"So sweet," ledek Jihyo tergelak setelah mendengar ceritaku.
"Karena kamu selalu bisa bikin aku ketawa?!" sembur Umji dengan wajah tidak percaya sambil meniru ucapan Sinb. "Good afternoon, Ladies, we have a problem!"
"Darling!" tegur Sowon. "Itu bahasa Justin Bieber untuk bilang I love you."
Benarkah?"Sok tau!" semburku tergelak padahal dadaku berdebar.
"Kalau benar gimana, Ju?" tantang Jihyo sambil menekukkan tangannya ke atas dan menumpukkan kepalanya disana."Good," jawabku senang. "Bukannya itu bonus yang mahal dalam sebuah perkawinan?"
Jihyo tergelak mendengar jawabanku. Dia mengangkat gelasnya untuk memberi salut kepadaku. "For expensive things."
Aku mengangkat gelasku untuk menyambutnya. "For woman."
"For love," sahut Eunha sambil mengikuti kelakukan kami.
"For anything I like," timpal Sowon sambil ikutan mengangkat gelasnya diudara.Umji mendesah sebal saat melihat kami berempat meliriknya dengan tangan memegang gelas yang terangkat diudara. "Why?" tanya Umji malas sambil menatap kearahku dan mengikuti kelakuan kami.
Tanpa mengacuhkan pertanyaan Umji, kami saling mendentingkan gelas untuk kemudian meneguk sedikit isinya.
"Why?" tanya Umji sekali lagi.
"Kadang gue pikir lo kelebihan hormon testosterone," kata Sowon. "Mestinya laki-laki yang takut kawin, bukan lo. Kalau lo bisa parkir mundur dengan sempurna, itu tandanya lo udah beneran bermutasi jadi laki-laki."Jihyo dan Eunha tertawa terpingkal-pingkal melihat Sowon menyeringai puas karena berhasil membuat Umji terdiam mati kutu.
"Ngapain Sinb ke Singapore?" tanya Jihyo tiba-tiba.
Terakhir kali bertemu Sinb, dia bilang harus pergi ke Singapore selama 3 hari. Urusan kerja, begitu katanya. Dia memintaku untuk memikirkan perkataannya selama dia pergi. Kata Sinb, dengan siapapun aku menikah, aku tetap akan menghadapi risiko yang sama.
Aku mengangkat bahuku dengan acuh. "Urusan kerja."
"Emangnya kerjaan Sinb apaan?" tanya Eunha.
Aku terdiam mendengarnya. Mataku menatap Eunha dengan panik."Kenapa panik gitu?" tanya Umji sebal.
Aku menggeleng pelan. Mataku terus bergerak-gerak gelisah."Guru biologi?" tanya Jihyo cekikikan.
Oh, Tuhan... oh, Tuhan..."Gue tau!" pekik Sowon girang. "Instruktur senam hamil!"
Aku mendesah putus asa. Menatap wajah teman-temanku yang sedang tertawa nyaring. Apa yang harus aku katakan?"Gue enggak tau kerjaan dia apa."
"..."
Bum!Hening. Semua mata membelalak terkejut menatapku. Tiba-tiba aku merasa suasana di D'Orange menjadi beku seketika. Freeze! Bahkan Eunha sepertinya lupa menutup mulutnya yang masih membentuk kata 'ha', sisa tawanya yang tadi terdengar membahana hua-ha-ha-ha. Aku menatap teman-temanku sambil meringis bodoh.
"Lo pingin kawin sama orang yang lo sendiri enggak tau pekerjaannya apa?!" pekik Umji terkejut. "Ternyata lo lebih sinting dari yang gue kira!"
Aku hanya bisa terdiam dengan wajah bodoh. Tiba-tiba Jihyo mencondongkan badannya ke arahku yang duduk disofa merah yang berada diseberang sofa duduknya. "Yang penting, lo harus tau tiga jenis profesi yang masuk daftar cekal calon suami," nasihat Jihyo serius.
"Ada daftarnya?!" pekik Eunha terkejut.
"Lo enggak tau?" tanya Jihyo tidak kalah terkejut. Tapi kemudian dia kembali mengalihkan tatapannya kepadaku. "Politisi, pengacara, dan dokter kandungan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Jodoh di Tangan Ibu (Sinju)
Roman d'amourCerita khusus tentang Sinb dan Yuju. genben CAST : ALL MEMBER GFRIEND Dan cast lainnya. rate : dewa-sa (tindakan dan bahasa). Disarankan hanya untuk 18+. Terimakasih