Prolog

142 14 0
                                    

Tap....tap...

Akhirnya orang itu sampai juga. Ah, aku harus segera menyambutnya dan mengantarkannya ke tempat yang seharusnya sebagai penghormatan atas apa yang telah dia perjuangkan.

Aku pun berlari dengan tidak sabar untuk segera menemui orang itu.

"Selamat datang di tempatku"

Dia tampak kebingungan. Menatapnya bertanya-tanya. Membuatku jadi ikutan bingung.

Kenapa dia malah menatapku seolah dia tidak mengingat semua pertemuan kita?

"Kau siapa?"

Pertanyaan itu seolah menjawab pertanyaanku. Pandanganku seketika berubah serius. Ada yang salah disini. Mau tak mau aku  terpaksa harus bersikap seperti biasa. Padahal niat awalnya aku ingin bersikap lebih santai seperti saat di padang pasir dulu.

"Aku bukan siapa-siapa. Sebut saja aku penjaga batas hidup dan mati" kataku akhirnya menuntunnya ke ruang kerjaku. Aku harus memastikan catatanku dulu sebelum aku mengantarkan orang itu ke tempat yang seharusnya.

Akhirnya kami sampai di ruangan yang penuh buku. Bagaikan perpustakaan tanpa ujung. Namun seperti tempat yang lain disini, semuanya berwarna kelabu. Aku pun mencari kertas daftar pengunjung yang seharusnya datang hari ini. Dan menemukannya.

Sesuai dugaanku, ada yang salah disini. Dan pantas saja aku menemuinya disini, bukan di pintu yang satu lagi.

Dia bermasalah, aku tak bisa mengantarnya ke tempat yang seharusnya.

"Boleh kutanya, apa yang kamu ingat sekarang?" tanyaku akhirnya. Aku harus memastikan apa penyebabnya dia sampai ada di tempat ini.

Dia terdiam. Tampak berpikir sangat lama. Sampai akhirnya dia kembali membuka suara.

"Aku....ingin mati. Hanya itu yang kuingat"  katanya dengan tatapan yang tampak begitu kosong. Benar-benar mengingatkanku akan pertemuan pertama kami.

"Apa aku sudah mati?" tanyanya akhirnya.

Tak bisa. Aku tak bisa mengantarkannya dengan kondisi seperti ini. Dari kalimat itu saja aku sudah tau apa saja yang telah hilang darinya yang menyebabkan dia berada disini sekarang. Aku harus mengembalikannya lagi seperti dulu meskipun aku harus main kucing-kucingan dengan pihak atas sebagai konsekuensinya.

"Belum. Kau hanya pingsan, aku akan segera mengembalikanmu"

Tindakan yang beresiko, namun aku tak bisa membiarkan semua perjuangan dan kenangan itu pupus begitu saja tanpa hasil yang diharapkan.

The Way to ParadiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang