Drap.. Drap.. Drap..
Suara langkah kaki dari lantai kayu yang terdengar nyaring menyadarkan pandangan seorang wanita yang terkulai lemas. Hidung nya mengeluarkan banyak darah, bajunya terdapat noda hitam akibat darah yang sudah mengering. Rambutnya pun sudah tak karuan, mata sayu nya memandang siapa yang mendatanginya. Ia agak menyipitkan matanya, cahaya remang di ruangan ini mempersulit ia melihat siapa orang tersebut.
"Ar.. Ariana? Kau kah itu?" lirihnya.
"Ha? Kau berharap sahabat mu datang jessie?" wanita itu terkekeh berdiri di hadapan jessie lalu berjongkok.
"Siapa yang akan menolong mu? Hahahahaha" Wanita itu beranjak, lalu pergi ke sudut ruangan membawa sesuatu dan menghampiri jessie kembali."Aku akan mempercepat kematianmu, kurasa membiarkan mu mati perlahan membuatku bosan. Toh buktinya, kau disini sudah seminggu tapi tak kunjung mati" wanita itu terlihat seperti seorang psikopat dengan menenteng belati berlumuran darah hitam yang sudah mengering.
"Apa salah ku janice?" lirih jessie mengeluarkan air matanya bercampur dengan darah dari dahinya.
"Menangis sesuka mu, aku tidak peduli" tatapan janice datar, seolah hati nurani nya kini sudah pudar.
"Aku.. Kakak mu.. " isak jessie pilu.
"TAPI KAU MENGHANCURKAN MIMPI KUUU" Bentaknya menggema membuat jessie tersentak.
"Kau membawa apa yang seharusnya jadi milikku sekarang, perusahaan ayah, Harta, Kasih sayang ibu, bahkan.." suaranya kini memelan, terlihat dari wajah janice yang terpukul.
"Lucas.. Ia meninggalkan ku. Karena ia lebih menyukai mu daripada aku" tatapan janice kosong, ia meneteskan air mata."Maaf kan aku" jessie menangis memegangi kaki adiknya.
"Too late, aku sudah membencimu" janice mengacungkan belati itu tepat di wajah jessie.
Tangisan jessie semakin keras menatap belati tersebut yang menyebabkan banyak luka di sekujur tubuhnya dari kemarin. Jessie akhirnya pasrah dengan keadaannya sekarang. Ia memejam kan matanya perlahan. Janice tersenyum gila.
"Salam manis dariku jika bertemu ayah di neraka" janice tersenyum kecut, saat belati itu akan menusuk bola mata jessie....
Krreeekkk...
Lantai kayu di balik kegelapan di sudut ruangan berbunyi, seperti kayu yang mulai reyot di injak oleh seseorang. Di bagian sudut itu gelap, tak terkena cahaya remang ruangan ini.
Pandangan janice mulai fokus pada hal itu. Tak mungkin ada orang lain selain dia dan kakaknya. Karena rumah tua ini jauh dari perkotaan dan pemukiman.
"Siapa kau?" bentaknya.
Cahaya mulai menerangi sudut ruangan itu tanpa sorotan senter ataupun lilin. Nampak seorang gadis cantik mengenakan mantel hitam selutut, dan flat shoes hitam menghiasi kaki nya. Ia memperlihatkan wajah anggun nya.
"Apa yang kau lakukan?" ucap gadis itu
KAMU SEDANG MEMBACA
Judy Winchester
FantasyJudy, seorang gadis lugu yang hidup miskin di pinggiran kota. Hidupnya berubah saat ia diusir orangtua nya dan di bawa seorang pria bernama louis. Louis merawat judy dengan baik, namun kebaikan louis hanya tipuan belaka. Ia ingin mengorbankan judy u...