Chapter 10 (Yes)

366 36 7
                                    

"Kenapa akhirnya lo mau kawin?" pekik Umji terkejut. "Takut jadi perawan tua?"

Umji menatapku dengan pandangan bingung, seolah-olah dia tidak pernah mengenalku. Sementara Jihyo yang duduk disamping Umji hanya bisa membelalak dengan wajah terpana mendengar pengumumanku. Matanya terlihat mencuat keluar seperti kodok. Sowon yang duduk diatas kursi malas dengan penutup kain warna putih hanya bisa menggaruk-garukkan kepalanya yang aku yakin tidak sedang gatal. Pengumumanku memang telah mengejutkan semua temanku. Bahkan Eunha, si Ratu Romantis tidak terlihat berbinar-binar seperti biasanya kalau dia mendengar tentang sebuah rencana pernikahan.

Keheningan ini menyiksaku. Kupusatkan perhatianku pada air kolam renang di apartemen Umji yang terlihat bercahaya karena bias cahaya lampu. "Well, this is it," ujarku perlahan sambil menatap wajah teman-temanku dengan ragu. "Gue udah ngambil keputusan. Gue harap lo semua ngedukung gue."

"Ngedukung apa??!" sembur Umji tidak percaya. "Insanity?!"
Great

Terkadang aku pikir Tuhan mempermainkan hidupku lewat jodoh. Kali ini sepertinya aku mulai berpikir bahwa cacing adalah makhluk Tuhan yang paling bahagia karena dia berkelamin ganda. Tidak perlu merasa marah, bingung, takut, dan frustasi sepertiku. Karena jodoh mereka sudah ditentukan hanya berjarak beberapa senti ditubuh mereka sendiri. Tidak ada pengkhianatan kecuali kalau mereka memutuskan untuk membelah diri seperti amoeba.

"Lo cinta sama Sinb, Ju?" tanya Eunha menyelidik.
"Cinta?" ejek Jihyo tergelak.
"Kenapa emangnya?" bentak Eunha sebal. "Cinta adalah dasar sebuah pernikahan."

Eunha memang sudah menikah dengan Jeongkook. Menurut Jihyo, saat ini Eunha masih hidup dalam dunia mimpi bulan madunya. Jadi tidak heran dia semakin mengagungkan cinta.

"Lo emang beneran naif, ya," cemooh Jihyo.
"Lo boleh bilang gue naif," tukas Eunha kalem. "Tapi siapa yang nangis paling keras waktu nonton Jerry Maguire?"
"Lo nangis?!" pekik Sowon senang sambil menatap Jihyo dengan takjub.

"O yeah," sahut Eunha puas. "Apalagi pas bagian Tom Cruise ngomong... you complete me," lanjutnya dengan suara yang dibuat-buat.
"What?!" pekikan Sowon semakin nyaring membuat Jihyo terlihat semakin panik. "The Margaret Tatcher nangis? Karena film cinta?"

Aku menatap Jihyo dengan iba. "Margaret Tatcher juga manusia."
"Sama kayak Rocker," timpal Umji asal.

Eunha tergelak puas melihat Jihyo yang terdiam mati kutu. Tapi bukan Jihyo namanya kalau dia menyerah begitu saja dengan nasibnya. Karena sesaat kemudian ekspresi wajah Jihyo sudah kembali ke setelan normal. Mendesah sambil menatap Eunha dengan gaya merendahkan. "Darling, waktu itu gue emang nangis, tapi itu tandanya gue masih punya hati."

"Udahlah, enggak usah..."
"Tapi coba lo pikir?" lanjut Jihyo memotong ucapan Eunha. "Barbie dan Ken menikah karena cinta. Dan apa yang mereka lakukan sekarang? Bercerai!"
Jihyo memang amazing. Mungkin karena dia setengah sinting.

"Kalau rasa nyaman?" tanyaku setelah terdiam beberapa saat. "Apa itu alasan yang lebih baik dari rasa cinta?"
"Kenapa, Ju?" tanya Sowon geli. "Lo ngerasa nyaman sama Sinb?"

"Sinb yang ngerasa nyaman sama gue!"
"Itu alasan dia mau kawin sama lo?" tanya Eunha bingung. Aku mengangkat bahuku dengan malas.

"Lo kecewa dengar alasan Sinb?" tanya Sowon lagi.
"Enggak," jawabku bersamaan dengan Umji menjawab "pasti."

Untuk sesaat kami berdua hanya saling berpandangan, tapi kemudian Umji mendesah dengan suara yang terdengar kecewa. "Why?"

"Karena gue enggak mau berharap terlalu banyak dari dia." jawabku malas.
Eunha menatapku dengan wajah yang terlihat makin bingung. "Ngapain lo mau kawin sama dia kalau lo enggak punya harapan?"

Ketika Jodoh di Tangan Ibu (Sinju) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang