37. Fakta Mengejutkan Lainnya

518 66 13
                                    

Adel berjalan di parkiran kampusnya menuju gedung kampus bersama ketiga teman seperjuangannya. Namun semenjak bertemu dengan Nanda di mall pada waktu itu, Adel menjalani hari-harinya penuh dengan kekhawatiran. Ia ingin sekali bercerita pada Putri dan yang lainnya mengenai ini, tapi ia takut mereka akan bilang: tuh kan, gue bilang sama Daryl aja.

            Adel mendengus. Bukan itu yang ia butuhkan. Mendengar orang berkata seperti itu membuat Adel merasa semakin bodoh. Tetapi untuk menanggung ketakutan dan kekhawatiran itu sendirian juga Adel sepertinya tidak bisa.

            Tapi ini adalah pilihan Adel, maka Adel yang akan mengatasi ini sendiri.

            "Eh eh, liat deh," ucap Putri sambil menatap sesuatu di parkiran motor. "Ini gue yang salah liat, atau itu emang Daryl sih?"

            Mendengar nama Daryl, mata Adel langsung cepat mencari sesosok yang sangat ia rindukan dan butuhkan itu. Matanya menyipit, menatap Daryl tengah tertawa sambil berjalan bersama Daniel dan Kemal. Benar kata Putri, itu Daryl.

            "Ngapain dia di sini?" tanya Adel.

            "Jangan-jangan dia masih nguntit lo Del," sahut Marcella sok tahu.

            Adel memutar bola matanya. "Mana mungkin."

            "Dia mau ketemu sama lo, kali." Kali ini Winda yang berspekulasi.

            "Kalo mau ketemu sama gue mah bisa ke rumah kali. Lagian ngapain juga ketemu gue sambil bawa temen-temennya gitu?"

            "Oh iya ya."

            "Udah ah, gue mau cepet-cepet ngumpulin laporan ini, pengen cepet-cepet pulang gue."

            "Yok." Mereka pun kembali berjalan dan tidak lagi memikirkan keanehan akan kehadiran Daryl di kampus tersebut, kecuali Adel.

--

"Gue duluan ya, Del," ucap Putri dan yang lainnya yang membawa kendaraan masing-masing. Adel tersenyum dan melambaikan tangan ke mereka. Ia menunggu Reno yang akan menjemputnya di lobi kampus.

            Kesendirian Adel kembali memunculkan pertanyaan di benaknya akan kehadiran Daryl di kampusnya. Tak kuat menahan keheranan, Adel pun memutuskan untuk menelepon Daryl via Line.

            Sementara itu, Daryl bersama kedua temannya sedang menikmati bakso dekat kampus langganan mereka. Ponsel Daryl bergetar di atas meja, membuat mereka bertiga serempak menoleh ke arah benda pipih tersebut. Jantung Daryl berdebar sungguh hebat hanya melihat nama Adel yang sudah lama tidak ia lihat. Ia menelan ludahnya yang terasa berat. Tangan gemetarnya mengambil ponsel yang masih bergetar itu, seraya menatapnya tidak percaya.

            "A-Angkat gak nih?"

            "Angkat lah," sahut Daniel lalu langsung menggeser lambang hijau di ponsel Daryl.

            "Gila lo," bisik Daryl. Mau tidak mau, Daryl harus meletakan ponselnya ke telinga. "H-Halo, Del."

            "Ryl, kamu lagi di kampus saya ya? Ngapain?"

            Kedua alis tebal Daryl menyatu. "Di kampus kamu? Enggak, kok."

            "Wih, pake aku kamu," sahut Kemal dan menerima tatapan tajam dari Daryl.

            "Tadi saya liat kamu lagi di kampus saya. Kamu ada di sini, kan?"

            "Enggak, kok. Sekarang saya lagi di tempat makan bakso."

Untold FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang