Alditya Wijaya.

53 3 1
                                    


14 february 2017

Hari ini adalah hari perkenalanku dengan alditya wijaya , si anak ips yang sangat manis rupanya. Aku sudah sering melihat dia waktu kelas 10 dulu , di gedung ips yang sangat jauh dengan gedung ipa ,kelasku yang terletak di parkiran belakang. Setauku dia adalah teman akrab kemal yaitu temanku waktu SD . jadi kalau aku tak sengaja berpapasan dengannya aku hanya tersenyum agar tak terlihat sombong.

Dia biasa. punya kulit berwarna coklat, waktu itu dia bawa motor matic,kalau tidak salah mio sporty warna hitam, biasa saja , tidak ada yang menggoda. Pada saat itu aku masih mempunyai pacar. Dani namanya, dia baik, setia, dia juga biasa saja , tapi aku bisa jatuh cinta. Itu cukup lama 1 tahun 3 bulan, lalu kandas karena memang tidak bisa lagi dijalani karena banyak faktor .

Setelah putus dari dani aku banyak dekat dengan lelaki, banyak juga yang ingin mendekati tapi tak ingin memiliki, atau hanya memberikan harapan tak pasti,tapi ada juga yang mengajakku berpacaran lagi, tapi bukan maksudku pilih-pilih ,aku pacaran baru sekali dan itupun sakit hati.jadi aku berniat menutup sesaat pintu hati, sampai benar-benar aku siap untuk jalani lagi.

aku masih nyaman dengan posisiku waktu itu, bebas . ingin dekat dengan siapapun,kemanapun terserah , aku bebas, tak ada yang melarang, sampai aku sudah benar-benar bosan dengan hidupku sendiri, lalu kubuka lebar hati, tapi tak ada yang berani mencintai.

Hidupku sudah benar-benar abu-abu, kacau balau, hancur melebur, masalah-masalah itu datang silih berganti. Bahkan berubah jadi hitam, masalah yang lalu kian jadi, sedangkan yang baru tak henti-henti singgah lagi.

Hingga waktu merubahku jadi gadis yang dewasa dan lebih ceria , menutupi segala hal dengan senyumku, dengan tawaku, bermaksud agar orang-orang tak tahu. Tak bisa kujelaskan betapa kacau diriku waktu itu.

Aku punya banyak teman, hampir seluruh siswa dan guru mengenaliku . bukan karena aku berprestasi atau pembuat onar, tapi aku mengimbangi. Aku sadar aku salah mengambil jurusan pada waktu dulu, karena otakku tak bisa mencerna angka-angka yang menurutku sangat mengesalkan.karena jujur aku tidak pintar dalam akademik, tapi aku bisa dibilang aktif di non akademik. Apalagi di seni terutama musik, karena aku sudah menganggap musik sebagian dari hidupku. Dan aku suka mengerjakan hal yang membuatku nyaman.

Di kelas 11 ini , kelas ipa dan ips itu satu gedung ,Cuma berbelok sedikit aku akan sampai dikelas anak ips ,setiap istirahat aku selalu disana, bermain dengan sahabatku dari smp, karena kebetulan hanya aku dan Rania yang mengambil jurusan ipa, sedangkan yang lain , semuanya mengambil jurusan ips.

Digedung sekolahku itu dibentuk kelas yang berhadap-hadapan, kelas anak kelas 11 ips berhadapan dengan kelas 10 ips, sedangkan kelasku berhadapan dengan jalan yang sepertinya sengaja dibuat untuk kami nongkrong pada saat jam istirahat.

Aku duduk disana bersama teman dan juga sahabatku. Asik sekali pada waktu itu. cowok cewek semuanya gabung, mengumbar gelak tawa, aku duduk berhadapan dengan kemal dan alditya sedangkan disampingku ada sekar dan arka ,sambil tertawa terbahak-bahak,tak terkontrol.entah apa yang lucu yang penting tertawa saja.

"entar kalo gue udah jadi pengusaha, terus badan gue udah kurusan , kalian semua pada klepek-klepek dah yakin gue yakin" ucap sekar pede , sambil berjoget ria seperti ingin memamerkan bodynya yang sangat besar.

"iya kar iya, percaya kok kami,percaya "kata kemal seraya tertawa.

Aku dan teman-teman juga cengir-cengir kuda saja.

"entar kalo gue udah kurusan , selera gue bukan kalian lagi, gak level ya gek level"katanya tertawa sinis.

"kalo gue beda kar"ujar alditya.

"apa bedanya?"

"ntar kalo gue udah jadi TNI , udah mapan, udah tuh tinggal siapin mas kawin terus datang kerumah dara buat ngelamar, ya kan dar?" ucap al menatapku jahil.

Aku tertawa. Menganggapnya biasa.

"boleh atau nggak ra?" tanyanya.

"iya boleh "kataku, karena waktu itu aku lupa siapa namanya, jadilah aku respon dia seadanya.

"iya al boleh boleh, sepikan lo boleh, tepuk tangan buat al guys" arka berdiri bertepuk tangan sambil tertawa. Seolah koridor itu sangat ramai , dan dihiasi banyak warna.

Itu pertama kalinya Al bicara denganku, aku tau waktu itu cuma bercanda ,dan mungkin sekarang atau nanti tak akan pernah berubah. tapi jujur waktu itu aku biasa saja, malah ingin kubalas sepikannya agar suasananya akan lebih seru lagi , tapi bel keburu berbunyi, mengharuskanku meninggalkan tempat itu.

"ibu pelatuk woi , itu siapa yang pelajarannya ibu pelatuk" teriak roki .

Ibu pelatuk adalah panggilan yang dibuat oleh siswa angkatanku untuk seorang guru fisika yang killer, mereka memberikan nama pelatuk dengan beralasan gigi Ibu guru tersebut sedikit maju, dan dengan kurang ajarnya mereka menciptakan sebuah nama laknat yang langsung viral di kalangan murid-murid disekolah.

"gue kekelas ya "pamitku, karena teman-temanku belum juga beranjak walaupun mereka semua mendengar bel yang dibunyikan 3 kali dengan sangat keras 10 menit yang lalu.

"lo pelajaran ibu pelatuk ra?" tanya lia padaku.

"iya" jawabku singkat,sambil tergesa-gesa, karena takut kedeluanan masuk kelas dengan ibu pelatuk , karena nanti aku yakin bakalan ribet.

"hati-hati ra, kalo ada apa-apa sebut aja nama gue 3 kali, biar seneng, kalo perlu pejamin mata lo dan bayangin senyum gue , ngomong-ngomong senyum gue bagus lo ra , ga percaya?"oceh al padaku.sambil tersenyum.

"gaya-gayaan lo al al, senyum kayak pantat kudanil aja lo bilang bagus" sanggah yanto menoyor kepala al.

"sakit bego" al mengusap-ngusap kepalanya.

langsung saja ku abaikan dan aku cepat-cepat berlari kekelasku."dahh guys"kulambaikan tanganku dan berikan cengiran kuda untuk yang terakhir kali.

"inget pesen gue ra"teriak al.

***

ini part pertama, semoga sukaaaaaaa!!!!


Dear AldityaWhere stories live. Discover now