kesempatan

19 0 0
                                    


Alditya , lelaki berkulit cokelat dengan mata teduhnya., saat dia menatapmu maka yakinlah kau akan merasa tenang dan nyaman. Alditya , si penggoda wanita, tapi hanya aku saja, dan sialnya aku ikut tergoda. Senyumnya akan membuat hatimu goyah, jika dia tertawa lesung pipinya akan terlihat jelas, hingga imanmu akan buyar kemana-mana. Ibadahnya membuatku terpesona, jurus silatnya membuatku aman. Semua nya sempurna hingga mungkin tak ada cela.

"hai cewekk""

"cantik banget sih"

Aku hanya diam melintasi koridor sekolahku, Aku sudah melihatnya tadi sebelum sampai disini, dia duduk diantara pasukannya,Alditya. Dia tertawa hingga tak sadar ada yang memandanginya dan kupalingkan wajahku saat dia mulai melihatku. Aku hanya diam saja saat dia menggodaku seperti biasa, tak ingin mengambil resiko patah hati lagi.

"mintak nomor handphonenya dong neng" goda al , sekali ini dengan bersiul-siul. Dia pikir aku ini burung apa?

"si eneng mah sombong. Ini abangnya ganteng kok dianggurin" al menjadi-jadi, dia tertawa menyebalkan ditempat duduknya, disusul oleh teman-temannya yang tidak berkeprimanusiaan.

"apa?" kataku galak, aku palingkan kepalaku menghadap mereka yang menertawakan hal yang menurutku sangat tak lucu, kuplototkan mataku agar mereka tahu kalau aku terganggu.

"buiiihhh, si eneng mah manis-manis galak, tapi nggakpapa kok , yang penting gue tetap suka kan neng?" katanya mengedipkan sebelah matanya.

Entah mengapa , perih didadaku kambuh. Ada cairan yang ingin kukeluarkan cepat dari mataku, tapi kutahan sebisaku. Tak kuhiraukan tawa menyebalkan dari mulut mereka. Kutulikan telingaku, aku berjalan cepat menuju kelas, aku dengar samar al masih tetap menggodaku dan memanggil namaku.beberapa teman-temanku yang juga duduk disana juga memanggilku , mengajakku bergabung.

Aku jadi kesal sendiri. Mereka anggap apa aku ini? wanita murahan yang dijadikan candaan? Sungguh otakku sekarang tak bisa berpikir positif, rasanya ingin aku tonjok muka menyebalkan yang menertawakanku tadi terutama dalang dari semua ini. entah bagaimana perasaanku , aku kesal dan marah. Bahagia dan kecewa. Bagaimana bisa dia menjadikan hati sebagai bahan candaan saja?

Setelah hari itu, aku jadi tidak enak untuk berkumpul dengan mereka lagi. padahal mereka biasa saja. Atau aku memang sengaja menjauh karena ada alditya disana? Aku ini terlalu bodoh, disaat aku tahu alditya hanya menjadikanku hiburan semata dan aku masih menyimpan sedikit harapan dan rasa bahagia.

Sesekali saat aku melewati tempat mereka berkumpul , aku dipanggil dan diajak bergabung dan alditya masih tetap menggodaku. Sudah sampai juga ditelingaku bahwa dia dan kak yeka sudah kandas sebelum memulai. Ternyata kak yeka sudah menyimpan rasa terhadap lelaki lain,yaitu sahabatnya sendiri, kak hafis ,pacar temanku,salsa.

Aku tidak boleh munafik , saat salsa menceritakan semua kebusukan kak yeka yang sudah mendekatinya, bahkan dia menganggap salsa sebagai adiknya. Tetapi tega dia menghancurkan hubungan salsa dengan kak hafis.

Jujur aku sempat pernah kagum dengan kak yeka. Dia perempuan yang cantik dan baik. Pembawaannya bagaikan putri ratu yang lemah lembut, tapi aku kecewa saat salsa menangis dan bercerita padaku semuanya. Entah mengapa aku jadi memikirkan alditya, aku tidak rela jika dia mendapatkan wanita sejahat kak yeka.

Padahal menurutku jauh lebih baik alditya dibandingkan kak hafis. Walaupun alditya terkadang menyebalkan , tapi aku berkata jujur bukan karena aku menyukai alditya. Tapi terserah kak yeka. Toh itu hidupkan biarkan dia yang menentukan pilihannya kan?

Aku ini tak kalah jahatnya dengan kak yeka. Saat salsa bercerita, menangis karena putus cinta.dalam hatiku berteriak gembira, seperti ada sinar yang menunjukkan jalannya. Seperti ada pulau tempat bermuara setelah lama diombang-ambingkan dunia.

Dear AldityaWhere stories live. Discover now