Dua

162 9 0
                                    

Aku, sangat mengenal tempat ini.

7/2/15

'Lagi dimana, Fa?'
Terdengar suara di ujung sana mulai khawatir.

'Lagi di bis Ka, masih jauh kayanya.'

'Mau magrib..'

'Iya, tau.'

'Udah nyampe mana? Aku Jemput ya?'
.
.
.
Lama aku berfikir, sepertinya dia benar. Udah sore dan mulai gelap. Aku harus dijemput.

'Oke. Ifa tunggu di depan Hash cafe'

'Dimana?'

'Deket tiang listrik gede.. Sampingnya ada..

Eh? Handphoneku tibatiba saja mati. Kucoba nyalakan kembali, sia-sia saja.
Batrenya habis. Aku hanya bisa pasrah, nunggu Raka di Hash.

Sepuluh menit..
Tiga puluh menit..
Sejam..

Belum ada tanda-tanda Raka mau datang. Apa alamatnya kurang jelas ya? Atau macet? Jarak dari rumah ke Hash jauh sih..  Tapi kalo naik motor, harusnya udah nyampe dalam waktu sejam..

---- skip

'Hujan neng, sini neduh'

Bapak di sebelahku mengingatkan sambil berlalu. Ia berlari menuju halte, sepertinya menunggu bus lain.

Aku hanya berjalan santai, sengaja saja. Iseng, pengen kehujanan.

'Hujan. Jangan terlalu sering turun. Aku mungkin tak akan demam. Tapi kenangan.. Eh, sudahlah.'

Bajuku tidak terlalu basah, kecuali ujung gamis serta jilbabku.. Aku berteduh, dan hampir berjinjit untuk melihat jam digital merah menyala di ujung dinding halte. Oh, aku butuh kacamata.

Aku tidak sedang menunggu bis..  Hanya saja, diam sejenak disini, liat hujan, liat banyak orang, kendaraan.. Membangun mood dan semangat yang lagi down banget. Untuk beberapa orang, mungkin musik sangat membantu, makan.. Tidur.. Mandi.. Baca buku..
Aku? Complicated. Kadang butuh semuanya. Sebelum, suatu saat baca di suatu halaman sebuah buku yang jlrb banget.
'Harusnya, dengan mengingat Allah, hati sudah tenang'

Nah loooh.. ~~~~~

Ga kerasa udah sejam disini, perjalanan ke rumah harus dilanjutkan. Mamah pasti udah nunggu dari tadi.

Aku mengulurkan tanganku menuju bahu jalan, memberhentikan sebuah angkutan kota.
'Pasar kayu, Pak?'
Bapak itu hanyaa mengangguk pelan sebelum akhirnya aku memasuki mobil dan duduk dekat jendela. Setelah susah payah kubuka jendela, kubiarkan angin itu menyapu setiap inci wajahku, memancing kenangan yang sempat terhentii..

----

'Ifa?'
Aku menoleh menuju sumber suara.

Langit masih merestui kita, bisik hatiku.

Tanpa menjawab sepatah katapun, aku menghampirinya.

'Yuk, ka'

'Besok aku wisuda,Fa.. Kamu dateng ya? Bawa boneka yang pake toga gitu loo.. Biar aku seneng'

'InsyaAllah, Ka kalo ga ada halangan. Tapi kayanya gaakan bawa boneka. Bunga aja ya.'

'Haha bercanda kali. Mamah papa aku dateng. Nnti salamin mereka ya'

Deg

Ada perasaan aneh yang menjamah hatiku. Antara seneng dan takut, aku belum punya sikap yang baik untuk dikenalin ke orang tua. Aku benar-benar suka gelagapan..   Raka, kenapa harus besok..

'Eh, biasa aja kali Fa.. Kaya yang mau dikenalin ke calon mertua aja..'
Dia terkekeh menyadari aku yg sedang melamun..

Sial

Allah, Aku pulang.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang