"Jadi, apa yang terjadi dengan kakak saya dok?" Tanya Icha penasaran, saat ia dan Vino sudah sampai di ruangan dokter yang menangani Febby."Jadi begini, nyonya Febby mengalami pendarahan yang diakibatkan oleh stress, depresi dan penekanan batin, jika kejadian itu terjadi lagi saya tidak dapat menjamin keselamatan ibu dan bayinya, jadi saya moh----" ucapan dokter yang ber nametag Luciana itu terpotong dengan ucapan Icha yang kebingungan dengan salah satu kosa kata dokter itu.
"Bayi?!"
"Iya, nyonya Febby sedang mengandung dan itu sudah Dua bulan, memangnya keluarga tidak ada yang mengetahuinya?" Tanya dokter Luciana prihatin.
Icha menggeleng dengan tatapan kosong, menjawab pertanyaan dokter Luciana. Satu sisinya begitu bahagia karna ia akan segera menjadi aunty, tapi satu sisi yang lainnya, ia begitu takut jika bayi itu adalah buah cinta Febby dengan suami wanita itu. Entah apa yang akan wanita itu lakukan saat mengetahui kehamilan Febby.
"Memang siapa ayah dari bayi itu?" Tanya Vino pada icha yang tengah menggenggam tangan Febby yang masih terlelap, Saat diruangan Febby.
"Gue gak tau Vin, gue aja baru mengetahui hal itu tadi" ujar icha.
****
Al terus saja memfokuskan sebelah matanya pada lensa Canon EF 16-35mm f/2.8 nya. Baginya kamera itu memiliki arti tersendiri dalam hidupnya.
Fotografer adalah hobi yang yang paling ia dan Icha sukai, tak jarang mereka pergi berlibur dan mencari objek yang memukau, yang ada di Indonesia ini.Setelah mengambil gambar sebuah bunga teratai di kolam buatan yang begitu indah ia mengamati setiap hasil jepretan nya, tapi semua itu tidak lah membuatnya merasa puas. Berbeda saat ia mengambil gambar dengan Icha di sampingnya, sejelek apapun karyanya pasti saja dapat membuat ujung bibir nya terangkat membuat seluas senyum yang indah.
Ditengah Al sedang mengamati objeknya tiba tiba saja lagu Sam Smith berjudul too good at goodbyes membuyarkan konsentrasi nya, dan benar saja suara itu berasal dari ponselnya yang menandakan ada panggilan masuk.
Al Mendengus kesal saat membaca nama yang tertera di ponselnya itu. Ia masih kesal dengan yang ia lihat tadi pagi.
Dengan terpaksa Al mengrijek panggilan dari kekasihnya itu.****
"Kok dirijek sih?" Gumam Icha heran, karna selama dua tahun ini Al belum pernah sekalipun mengrijek panggilannya.
"Kenapa?" Tanya Vino dengan membawa dua gelas kopi hangat.
Lalu mendaratkan bokong nya di bangku depan Icha.Ya, mereka sedang ada di sebuah Cafe yang tidak jauh dari rumah Sakit dimana Febby dirawat.
"enggak, gue heran aja kenapa Al nge-rijek panggilan gue, padahal gue mau nanya kenapa dia gak ke rumah sakit, yang sebelumnya gue udah kasih alamat nya ke dia." Ucap Icha, Ia tak habis fikir, jujur saja saat tadi namanya dipanggil, ia berharap kekasihnya itu yang memanggilnya. Tapi ia salah, lagi lagi bahu sahabatnya itu yang selalu menjadi tempat nya menyurahkan kegelisahan, ketakutan, bahkan rasa khawatir nya terhadap Al saat pria itu tidak menelpon nya sehari saja."mungkin sibuk sama cewek lain"beo Vino. Dan jujur saja perkataan Vino barusan membuat sisi lain Icha sedikit meragukan kesetiaan Al. tapi, semua itu cepat cepat ia sangkal, dengan berfikiran positif nya.
"gak mungkin Vin, gue tau siapa Al, jauh lebih tau dari pada lo." Pungkas Icha.
"Tapi, kan lo gak tau di luar sana kalau dia selingkuh, buktinya seperti yang lo bilang selama dua tahun ini dia gak pernah sekalipun nge-rijek panggilan lo. Lo harus garis bawahi NGE-RIJEK. dan gue sebagai cowok, gue tau sisi jelek dari seorang pria, yang gak pernah cewek tau. Itu sebab nya gue gak suka dengan dia dan hubungan kalian!. karna
Gue gak mau lo sakit hati cha! Karna gue sayang sama lo!" Ujar Vino dengan sekali tarikan nafas."Kok lo nge-gas sih?! Yang punya hubungan ini, gue sama Al bukan sama lo! Kenapa lo yang Sensi?!. Vin! Lo itu sahabat gue! Seharusnya lo dukung dong hubungan gue sama Al, cowok yang gue Cintai! Bukan malah merenggang kan hubungan gue sama Al!" Ucap Icha dengan Emosi yang sudah di ubun ubun.
"Susah ngomong sama lo!" Icha meninggalkan Cafe itu dan berjalan ke arah rumah Sakit.
Ia benar benar kecewa dengan sahabatnya itu, bukan kali ini saja ia merasa Vino berupaya memporak porandakan hubungan nya dengan Al."Gue pastikan lo akan jadi Milik gue, cha" Batin Vino.
****
Febby sudah di boleh kan pulang 2 hari lalu, dan sampai saat ini Febby belum juga mengatakan siapa ayah dari bayi yang ia kandung itu. Walaupun icha sudah mendesak nya berulang kali, tapi Febby tetap saja kekeuh dengan pendiriannya.
"Apa kakak tidak malu, menjadi bahan omongan orsng saat perut kakak membesar nantinya, tanpa seorang pria yang bertanggung jawab atas kehamilan kakak?" Tanya Icha pada kakak nya itu yang tengah asik menyulam. Itu merupakan hoby baru Febby setelah ia memutuskan untuk resign dari tempat ia bekerja.
"Kakak tidak peduli dengan omongan orang cha, itu kan yang kamu bilang?" Icha Mendengus kesal, karna selalu itu yang Febby ucapkan saat ia ingin menanyakan soal hal itu.
Dengan malas Icha bersimpuh di hadapan Febby yang tengah duduk di sofa."Kak, lalu bagaimana kalau anak ini bertanya siapa ayahnya? Apa yang akan kakak jawab?"
"Ayah mu sudah meninggal"
"Kak, icha mohon banget sama kakak, ayo dong kakak jujur, kalau kakak takut memberitahu nya biar aku yang memberitahu nya,sekalian ingin meninju muka pria itu tentunya."
Febby tak sedikit pun menggubris pertanyaan adiknya itu. Membuat Icha mau tidak mau harus pakai cara terakhir yang ia punya.
"oke, kalau kakak gak mau ngasih tau. Jangan pernah temui aku lagi! Jangan pernah cari aku, karna kakak kan udah gak butuh aku lagi, jadi percuma aku ada disini! Gak guna!" Icha berjalan ke arah kamar nya, untuk merapikan pakaian nya.Febby sama sekali tidak terkecoh dengan permainan Icha , karna ia tau kalau adiknya itu tidak akan berani pergi dari rumah ini, dan Febby sudah hatam semua trik permainan Icha. Jadi tak heran, Febby malah melanjutkan sulamannya tanpa memperdulikan Icha, bagaikan
angin yang berlalu
😍😍😍
Jakarta, 9 Maret 2018, 14.29
BY: LOPPEEEE ✌✌😊