dan mempererat pelukannya. Tanpa disadari mereka berdua, ada seseorang yang tengah memperhatikan mereka dengan tatapan benci.

•MOODBREAKER•

MOODBREAKERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang