24. Diam-Diaman sama Daryl

570 71 3
                                    

Malam ini Adel menghabiskan waktu makan malamnya bersama dengan teman-temannya-Putri, Marcella, dan Winda. Mereka saling berbagi tawa dan melupakan masalah mereka masing-masing sejenak, termasuk Adel, melupakan pikirannya yang selalu terbayang akan Daryl.

Namun, tawa Adel seketika lenyap begitu melihat pintu restoran terbuka dan dimasuki oleh Daryl dan dua temannya yang Adel tidak kenal. Tatapan gadis itu terpaku telak pada cowok berjaket denim dan berperawakan tinggi itu. Daryl tampak berbincang dengan temannya sambil memilih tempat duduk yang kosong. Akhirnya mereka pun duduk di tempat yang di mana mata Adel masih dapat menjangkau mereka.

Daryl tertawa, menampakkan lesung pipinya, membuat Adel seketika lupa dengan dunianya, namun tidak lupa dengan rasa sakit hati yang dibuat cowok itu. Segala pergerakan Daryl seakan menghipnotis Adel, walau hanya gerakan sederhana seperti memanggil pelayan untuk meminta menu, memilih-milih makanan, berbincang dan juga tertawa dengan teman-temannya.

"Del, menurut lo gimana cowok ini? Dia gak freak kan, ya?" tanya Winda yang sedaritadi sedang menceritakan soal cowok yang belakangan ini sedang mencoba mendekatinya. Namun respons yang didapat Winda nol. Adel masih mematung menatap Daryl.

"Adel?" tanya Putri mewakili teman-temannya. Melihat itu, Winda pun menoleh sesuai arah pandangan Adel, dan mendapati tiga cowok yang sedang berbincang-bincang.

"Dia ngeliatin orang itu tuh, Put," ujar Winda sambil masih belum terlepas pandangannya dari ketiga cowok itu. Putri pun ikutan menoleh, detik berikutnya, bola matanya melebar.

"Pantes aja langsung freeze gitu si Adel, dia lagi liatin cowok yang dia suka."

"Sumpah?!" teriak Marcella dan Winda serempak, karena mereka masih belum tahu mengenai cerita Daryl.

Mendengar teriakan Marcella dan Winda membuat Adel kembali ke alam sadar. "Hih, ngapain teriak-teriak sih lo."

"Akhirnya, sadar juga nih orang," ujar Putri membuat Adel bingung. "Gue mau nunjukin Daryl yang mana ke mereka, boleh?"

Mata Adel membulat dan ia juga menelan ludahnya. Ternyata sedaritadi ia melamun, ketiga temannya ini justru membahas Daryl. "Y-Ya udah."

"Tuh, yang pake jaket denim dalemnya kaos putih," ucap Putri sambil menoleh ke arah mereka.

"Oh iya mantep anjir," ucap Marcella dengan wajah mupeng-nya itu.

"Kok lo gak manggil Daryl sih, Del? Gue panggilin ya." Putri kembali menoleh. "Daryl!"

"Eh eh gak usah," sela Adel namun ia terlambat.

"Eh? Kenapa gak usah?"

Adel menatap Daryl yang kini sudah melihat ke arah meja mereka dan mengumpat dalam hati. "Tuh kan, keburu nengok. Ih, padahal gak usah panggil-panggil dia." Putri hanya menatap Adel dengan tatapan tidak mengerti. Dan kini, Daryl sudah berjalan dan tiba di samping meja mereka.

"Eh Adel, Putri," sapa Daryl, membuat mereka berempat cengengesan. "Lagi makan di sini juga toh."

"I-Iya," jawab Putri kaku karena ia tidak tahu harus bicara apa. Apalagi melihat sikap Adel yang tidak seperti biasanya saat di depan Daryl, membuat Putri jadi semakin bingung. "Oh iya, kenalin, ini temen gue. Yang ini Marcella, yang ini Winda."

Oh Winda yang diceritain sama Adel waktu itu, batin Daryl. "Daryl," ujar cowok itu memperkenalkan diri sambil menjabat tangan Marcella dan Winda.

Untold FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang