13. Nyatanya gue takut kehilangan

24 9 1
                                    

Dulu, gue pernah bilang kalo saat ini hanyalah berteman. Gatau kalo besok-besok. Dan kali ini, gue udah sayang sama lo.

-

"Yazha adik kandung abang, dan lo bukan bagian dari keluarga ini, "

Vana terus mengingat kalimat abangnya yang membuat emosinya selalu tak terkontrol.

Hingga mobilnya terparkir di tempat ramai dan sangat aneh bagi Vana. Ia melangkahkan kakinya perlahan saat akan melewati pintu masuk.

Semakin dalam Vana memasuki gedung tersebut, hingga langkahnya berhenti. Ia duduk di salah satu kursi.

Vana memanggil pengurus tempat tersebut. Salah satu pengurus menghampirinya.

"Gue pesen satu, "

Ia meminumnya dengan emosi yang sangat luar biasa.

Kemudian seseorang memanggilnya dan ia langsung menolak panggilan tersebut.
Beberapa kali, Bang Zee terus menelponnya dan Vana memutuskan untuk menonaktifkan ponselnya.

Hanya beberapa menit saja, ia mampu menghabiskan satu botol whiskey penuh yang ia pesan.

"Gue pesen lagi, "

Ia meneguknya habis.

"Lagi, "

Lagi-lagi ia meneguknya habis.
hingga botol yang ke empat, Vana masih membuka tutup botolnya namun seseorang berjaket hitam dan juga memakai masker di wajahnya tiba-tiba saja menariknya paksa dari tempat tersebut.

"Lepasin gue, "

Vana memberontok lemah, karna kekuatannya sudah pada titik terendah.

Orang tersebut membungkam mulut Vana hingga Vana tak lagi memberontak dengan suara, ia hanya mencoba melepaskan diri dengan pukulan kecil yang di berikan Vana.

"Diem lo! " orang tersebut menggendong Vana yang tak berdaya hingga menuju mobilnya.

Ia meletakkan Vana di samping posisinya yang menyetir mobil.

Vana membuka matanya perlahan tanpa suara apapun, matanya sangat redup. Pandangannya seolah kosong.

Orang tersebut membuka masker yang menutupi wajahnya sebelum menyalakan mobil.

"Kak Artha, " kalimat terakhir yang Vana ucapkan dalam keadaan setengah sadar, kemudian ia memejamkan matanya.

Sementara Bang Zee, semalaman ia mondar-mandir memikirkan keadaan Vana. Tentang dimana dia dan bagaimana keadaannnya.

Berkali-kali bang Zee mencoba menelpon Vana, namun berulang kali Vana merejectnya.

Sekarang sudah memasuki pukul 7 pagi, dan Vana harus sekolah, seharusnya.

Bahkan Vana kemarin belum sempat mengganti seragam sekolahnya dengan baju biasa.

Bang Zee sangat khawatir dengan keadaan Vana. Hingga bel rumahnya berbunyi.

HatinayreminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang