41. Aku Bisa Menjadi Tamengmu

603 82 18
                                    

Suasana rumah Adel tampak sepi. Hanya ada suara game PS Rafa. Adel menuruni tangga sambil menatap sekeliling, mengharapkan hadirnya sesosok Daryl. Ia pun menghampiri Rafa yang sedang asyik dan fokus dengan apa yang ada di hadapannya dan tangannya.

            "Raf," panggil Adel, sambil masih menatap sekeliling.

            "Hm."

            "Tadi ada temen gue gak dateng ke sini?"

            "Siapa? Reno?"

            "B-Bukan," balas Adel. "Setelah Reno, ada yang ke sini gak? Atau cuma sekedar mampir gitu?"

            "Siapa? Daryl?"

            "Nyariin saya?" jantung Adel terasa disengat listrik begitu mendengar suara berat Daryl berasal dari kamar mandi. Cowok itu baru saja keluar dari toilet dan kini tengah tersenyum jahil. Pipi Adel seketika memanas. Ia pun tersenyum malu sambil meremas bajunya. Jantungnya belum begitu siap melihat Daryl kali ini.

            "Eh Daryl." Adel cengengesan. "I-Iya, nyari kamu. Soalnya tadi di Line kamu bilang kamu mau ke sini."

            Daryl terkekeh. "Iya, saya khawatir kamu gak bales Line saya. Kirain kenapa-napa. Pas tau kamu lagi tidur dari Rafa, saya lega banget." Adel tersenyum. "Jadi, kamu kenapa?"

            Adel melirik Rafa yang masih tampak seru dengan game-nya, walau Adel tahu sebenarnya kuping Rafa melebar untuk mendengar perbincangan antara Daryl dan Adel.

            "Sini." Adel mengajak Daryl untuk menjauh dari ruang tengah. Mereka pun duduk di ruang makan. Daryl masih menatap Adel serius, tidak sedikitpun matanya melirik jauh dari Adel. Adel menghela napas panjang. "Emang kamu gak nanya Rafa daritadi?"

            Daryl menggeleng. "Saya gak enak nanya-nanya dia." Cowok itu cengengesan.

            "Tadi Reno dateng marah-marah, minta balikin barang-barang pemberian dia. Terus saya bilang ke dia kalo kasih ke selingkuhannya aja—"

            "Tunggu, tunggu," sela Daryl. "Emangnya kamu sama Reno udah ... putus?"

            Adel mengangguk. Anggukan singkat itu mengundang segenap kegembiraan dan sensasi aneh dalam tubuh Daryl. Cowok itu ingin sekali tersenyum lebar dan berteriak betapa senangnya dia. Akhirnya, Daryl merasa lebih bebas setelah mengetahui Adel tidak lagi bersama Reno.

            "K-Kok bisa?" tanya Daryl, sebisa mungkin menutupi kegembiraannya.

            "Dia selingkuh Ryl." Mendengar itu, tak ada lagi rasa senang dalam hati Daryl. "Kamu harus tau dia selingkuhnya sama siapa. Dia selingkuh sama temenku sendiri Ryl, si Putri."

            "Hah?" Daryl berharap bukan Putri yang selama ini Daryl kenal. "Putri ... yang ngajar bareng kamu itu?"

            Adel mengangguk lemas. "Iya, Ryl. Putri yang itu."

            Tubuh Daryl yang tadinya duduk tegak seketika membungkuk lemas. Cowok itu tampak syok dan tidak percaya. Dan selama ini Daryl tidak tahu rasa sakit hati dan kekecewaan yang selama ini Adel tanggung. "Saya aja syok, Del. Gimana kamu...."

            Adel mengangkat kedua bahunya, seakan segalanya tampak ringan. "Ya begitulah. Tapi saya selalu mencoba bersyukur sama apa yang udah terjadi sama saya."

            Daryl mengangguk setuju. "Iya Del. Kamu jadi tau siapa aja di dunia ini yang tulus sayang sama kamu dan mana yang enggak." Adel mengangguk singkat. "Terus, gimana tadi si Reno bisa berantem sama Rafa?"

Untold FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang