Suara jam alarmku membuatku terbangun dari tidur lelapku. Dengan malas aku bangun dari tempat tidurku dan membuka pintu jendelaku. Di luar ... langit terlihat begitu terang ... cahaya matahari menerangi pagi yang cerah ini.
Aku berjalan menuju dapurku, aku mendengar suara perutku sudah meronta-ronta meminta untuk diisi. Karena itu begitu tiba di dapurku, aku segera menyalakan kompor dan mulai memasak.
Tidak terlalu lama aku memasak hingga makanan yang aku masak sudah bisa aku hidangkan di meja makan. Tentu saja aku tidak lama memasak karena aku hanya membuat nasi goreng dan telur dadar.
Aku pun melahap makananku. Setiap hari selalu seperti ini. Aku sarapan seorang diri di ruangan ini tanpa ada satu pun orang yang menemaniku. Sempat terlintas di pikiranku, sampai kapan aku akan terus hidup sebatang kara seperti ini?
Setelah perutku sudah berhenti meronta-ronta meminta makanan yang menandakan dia sudah kenyang. Aku pun beranjak menuju kamar mandi. Aku melakukan aktifitas mandi di kamar mandiku itu.
Cukup lama aku berada di kamar mandi, bukan karena aku terlalu lama mandi, aku tidak cepat-cepat keluar dari kamar mandi karena aku sedang merenung. Ya ... aku sedang memikirkan apa yang akan terjadi padaku di masa depan nanti.
Setelah aku merasa tubuhku mulai kedinginan, aku keluar dari kamar mandiku dan berjalan menuju lemariku. Aku membuka pintu lemariku dan memilih pakaian yang akan aku kenakan.
Tanganku bergerak menelusuri rak di lemariku hingga tanganku berhenti ketika menyentuh sebuah pakaian. Pakaianku itu terlihat paling mencolok dibandingkan pakaianku yang lain. Tentu saja karena hanya pakaian itu yang memiliki warna lain selain pakaianku yang lain yang berada di dalam lemari ini.
Hampir semua pakaian di dalam lemari ini berwarna hitam hanya pakaian inilah yang tidak berwarna hitam melainkan berwarna biru muda. Jika melihat pakaian ini, sebuah ingatan pun terlintas di pikiranku. Ya ... sebuah kenangan yang tidak akan pernah bisa aku lupakan. Sebuah kenangan yang menyenangkan namun menyedihkan.
Flashback On
Hari itu ... ketika aku sudah duduk di bangku kelas 3 di Grandes High School. Aku sedang berjalan seorang diri setelah cukup lama menghabiskan waktu di perpustakaan sekolah mencari beberapa buku untuk bahan materi tugasku. Cukup banyak buku yang aku pinjam dari perpustakaan itu sehingga kedua tanganku penuh dengan buku.
Di saat aku baru saja melintasi pintu perpustakaan untuk pergi meninggalkan perpustakaan ini, sesuatu yang keras menghantam tubuhku sehingga aku terjatuh dan buku-buku yang sedang aku bawa berjatuhan hingga berserakan di lantai.
"Ma ... maafkan aku ... aku tidak sengaja ..."
Terdengar sebuah suara yang berasal dari penyebab utama aku mengalami kejadian ini. Sebenarnya aku sangat kesal pada pemilik suara itu sehingga aku bermaksud untuk memarahinya. Namun ...
Aku mengurungkan niatku untuk memarahinya ketika mataku menatap wajah orang itu yang ternyata seorang pria. Pria itu terlihat begitu tampan di mataku. Wajahnya begitu menawan sehingga mampu membuat hatiku yang awalnya penuh dengan amarah ini menjadi begitu tenang. Pria itu sedang menundukkan kepalanya karena dia sedang sibuk membereskan buku-bukuku yang bergeletakan di lantai.
"Aku akan membantumu membawa buku-buku ini. Di mana kelasmu?"
Sebenarnya aku bisa mendengar dengan jelas pertanyaan pria ini, tapi rasa takjubku membuatku tidak bisa berhenti menatap matanya yang kini sedang menatapku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Grandes High School (Angie) [Proses Penerbitan]
HorrorAngie Megan... seorang wanita yang dilahirkan dalam keluarga cenayang. Dia frustasi karena tidak memiliki kemampuan untuk melihat dan berkomunikasi dengan hantu tidak seperti ayah dan kakeknya. untuk mengasah kemampuannya, dia memilih menuntut ilmu...