11. Saat Kita Semakin Dekat

31 14 3
                                    

Untuk saat ini, kalian hanyalah temanku. Tapi gatau lagi besok-besoknya bakal gimana

-


Sepulang sekolah, Vana bergegas menuju parkiran sekolah. Ia melihat sekeliling dan iris mata nya mulai mencari keberadaan Artha.

Nihil.

Vana sama sekali tidak melihat Artha disana. Kemudian Vana memilih duduk di ayunan yang berada di Taman kecil, sebelah parkiran.

Setengah jam berlalu. Sambil mengotak-atik ponselnya, Vana mulai lelah menunggu sendirian.

"Alta, "

Vana langsung menoleh kesumber suara yang ia yakini bahwa itu Artha.

Benar memang, Artha adalah suara yang barusan memanggil nama Vana, Alta.

Artha menghampiri Vana yang masih di tempat.

"Ayo gih, ke parkiran. Keburu petang nanti, "

Vana mengangguk kecil. Tangannya ditarik oleh Artha pada genggamannya yang kuat.

Mereka berdua tiba di ambang parkiran.

"Tunggu, gue ambil mobil nya dulu, "

Artha mengendarainya hingga berhenti di samping Vana yang masih berdiri.

Vana pun masuk dan duduk di sebelah Artha, setelah Artha memintanya masuk.

Artha mengendarainya dengan kecepatan rata-rata.

Vana hanya menatap keluar sedari tadi.
Hingga sesuatu membubarkan lamunannya.

Bang Zee! Yazha!

Vana menatap mereka berdua hingga pandangannya berubah ke belakang. Karena mobilnya melaju menjauhi Bang Zee dan Yazha.

"Alta, "
Artha membuat Vana tersentak.

"Ha? "
Vana mengalihkan tatapannya yang sedari tadi tidak ingin lepas dari mereka berdua.

"Liat apaan, "
Artha bertanya tanpa menatap Vana. Ia memfokuskan pada jalanan yang sangat ramai.

"Ah enggak,"
Hanya itu yang dapat Vana katakan agar tidak memperpanjang kalimat.

Vana masih berpikir bahwa ia harus mempertanyakan hal ini pada Bang Zee saja.

Vana merasa bahwa Bang Zee yang harus bertanggung jawab atas kalimatnya semalam.

Flashback*

Vana mengambil daftar buku novel yang harus ia beli. Dan mengumpulkan uang yang terkumpul dari dalam dompet silikonnya.
Jumlahnya 300 ribu setelah ia menghitungnya pasti. Vana mengembalikan uang tersebut di dalam dompet. Kemudian Vana meletakkan dompet silikon miliknya di balik bantal.

Tiba-tiba suara bel rumahnya berbunyi. Vana segera turun dan membukakan pintu gerbang.

Bang Zee datang dengan mobilnya.
Setelah selesai memarkirkannya di dalam garasi, Vana mengajak Bang Zee masuk ke dalam.

Di dalam kamar Vana, di atas kasur. Bang Zee memakan keripik kentang kesukaannya sambil memainkan ponsel.

"Bang, "
Vana mulai membuka suaranya.

Bang Zee hanya menoleh karna makanan itu masih memenuhi mulutnya.

"Besok anter Vana beli novel di gramed ya? "

HatinayreminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang