Chap 4

5.1K 775 40
                                    

Yunho terlihat lesu pagi ini. Sekarang ia tengah duduk di taman yg ada di kampusnya, jika biasanya ia hanya sibuk melempar rayuan kesana kemari. Namun sekarang ia hanya melamun seperti tak ada gairah. Ia juga tidak menguntit Jaejoong seperti kemarin. Pemandangan yg sangat aneh dari seorang Jung Yunho.

Ada apakah dengannya?

Ternyata Yunho sedang banyak fikiran. Ia memikirkan apa keputusan Heechul tentang hubungan Jaejoong dan pria yg tak dikenalnya itu.
Apakah ia diterima menjadi menantu idaman Heechul?
Memikirkan hal itu membuat kepalanya sakit. Apalagi ia sudah berjanji akan menikahi Jaejoong secepatnya.
Ohh... ia baru akan memikirkan alasan apa yg akan ia gunakan agar Appanya tidak marah nanti. Sejujurnya ia sangat takut pada Appanya, namun rasa ingin memiliki Jaejoong lebih mendominasi dan membayangkan ia kehilangan pria cantik itu lebih menakutkan daripada kemarahan Appanya.

Jaejoong memperhatikan Yunbo di tempat yg ridak jauh dari pria itu. Ia merasa kasihan, tapi ini sudah terlanjur terjadi. Tak mungkin juga ia berkata jujur. Bisa-bisa Yunho akan kembali seperti semula, ia tidak mau jika hal itu terjadi. Jaejoong menarik nafas panjang, perlahan ia berbalik pergi dari tempat itu.
Ia ada kelas sekarang.




***



"Kau kenapa?" Junsu bertanya setelah dosen mereka keluar dari kelas. Jaejoong meliriknya sebentar sambil memasukkan buku-bukunya ke dalam tas. Setelah semua bukunya telah masuk ke dalam tas, ia kemudian merebahkan kepalanya di atas meja.

"Suie, aku kasihan pada Yunho." Ucapnya. Dari tadi ia tidak bisa fokus pada penjelasan dosen karena otaknya penuh sengan Yunho. Wajah Yunho saat di taman terus terbayang di otaknya. Ia jadi tidak tega sudah membohongi pria itu..

"Lalu bagaimana? Apa kau mau jujur padanya?"

Jaejoong berfikir lagi, ia tidak mungkin jujur pada Yunho. Jika ia jujur, tidak hanya Yunho yg marah padanya, tapi sudah pasti Ummanya juga akan marah. Jaejoong begidik membayangkan kemarahan Ummanya yg bisa saja membuat separuh kota hancur.
"Tidak! Aku tidak bisa jujur padanya. Ini sudah setengah jalan, jika aku berhenti tak hanya rasa lelah yg aku dapatkan, tapi rasa kecewa dan kesedihanpun juga akan datang."

Junsu mengangguk. Ia mengerti posisi Jaejoong.
"Kalau begitu jalani saja. Eh.. apa kau sibuk setelah ini?"

"Tidak. Memangnya kenapa?" Jaejoong mendongak, ia menggeleng pelan.

"Aku dengar sekarang sedang ada diskon di..." Ucapan Junsu tergantung karena tiba-tiba saja Yunho datang ke kelas mereka dan langsung berjalan menghampiri Jaejoong.


Grep...



Yunho menggenggam tangan Jaejoong.
"Kim Jaejoong, ikut aku sekarang."
Jaejoong terkejut saat Yunho langsung menariknya begitu saja tanpa mendengar jawabannya terlebih dahulu. Ia membawa Jaejoong ke arah parkiran kampus.

"Hey. Jung Yunho! Apa yg kau lakukan? Kau mau membawaku kemana?" Yunho mendorong tubuh Jaejoong agar masuk ke dalam mobilnya, setelah itu ia berjalan mengeliling dan duduk di belakang kemudi.
Ia menatap lekat mata Jaejoong, perlahan ia menggenggam tangan pria cantik itu.

"Kim Jaejoong. Kita akan menemui Appaku." Ucap Yunho sungguh-sungguh.
Mata Jaejoong melebar, ia terkejut mendengar ucapan Yunho. Seketika tangannya berkeringat dingin. Ia tak menyangka jika Yunho serius akan menikahinya. Ia merasa sangat bahagia sekarang, namun ada sedikit rasa takut di hatinya.

'Bagaimana jika Appa Yunho tidak suka padaku?' Batin Jaejoong.

Otak Jaejoong mulai berkelana membayangkan hal-hal buruk yg mungkin akan terjadi nanti.

Yunho melihat jam tangannya. Ia yakin jika Appanya sudah di rumah sekarang karena hari ini adalah ulang tahum Ummanya. Tadi pagi ia juga tak sengaja mendengar Ummanya merengek minta agar Appanya pulang cepat.

Selama perjalanan Jaejoong terus menatap keluar jendela. Ia berharap waktu bisa diputar. Ia sangat tidak suka berada di situasi yg agak canggung.
Mobil Yunho memasuki halaman rumahnya. Jaejoong semakin gugup, namun ia menganga terkejut setwlah melaihat betapa besarmya rumah Yunho. Sekarang ia mengerti kenapa sikap Ummanya seperti itu. Ia kembali membayangakan hal buruk yg akan twrjadi di dalam sanaa.

Yunho mematikan mobilnya. Ia menoleh menatap Jaejoong. Yunho melihat qajah takut Jaejoong. Ia menggenggam tangan Jaejoong erat.

"Jangan takut, percayalah padaku." Ucapnya menenangkan, padahal ia sendiri juga sebenarnya sedang gugup sekarang.
Jaejoong menangguk, melihat tatapan Yunho ia menjadi sedikit tenang. Ia menarik nafas panjang guna meredam rasa gugup yg tiba-tiba ia rasakan. Kemudian ia keluar dari mobil Yunho dan mengikuti pria itu berjalan masuk ke dalam rumahnya.

"UMMA... APPA..." Yunho berteriak memanggil orang tuanya. Seorang kepala maid sedikit berlari menghampirinya.

"Tuan muda. Tuan besar sedang di ruang tengah dan Nyonya besar sedang memasak." Ucapnya. Yunho mengangguk, Ummanya memang suka memasak jika ada peringatan hari-hari tertentu seperti adanya ulang tahun atau tahun baru. Entah kenapa, ia sendiri tidak tau.

Ia menarik tangan Jaejoong membawa pria itu ke ruang tengah untuk menemui Appanya. Dan kepala pelayan mengikuti mereka dari belakang.

"Ahjussi. Tolong panggilkan Umma." Perintah Yunho saat mereka akan memasuki ruang tengah. Kepala pelayan mengangguk dan berjalan ke arah dapur. Sedangkan Yunho berjalan mendekati Appanya.

"Appa.." panggil Yunho. Il Woo yg sedang asik dengan tab'nya menoleh, ia sedikit terkejut melihat putranya datang bersama seorang pria yg cukup cantik. Yunho berjalan dan duduk di seberang Il Woo. Tak lupa ia juga mengajak Jaejoong duduk disana.

"Tumben kau mengajak temanmu yg lain ke rumah. Appa mengira kau tidak mempunyai teman lain selain yg berjidat lebar itu." Yunho memutar bola matanya mendengar ucapan Appanya.

"Namanya Yoochun Appa." Ucapnya. Mereka bertiga menoleh saat mendengar suara sepatu yg mendenkat. Nara berjalan pelan ke arah mereka dan duduk di samping Il Woo. Itu membuat Il Woo sedikit terkejut.

"Umma.. Appa.. ada yg ingin aku katakan." Ucap Yunho cepat bahkan sebelum Ummanya bertanya.

Nara yg hendak bertanyapun terdiam. Ia menunggu apa yg akan Yunho katakan. Namun Yunho hanya diam, ia tampak ragu untuk mengatakannya.

"Katakanlah sayang. Apa yg ingin kau katakan." Ucap Nara lembut. Sejujurnya Yunho merasa takut sekarang. Namun ini semua demi Jaejoong. Ia menarik nafas panjang, meyakinkan hatinya jika pilihannya adalah yg terbaik.

"Umma Appa.. aku ingin menikah dengan dia." Yunho menunjuk Jaejoong yg duduk di sampingnya.
"Dia kekasihku. Namanya adalah Kim Jaejoong."

Il Woo dan Nara diam, mereka masih memproses apa yg baru saja putra mereka katakan.

"APPPPPAAA???" keduamya berteriak kaget setelah loading di otak mereka sukses. Mereka sangat terkejut mendengar ucapan Yunho.

Il Woo berdiri menatap Yunho marah.
"Aku menyekolahkanmu bukan untuk mencari kekasih Jung Yunho." Ia menggertakkan gigi marah. Tak menyangka jika putranya seperti ini.

"Tenanglah yeobeo." Nara mencoba menemangkan. Ia menarik tangan suaminya agar duduk kembali. Il Woo pun duduk, namun tatapannya masih tertuju pada Yunho. Sementara Jaejoong sekarang menunduk takut. Ia tidak menyangka akan seperti ini reaksi Appa Yunho.

Nara menatap putranya. Sejujurnya ia merasa kecewa dengan Yunho, namun ia tidak mau memperburuk suasana.
"Kenapa harus cepat-cepat menikah? Kalian berpacaran saja dulu." Nara mencoba bernegosiasi dengan Yunho.

Yunho tidak akan menyerah. Jika ia gagal sekarang, maka Jaejoong akan menjadi milik orang lain.
"Tapi Umma..." ia menatap Jaejoong yg ada di sampingnya.
'Berbohong sedikit tidak apa bukan?' Batinnya.
"Jaejoong sekarang tengah hamil." Ucapan Yunho membuat tiga orang yg ada disana melotot kaget mendengarnya.

Playboy Yunho.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang