He is Ghost?

22 3 0
                                    

[Rest]

Aku benar-benar tak menyangka akan bertemu dengan Kak Asha lagi setelah lima tahun ku mendapati kabar kematiannya dari Kak Peace. Kakak tiriku.

Ah iya, namaku Rest. Aku bisa dibilang tuan putri di tanah ini. Namun ku tak ingin lagi memegang gelar kebangsawanan atau segala tetek bengek merepotkan itu. Sejak kematian Kak Peace dan tanah Rain Desert mendapatkan kebebasannya, aku memutuskan untuk mengambil jalan yang sama dengan Kak Iin. Memutuskan mengembara, berbagi kebahagiaan dengan orang yang membutuhkan.

Sungguh waktu aku bertemu Kak Asha ku sangat kaget. Kupikir aku bertemu hantu. Selama ini aku memang bisa melihat makhluk tak kasat mata ataupun merasakan aura dari sesuatu yang bukan manusia. Itu dikarenakan ibuku dulu adalah seorang Shaman sebelum dijadikan selir ke dua puluh empat raja yang adalah ayah kandungku.

Namun aku tak merasakan hal-hal negatif dari Kak Asha. Dia benar-benar masih hidup. Ini benar-benar sebuah keajaiban bagiku. Dulu Kak Asha sudah seperti kakakku, bahkan hampir seperti ibuku yang sangat penyabar.

Andai kakak masih hidup pasti kita akan lengkap. Kembali ke masa-masa paling bahagia itu. Berempat.

Namun itu mustahil. Aku tahu itu.

Ya sudahlah. Yang penting aku sangat senang Kak Asha masih hidup. Namun ada satu hal mengenai Kak Asha yang membuatku khawatir.

Kak Asha dikelilingi bau kematian. Dan bau kematian itu bersumber dari orang yang pergi bersamanya. Kenapa Kak Asha bisa bertemu dengan sesuatu yang bisa saja berbahaya itu. Aku harus melakukan sesuatu.

"Lagi memikirkan sesuatu?"

Sebuah suara bass mengagetkanku. Aku menoleh kebelakang. Mendapati sosok pria berambut putih penuh perban yang menjadi teman-lebih tepatnya pacarku- seperjalananku tengah mengecek perlengkapannya.

"Ah ga ada apa-apa kok Patchy" kataku memasang senyum manis. Aku tak bisa menceritakan ini pada pria itu. Bisa-bisa kacau.

"Yakin?" katanya menatapku penuh curiga. Dia memang selalu curigaan.

"Bener kok" kataku mendekatinya. Memeluk pinggangnya manja.

"Habis dari mana? Kau bau darah" tanyaku gantian mencurigainya. Takutnya dia membunuh orang sembarangan lagi. Patch memang begitu.

Patch mendengus "Berburu. Lumayan dapat kelinci gurun lima" katanya menunjuk bawaannya yang terletak di depan pintu.

"Kau ga melakukan pekerjaanmu disini kan?" tanyaku masih menginterogasinya.

"Yayaya... Cuma ditanah ini ku tak boleh melakukan pekerjaanku kan" katanya menyentil jidatku.

"Aduh"

"Makanya cepat selesaikan urusanmu di kampung ini, supaya ku bisa leluasa kerja lagi. Bosan tahu" sungutnya memainkan rambutku.

Seperti yang kukatakan sebelumnya, sebenarnya Patch adalah seorang pembunuh berantai. Sebuah hal yang sangat aneh buatku kenapa bisa mengikutinya. Ceritanya sangat panjang. Yang jelas dia pernah menyelamatkan nyawaku sekali sehingga ku memutuskan untuk mengikutinya. Tenang saja, selama aku tahu kelemahannya, dia takkan membunuhku. Lagipula Patch sendiri berjanji kalau aku akan menjadi korban terakhir dalam hidupnya kalau memang itu suatu pilihan.

The Way to ParadiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang