9. Dikelilingi Orang-Orang Kutu Buku

721 93 6
                                    

adeline: halo daryl
adeline: iyaa, ini adel ehehe

            Gadis itu tak bisa menahan senyum lebarnya di kamarnya. Sudah lama ia tidak senyum-senyum layaknya orang gila hanya karena seorang cowok yang kirim pesan padanya. Adel rindu dengan perasaan seperti ini. Namun tetap saja, Adel harus menahan-nahan perasaannya agar tidak semakin jatuh lebih dalam.

Daryl Adriell: saya tadi udah omongin sama ibu
Daryl Adriell: katanya kamu dateng aja besok pagi, anterin buku-bukumu
Daryl Adriell: kamu bisanya jam berapa?
Daryl Adriell: kalo bisa jangan sore, karena malemnya ibu saya udah pergi ke toko buku tempat dia mau jual bukunya
Daryl Adriell: hehe

adeline: jam 10? apa 11?
adeline: kamu besok di rumah kan, ryl? saya gak enak kalo ke sana gak ada kamu (emot)

Daryl Adriell: oke jam 10-11an ya
Daryl Adriell: di rumah kok hehe
Daryl Adriell: sampai ketemu besok, adel:)

adeline: okee
adeline: see you tomorrow, daryl!

            Adel mengunci ponselnya dan memutuskan untuk segera tidur. Tapi ia tahu, kalau kali ini ia akan merasa kesulitan untuk tidur.

            Soalnya bibirnya nggak bisa berhenti senyum-senyum!

***

Adel sudah tiba di rumah Daryl sesuai dengan lokasi yang cowok itu share ke Line Adel tadi pagi. Walaupun mereka chatting hanya sebatas karena urusan jual buku ini, tetap saja itu membuat Adel maupun Daryl merasa senang. Diam-diam, mereka sama-sama berharap, setelah urusan ini mereka tetap bisa berbincang lewat chat.

            Daryl membuka pagar rumahnya setelah mengetahui kedatangan Adel. Adel langsung memberikan cengiran tiga jari miliknya, begitu juga dengan Daryl. Mereka sama-sama menutupi kegrogian mereka dengan susah payah.

            "Ada dua dus buku yang udah saya kumpulin buat saya jual. Bantu saya angkat, ya."

            "Siap." Daryl dan Adel sama-sama mengambil dus berisi novel-novel tak terpakai itu dari mobil taksi online yang mengantarkan Adel ke rumah Daryl. Mereka sama-sama menggotong dus tersebut sampai ke ruang tamu. Kalau Daryl diberi pilihan, ia akan lebih memilih membawa dus ini sendirian, daripada harus menggotong bersama Adel dan berhadap-hadapan dengan cewek itu seperti ini. Lebih menyulitkan.

            Setelah kedua dus itu berhasil mereka masukan ke dalam rumah, Daryl langsung mempersilakan Adel duduk dan menawarkan minum. Dan yang Adel butuhkan kali ini adalah segelas air putih dingin. Ternyata mengangkat dua dus di udara panas seperti ini menguras cukup banyak tenaga miliknya.

            "Adel, ya?"

            Adel terkejut saat sedang memperhatikan sekelilingnya tiba-tiba sebuah suara keibuan masuk ke gendang telinganya. Adel tersenyum dan beranjak dari sofa, lalu salim tangan Ibunya Daryl. "Halo, Tante."

            "Duduk, duduk," pinta Ibu lalu mereka duduk bersebelahan di sofa. "Darylnya ke mana? Ngomong-ngomong, itu buku yang mau kamu jual?"

            "Iya, Tante, itu buku yang mau aku jual. Darylnya lagi ambil minum buat aku, maaf ya, ngerepotin." Adel mengakhiri kalimatnya dengan cengengesan.

            "Ah, gak apa-apa. Justru kalo Daryl gak nawarin dan bikinin kamu minum, Tante bakal marah." Adel tertawa. "Jadi, kamu butuh dana buat tambahan modal ngajar anak-anak SD? Ya ampun, kamu baik banget, sih."

            Ucapan Ibu sukses membuat Adel malu. "Ah, enggak juga Tante. Kadang juga masih minta orang tua kok buat tambahan modal."

            "Ya gak apa-apa. Kan kamu juga masih di bawah tanggung jawab orang tuamu." Adel nyengir. Lalu Daryl muncul dengan dua gelas air putih dingin. Satunya lagi untuk Daryl, cowok itu juga jadi terasa haus begitu melihat air putih dingin.

Untold FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang