10. Mengantar Adel dengan Motor

750 98 4
                                    

Adel dan Ibu masih asyik berbincang mengenai hobi mereka di ruang tengah. Adel tidak pernah tahu kalau berbagi cerita mengenai hobi dengan orang yang jauh lebih tua darinya, apalagi yang baru Adel kenal hari itu juga, ternyata tidak kalah seru dengan teman-temannya yang lain.

Sementara itu Daryl mengintip keakraban mereka. Kehadiran Adel di rumah Daryl membawa suasana yang sedikit berbeda di rumah itu. Daryl memang sudah beberapa kali membawa pacar-pacarnya yang dulu ke rumah, tapi cewek-cewek itu pasti lebih banyak menghabiskan waktu bersama Daryl daripada Ibunya. Maka dari itu, kehadiran Adel kali ini terasa lebih berbeda.

Merasa diperhatikan, Ibu menoleh ke arah Daryl yang sedang tertangkap basah mengamati mereka. Ibu tersenyum kecil. "Kamu ngapain toh Dar, malah ngintip-ngintip?" perhatian Adel pun jadi teralihkan kepada Daryl.

"S-Siapa yang ngintip sih, Bu? Orang kebetulan lagi lewat," alibi Daryl lalu berjalan menghampiri mereka dan duduk di sebelah Adel. Bukannya modus, tapi space sofa yang ada memang hanya ada di sebelah Adel.

Tiba-tiba senyum Ibu terbit lagi begitu melihat seseorang dari belakang Daryl dan Adel. "Nah, itu Bapaknya Daryl."

Adel menoleh cepat sesuai dengan arah tatapan Ibu. Adel tersenyum lebar, begitu juga Bapak. Gadis itu beranjak dari sofa dan menghampiri Bapak, tak lupa salim tangan Bapak-Bapak yang memiliki umur tidak jauh dari Papanya Adel itu.

"Halo, Om. Saya Adel, temennya Daryl," ujar Adel memperkenalkan diri dengan senyum manisnya.

Dahi Bapak berkerut memandang Adel, membuat Adel merasa tidak nyaman. Ia melirik ke arah Daryl dengan tatapan tanya, dan Daryl hanya membalasnya dengan gelengan kecil.

"Kamu yang ada di foto display WhatsApp-nya Aditio, ya?"

Kini dahi Adel yang berkerut. Pasalnya, Aditio adalah nama Papanya.

"Maksud Om, Papa saya?"

Bapak mengeluarkan ponselnya dari kantung celana. Ia membuka WA dan mencari kontak temannya yang bernama Aditio itu. Setelah membuka display picture Papa, wajah Bapak berubah sumringah. "Tuh kan, bener, ini kamu, kan?"

Bapak memperlihatkan apa yang ada di layar ponselnya. Foto itu menampakan Papa, Adel, Mama, dan Rafa yang kala itu sedang berlibur ke Malaysia. Adel tertawa sendiri melihat wajahnya terdapat di ponsel Bapaknya Daryl.

"Iya Om, itu saya! Astaga gak nyangka banget. Om temennya Papa, ya?"

Jantung Daryl berdebar. Ia kini tenggelam dalam pemikiran dan segala pertanyaan yang mengerubungi otaknya. Gue emang sering ngalamin suatu kejadian yang kebetulan, tapi gak pernah se-kebetulan ini.

Bapak tertawa, begitu juga Adel. "Iya, saya temen Bapakmu, kita satu kantor." Pandangan Bapak beralih pada Ibu. "Itu lho Bu, si Budi Aditio, yang pernah nganter Daryl ke dokter waktu dia sakit demam pas Ibu lagi nemenin Bapak tugas di Jogja. Inget, gak?"

"Astaga." Ibu menganga lalu detik berikutnya ia tertawa. "Apa dunia sekecil itu, ya?"

"Jadi Bapak sama Ibu udah kenal sama Bapak Ibunya Adel?" tanya Daryl yang masih tidak percaya. Apalagi tadi barusan namanya dibawa-bawa oleh Bapaknya. Bahkan sebelum bertemu Adel, Daryl sudah lebih dulu bertemu dengan Papanya Adel?

"Iya, Daryl. Lah kamu kenal Adel darimana? Ini anaknya temen Bapak."

Daryl membalas terlambat beberapa detik, karena masih tidak percaya dengan sikon ini. "P-Panjang deh Pak, kalo diceritain."

Untold FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang