3. Agustus(2)

40 23 9
                                    

Gue harap, pikiran gue ini salah. Apalagi pikiran gue saat ini adalah kita telah menyukai orang yang sama

-

"Van, Chie, mulai sekarang kita sahabatan!" Rara mengatakannya tanpa beban dan tersenyum tulus.

Gue gak bisa!

Vana hanya memaksakan senyumnya. Vana tidak akan mampu menolak hubungan persahabatan itu. karna bagi Vana, menolak seseorang adalah hal yang mustahil.

Mereka bertiga berjalan beriring-iringan hingga tiba di depan gerbang sekolah.

Vana melambaikan tangannya ketika hendak melajukan motornya.

Di hari-hari selanjutnya, Vana, Rara, dan Dechie menjadi semakin dekat satu sama lain.

Begitu juga dengan Vana yang menjadi lebih sering berdebat dengan Fajar.

Hari ini, tanggal 16 Agustus. Sepulang sekolah, Vana dan Rara memilih hiasan kelas untuk lombanya besok.

''Ini nih bagus, "
Rara mengambil beberapa hiasan dari atas kotak dan membawanya ke tempat pembayaran.

***

Hari ini, tepat pada tanggal 17 Agustus. Vana yang masih merebahkan punggungnya diatas keranjang kini terbangun.

Vana menyapu kedua bela matanya dan melihat jam dinding yang menunjukkan pukul 4 pagi.

Vana mencuci matanya dan menyiapkan segala peralatan untuk kelasnya hari ini.

Di sekolah, saat itu masih pukul 6 pagi.
Vana mengeluarkan segala perlengkapannya dan mulai menatanya, sendirian.

"Sendirian aja, mau gue bantu gak? "
Fajar datang secara tiba-tiba. Tepat dibelakang Vana.

"Gak! Gak boleh, hus hus, " Vana mulai menjauhkan barang-barang yang sedari tadi dipegangnya dari tangan Fajar.

Fajar berusaha merebutnya dari tangan Vana. Vana juga berusaha menghindari Fajar.

Begitulah keadaan Vana dan Fajar saat ini, masih ditempat yang sama dan dengan keadaan yang sama.

"Van, sini, gue bantuin lo buat masang. " Rara yang baru saja datang langsung mendekati Vana dan mengambil posisi diantara Vana dan Fajar.

Fajar merasa sudah tidak dibutuhkan untuk berdebat, ia langsung meninggalkan posisinya saat ini.

"Kenapa lo repot-repot masang sendirian?" Rara mengatakannya sambil memasang hiasan-hiasan yang ia pegang.

''..."

"kenapa lo gak bilang ke gue kalo bakalan berangkat pagi?"
Lanjutnya.

"Kalo lo bilang, gue juga bakal berangkat pagi. Biar lo ga sendirian dan gak dijahilin Fajar, "
Rara mengatakan hal-hal seolah mencemaskan sesuatu. mungkin saja mencemaskan Vana.

Vana tidak menjawab sepatah kata pun. Ia hanya melanjutkan pekerjaannya bersama Rara.

Setelah Rara dan Vana memasang semua hiasan kelas, teman-temannya datang secara berturut-turut.

HatinayreminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang