10. Agar lebih dekat

37 16 2
                                    

Ajari aku berbohong! berbohong agar terlihat baik-baik saja

-

Sepulang sekolah, Vana dan Yazha mempir ke cafe sekitar sekolah.

Mereka menghabiskan sekitar satu jam di sana.

"Van, gue tau lo baru-baru ini punya masalah, "

Kemudian Yazha meneguk coffee di dalam cangkir mungil bewarna warm.

Vana meletakkan cangkir yang sempat berada di tangan.

"…"

"Van, siapapun juga bakalan tau kalo po lagi punya masalah, "

Vana menautkan kedua alisnya.

"Kenapa? Karna gue emang blak-blak an di kantin waktu itu. Jelas semuanya pasti udah tau, "

Vana kembali memegang cangkir yang tadi baru saja di letakkan di atas meja bundar.

"Eits, lo salah besar Van. Gimana kalo ada temen kita yang gak tau kejadian itu tapi dia tau kalo lo punya masalah? "

"Jawabannya cuma satu. Karna lo ngubah sikap lo dengan drastis untuk beberapa waktu, "

Yazha menepuk pelan bahu Vana yang sedang mencoba mencerna kalimat Yazha.
"Menurut lo, gue baru-baru ini punya masalah disekolah gak? "

Vana menatap Yazha dalam-dalam.

Beberapa detik, Vana menjawab dengan menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Kenapa bisa mikir gitu? "
Yazha mencoba memancing Vana.

"Ya karna, lo terlihat baik-baik saja seperti hari biasanya, "
Yazha tersenyum miris.

"Gue kemarin habis nampar Jessy dari kelas X MIPA 6, seriusan. Gue dulu satu SMP sama dia. Dan kita udah kayak saudara. Tapi kemarin semuanya berakhir dengan tampran yang mendarat di pipi nya, "

Vana menggelengkan kepalanya dengan cepat.

"Gak! Lo bahkan gak pernah terlihat punya hubungan dengan jessy. Lo juga siswi yang anti ngelabrak, "

"Gue masih cerita sepertiganya. itu artinya, Gue pernah ngelakuin hal yang sama pada dua orang lainnya, "

"Gue harap, lo bisa menghubungkan semua kalimat yang gue ucapin, "
Yazha tersenyum Vana.

"Apa maksudnya? Gue masih gak bisa nyerna kalimat yang bahkan gk gue percayai, secepat itu. "
Vana menyipitkan mata dan menatapkan Yazha dalam-dalam.

"Lo gak harus ngubah sikap lo hanya karna sebuah masalah. Lo harus bisa nutupin itu dari semua orang, karna gue yakin kalo lo gak akan suka dikasihani, "

Vana tidak menjawab apapun. Hingga setelah beberapa saat menghabiskan pesanannya, mereka kembali menuju parkiran sekolah.

Vana mengambil sepedanya, begitu juga dengan yang dilakukan Yazha.

Mereka pulang bersama karena daerah rumah mereka berdekatan.

Hingga saat tiba di depan gang rumahnya Vana, Yazha harus berbelok ke arah kiri karena rumahnya berbeda daerah.

Vana membuka pintu rumahnya dan menuju ke kamar. Ia sibuk mencari sebuah lembar kertas bewarna putih yang berisi daftar novel-novel kesukaannya.

"Besok adalah minggu keempat, gue harus beli buku yang ini nih. "

Vana membuka dompet silikon karakter pandanya. Ia mengambil semua uang yang berada di dalamnya.

"Jumlahnya 300 ribu, " Vana mengembalikan 3 lembar uang seratus ribu ke dalam dompet silikonnya.

Kemudian Vana meletakkan dompet silikon miliknya di balik bantal.

Di sekolah, Vana memasuki pintu kelas X MIPA 1.

Vana kembali teringat oleh yang dikatakan Yazha kemarin, pada saat di cafe.

"Lo gak harus ngubah sikap lo hanya karna sebuah masalah. Lo harus bisa nutupin itu dari semua orang, karna gue yakin kalo lo gak akan suka dikasihani, "

Vana memasuki kelasnya dengan senyuman di wajah.

"Selamat pagi, "
Vana melambaikan tangannya dan menunjukkan raut kebahagiaan di wajahnya.

Terlebih, ia melakukannya hanya untuk Yazha sebenarnya.

Vana menempati tempat duduknya dan ia di sambut oleh Yazha yang duduk di kursi Angel.

"Gue rasa lo mulai faham sama omongan gue kemarin, "
Yazha tersenyum miris.

"Gue pengen lo ajarin gue caranya berbohong agar terlihat baik-baik saja, "
Vana meletakkan tas yang sebelumnya berada di punggungnya ke tempat duduknya.

"Lo tetep sama gue, kemana-mana tetep sama gue. Dan lo akan terbiasa dengan cara yang gue lakuin, "

Yazha tersenyum pada Vana dan sebaliknya.

Sepulang sekolah, Vana mengatakan pada Yazha bahwa kali ini mereka tidak bisa pulang bersama. Karna Vana sudah ada janji dengan Artha.

Flashback*

Di koridor atas, Vana melangkahkan kakinya yakin. Ia melihat Artha sedang membaca buku dengan earphone ditelinganya.

Vana melepaskan earphone itu dari telinga Artha. Mereka sama-sama tersenyum tulus.

"Kakak baca apa? "
Vana membuka pembicaraan di antar keduanya.

"Buku sejarah, nanti paling mampir ke gramed buat beli buku biografi, "
Artha memasang kembali earphone yang sempat terlepas.

Vana berpikir bahwa ia hari ini juga berencana pergi ke gramedia untuk membeli novel keempatnya, jika bang Zee pulang kuliah lebih awal dari biasanya.

"Kak, "
Vana berpikir akan meminta ikut ke gramedia bersama.

Artha mengabaikan panggilan Vana.

"Kak!! "
Vana berteriak keras hingga Artha menoleh.

Artha mencoba melepas sebelah earphone nya.

"Eh sorry, "

"Mau ngapain? "

Artha memperhatikan Vana yang hanya diam di tempat.

"Bo-boleh bareng ke gramed gak, kak? "
Vana mengatakan dengan ragu.

"Oh, nanti? Boleh-boleh. Pulang sekolah gue tunggu di parkiran, "

Vana mengangguk kecil, untung hari ini ia diantar oleh abangnya.

Hingga beberapa saat, bel masuk berbunyi.

*

-

Selamat malam:)

Kesannya gimana? Btw. Gue jadi takut nge publish beberapa chapter 16 ke atas:v

Sabar ya, kalo kalian nunggu konflik. Sabar:) karna ada banyak perbaikan kata.

Termasuk di chapter ini juga, kalian comment aja kalo ada yang kurang tepat kalimatnya dan juga kalo ada typo.

Jangan lupa vote ya:)
Gue nulis disempet-sempetin ngebut buat kalian.  Seenggaknya hargai dengan Kasih Bintang:')

Ok.

HatinayreminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang