Prolog

67 30 25
                                    

Kenali dulu, baru sayangi. Jangan bego! Dengan menyayangi dia, lo pikir bakalan bisa kenalan kemudian?

-

"Hujan!! " Zeevana berlari menuju gerbang utama sekolah, di mana ia tidak lagi kehujanan.

Zeevana Althara Nata, si pembenci hujan.

"Untung masih pagi, " ucapnya sambil mengibas-ngibaskan lengannya yang basah.

Zeevana mengikuti pelajaran seperti biasanya. Hari-hari yang sangat membosankan. Dia anak ke dua dari dua bersaudara. Zee Ardian Nata, abangnya Zeevana.

Vana, kali ini abangnya yang mengantar jemput. Mungkin lagi akur dan mereka dua bersaudara yang gak bisa akur.

"Bang, tadi temen Vana pengen main ke rumah, " Vana mengatakannya dengan sedikit tidak yakin, sambil membuka toples kerupuk yang dipegangnya.

"..."

"..."

"Bang!! " Vana memukul bagian atas tolpes yang sudah tertutup rapat.

"Abanggg! " Vana menghampiri bang Zee yang sedari tadi sibuk memainkan ponselnya. Jarak mereka hanya sekitar satu meter diatas permukaan kasur.

Vana mengacak-acak rambut bang Zee, sekaligus memberontak marah. Ia terus merengek dan sesekali mengambil ponsel dari tangan abangnya.

"Sini ih! " ucap bang Zee.

"Udah kali, lanjutin ceritanya"

Suara bel rumah terdengar samar didalam kamar Vana, tetapi Vana mendengar jelas suara bel rumahnya.

"Gak jadi bang, gue laper. Paling mama pulang bawa makanan itu, "

Vana sedikit mempercepat langkahnya menuruni tangga, dan membukakan pintu utama.

"Mamaa"

"Makan maa, " ujar Vana melembut.

"Bawa ke atas aja kotak pizza nya, mama langsung keluar, pulangnya paling nanti malam bareng papamu, "

"ini kuncinya, kalo mau keluar rumah sama abang. Jangan lupa kunci rumah." langkah kaki yang menjauhi pintu utama.
Vana semakin tidak melihat mamanya lagi di hadapannya.

Vana menuju kamar atas dengan 2 tumpuk kotak pizza ditangannya.

"Bang! Bukain pintunya! Tangan Vana cuma dua ini, " ujarnya dibalik pintu kamar.

Bang Zee membukakan pintu kamar dan langsung mengambil kotak teratas yang dipegang Vana sedari tadi.

"..."

Hening, hanya suara kunyahan dan notif whatsapp di ponsel keduanya.

←🔵 The Squad
Raira, Teiya, Anda

HARI INI

Teiya
Rumah lo yang sebelah mana?
Apanya rumah pager tosca?
Gue gak begitu hafal,
sama daerah rumah lo 3.23 PM

Raira
Tei, lo jemput gue? 3.25 PM

Teiya
Nunggu Vana bls dulu
Van? 3.30 PM

Chat dari grupnya Vana sangat ramai, terlebih lagi, Vana yang hanya bersikap cuek tanpa membaca pesannya sekali pun.


"Dari tadi hp nya rame banget, tapi abang gak denger suara keypad kamu, '' ujar bang Zee yang masih menatap layar ponselnya.

"Emang gak ada yang Vana bales, "

Zee memalingkan tatapan ke layar ponsel, dan sekarang bang Zee menatap Vana dengan gusar.

''Makannya udah selesai kan? "

"Seenggaknya bales aja kek, meskipun gak penting. Mungkin, "

Vana memutar bola matanya malas dan meraih ponsel yang sedari tadi berbunyi.

Anda
Mbb
Sorry gue gak maksud
Tapi gue lagi di rumah tante ini.
4.57 PM Gue lupa udah ada janji.

Anda
Lain kali aja
5.01 PM Kalo gue lagi gak ada janji


Vana, kebiasaan buruknya adalah ia tidak pernah mengizinkan siapa pun mengunjungi rumahnya.
Terakhir kali yang datang kerumahnya itu..

Gue males sama tamu yg gak gue inginin!

***

"Rei pulang yuk!"

Vana menarik tangan Raira yang saat itu masih membenarkan posisi tasnya.

"Gue duluan ya! soalnya gue udah dijemput, " ujar Teiya yang masih sempat melambaikan tangannya.

Tepat setelah 5 menit berlalu, hujan turun semakin deras. Vana dan Raira duduk di gazebo depan kelas sambil menonton sekumpulan cowok yang sedang bermain sepak bola.

"Mau sampai kapan kita nunggu hujan, "
Vana menarik lengan kirinya ke atas, sekilas memperhatikan jarum jam pada jam tangan mungil miliknya.

Cowok yang itu namanya siapa sih?

"Cowok itu namanya Artha, ketua osis yang suka bercanda orangnya. Katanya, dia asik terus bawaannya santai mulu. "
Ucap Raira sambil menunjuk pada cowok yang dipertanyakan Vana dalam batinnya.
"..."

Urwel?

Gak tau, sejak kapan gue tertarik sama Artha. Tapi rasa tertarik ini udah ada sejak pertama kali ketemu dia, 6 Bulan yang lalu bukan?

"Banyak banget yang bilang, kalo cewek-cewek ganjen sering diladeni gitu sama Artha, "

"Iya diladeni sih, selagi Artha gak ada yang punya. "
Lanjut Raira.

"Lo pasti inget kan, yang penembakan kak Alexa buat kak Artha di kantin, "

Vana mengerutkan dahi nya dan mengangguk kecil.

"Tapi ditolak mentah - mentah, " lanjutnya.
"Gue gak tau, masih ada apa yang namanya teori tak kenal maka tak sayang, "

"Sekarang itu jamannya sayang duluan, jadian, terus kenalan, "
Raira tertawa keras tanpa menghiraukan Vana.

Hujan mereda setelah setengah jam menunggu. Rai dan Vana melangkahkan kakinya hingga berada diluar gerbang sekolah.

Mereka mengambil sepeda motor di parkiran, dan jalur mereka berlawanan.

"Vana, "

Vana menoleh ke arah Raira yang masih berada ditempat.

"Tapi ya tergantung sih, lo pilih teori yang mana. Kalo lo pilih teori sayang, jadian, kenalan. 50% nya lo bakal gagal di tahap jadian"

"Kalo lo pilih teori kenalan, pdkt an, jadian. 50% nya lo bakal gagal di tahap kenalan, "

Ujar Rai dengan tersenyum puas. Kemudian ia langsung melajukan motornya.

Kenali dulu lah Van, baru sayangi tapi jangan bertepuk sebelah tangan. Ih bego! Dengan menyayangi Artha, lo pikir bakalan bisa kenalan kemudian apa Van?

-

Hargai ya, hargai!

Dihargai bukan berati dirupiahkan.
Kalian Kasih saran-saran di kolom komentar dan juga Kasih vote nya aja udah bisa diartikan sebagai apresiasi:)

HatinayreminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang