Huah... si Pangeran Kodok! Ada apa dia meneleponku? Jangan-jangan... STOP! JANGAN GE-ER JU!
"Kok bisa tau nomor HP gue, sih?
"Gue tadi telpon ke rumah lo. Tante Irene yang kasih tau gue nomor HP lo," jelasnya. "Enggak apa-apa kan, Yuju?"Mom! Hebat!
"Enggak apa-apa kok," gerutuku sebal. "Paling minggu depan lo disuruh ngelamar gue."
"Hiperbolik!"
"Hmmm...," sahutku malas. "Ada apa?"
"Besok lo ada acara enggak? Ada yang perlu gue omongin tentang perjodohan kita ini."
"Maksud lo, kencan?" tanyaku bingung. "Iya Ju, bisa kan?"Great! First date! What the Hell!
"See?" semburku jengekl. "Kita emang dijodohin?!"
"Yup"What??
"Kita harus tolak rencana mereka," perintahku panik.
"Gue belum kenal lo sekarang.""....."
Apa maksudnya?
"Maksudnya dia tertarik sama lo," kata Sowon melihat-lihat buku yang ditata rapi diatas rak kayu. Beberapa saat setelah Sinb meneleponku tadi siang, aku langsung menelepon Sowon dan menceritakan undangan kencan Sinb. Sowon memutuskan agar kami bertemu sepulang kerja di QB. Sowon bilang, ia ingin menunjukkan beberapa buku yang sebaiknya aku beli, untuk menambah wawasanku tentang lelaki.
"Jangan ngarang!"
"Lho, buat apa dia setuju ngajak lo kencan?" tanya Sowon mencemooh. "Itu tindakan yang sangat berisiko kalau dia enggak tertarik sama lo."Benarkah?
"Lo senang, kan?" ejek Sowon tergelak sambil ngeloyor pergi menuju rak buku yang berada dibelakang.
"Enggak!" bentakku sebal.
"Berarti, besok lo enggak akan datang?" tanya Sowon acuh, mencomot satu buku dari dalam rak lalu memiringkan badannya untuk membaca judul yang dicetak dipunggung cover buku tersebut."Enggak tau," jawabku ragu.
"Kenapa ragu?" selidik Sowon sambil melirikku yang berdiri disampingnya. "Mommy pasti nyuruh gue datang," jawabku sebal.
"Menyedihkan," kata Sowon berdecak iba sambil melakukan ritual khasnya, menggeleng-gelengkan kepalanya. "Dua puluh sembilan tahun, masih tinggal dirumah orang tua dan enggak mampu menyanggah permintaan mereka."Kampret!
"Gue malas ribut sama nyokap!" hardikku jengkel. "Bilang aja, lo mesti ketemu klien besok malam," usul Sowon sambil kembali memusatkan perhatiannya pada buku yang terbuka ditangannya. "Gampang, kan?"
"Tapi....,"
"Lo emang pingin ketemu Sinb," potong Sowon tertawa mengejek sambil menyorongkan buku yang dipegangnya kepadaku.
"Bukan gitu!" aku mulai jengkel. Kurebut buku yang disodorkan Sowon dengan kasar. What? Erotic Encyclopedia?? Kenapa dia menyarankan buku seperti ini?! "Lo enggak tau nyokap gue, sih!?!" desahku putus asa sambil mengembalikan buku aneh pilihan Sowon ke tempatnya semula.
"Emang enggak," jawab Sowon kalem. "Tapi gue tau lo."Apa maksudnya? Lagi dan lagi.
"Oke, anggap aja lo besok kepaksa datang," aku mengangkat bahuku dengan malas. "Paling enggak gue besok bisa makan enak gratis."
"Perempuan enggak pernah makan kalau lagi nge-date."
"Siapa juga yang ngedate?!"
"Lo," sahut Sowon kalem sambil ngeloyor pergi. "Kalau gitu, besok gua datang, ya?"
"Lo enggak diundang!" jeritku sebal sambil berjalan menyusul Sowon. Seorang perempuan yang berdiri tidak jauh dariku langsung menolehkan kepalanya dan menatapku dengan pandangan menegur."Gue enggak perlu makan gratis," tukas Sowon yang sudah kembali sibuk memiringkan tubuhnya untuk membaca judul buku yang tertata di dalam rak. "Gue cuma pingin liat Sinb."
Oh Tuhan! Sowon pasti akan mengacau.
"Terserah!"
Dengan ujung matanya, Sowon melirikku yang berdiri dibelakangnya sambil tersenyum mengejek. "Lo suka, ya, sama dia?"
"Enggak!"****
Sinb melambaikan tangannya saat melihatku celingukan mencarinya. Dadaku sedikit berdebar ketika sedang berjalan menuju meta tempat Sinb duduk. Kepalaku berdentam bising mencoba mencari sebuah alasan untuk diriku sendiri tentang kenapa aku tidak berusaha lebih keras lagi untuk menolak undangan kencan ini. Benarkah semata hanya karena mom memaksaku? Atau ini tandanya aku mulai sedikit mencair? Karena umurku? Ketakutanku? Atau karena memang setiap orang memiliki magnet untuk mencari soulmate nya?
Soulmate? Gawat!!
Kutegakkan kepalaku sambil mencoba meredakan debur jantungku. Dua pasang mata seolah tanpa berkedip mengikuti semua gerakanku. Sinb. Menyebalkan.
Dan yang lebih menyebalkan lagi, acara makan malam itu berlangsung seperti didalam neraka. aku terus-menerus merasa khawatir kalau ada makanan yang menempel dipipiku atau steak yang kupesan akan loncat keatas meja saat aku mencoba mengirisnya. Belum lagi karena berusaha menahan diri untuk tidak bersendawa seletah makan. Dan banyak lagi.
Kemudian semua yang menyebalkan itu diakhiri dengan usulan Sinb untuk duduk diteras luar yang menghadap taman asri nan membentang luas. Taman yang dipenuhi pepohonan bercahaya kecil yang dililit pada batan dan dahannya. Kami memilih meja yang terletak disudut, jauh dari pintu kaca besar penghubung bangunan cafe.
"Lo marah sama nyokap lo dan nyokap gue?" tanya Sinb sambil mengamati wajahku. Kutelengkan kepalaku ke kiri dan menatapnya sesaat, "marah?" tanyaku lebih kepada diriku sendiri. "Mungkin."
"Mungkin?" ulang Sinb dengan kening berkerut.
"Lo sendiri?" sahutku balas bertanya, berusaha agar tidak perlu memperjelas jawaban yang aku sendiri tidak tau dengan pasti jawabannya.
"Enggak" Sinb menjawab tenang sambil membakar rokoknya. (Sinb ngerokok qkqkqkq)
"Aneh," ejekku sinis. "Mereka jodohin kita."
"Dan gue harus marah karena dijodohin?" tanya Sinb malas. "Emang apa salahnya dijodohin?"
"Salah!" jawabku tegas. "Itu sama aja dengan merampas hak kita untuk memilih."
"Oh ya?" ejek Sinb mengangkat satu alisnya. "Kalau begitu, kenapa lo ngebiarin nyokap lo sampai ngenalin kita? Tenang aja yuju, gue udah memilih lo kok. I like you."Deg
Deg
Deg
Apa maksudnya?TBC

KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Jodoh di Tangan Ibu (Sinju)
RomanceCerita khusus tentang Sinb dan Yuju. genben CAST : ALL MEMBER GFRIEND Dan cast lainnya. rate : dewa-sa (tindakan dan bahasa). Disarankan hanya untuk 18+. Terimakasih