Kelopak Ketiga

23.2K 1.7K 630
                                    

"P'Sing!!"

Shit.

Singto berjalan secepat yang ia bisa, mencoba menghindari bencana yang akan melandanya.

Ia terus mencari sesuatu di dalam tas kerjanya namun tak ketemu juga. Sesekali ia menengok kebelakang berharap bencana itu tak mendekat padanya.

"Mencari ini" seorang gadis kini tengah menggoyang-goyangkan sebuah kunci mobil di depan wajah Singto.

Dengan sigap Singto langsung merebutnya, membuat gadis itu cemberut karena kalah cepat dari tangan ptia tampan itu.

Baru saja Singto ingin masuk ke dalam mobilnya namun gadis dengan dandanan serba ungu ini menghalangi dirinya. Gadis inilah bencana yang tengah Singto hindari.

Singto menghela nafasnya dengan berat. Mau apalagi ini anak. Batinnya.

"P'Sing aku ingin mendiskusikan sesuatu denganmu"

"Kalau tidak penting aku akan pergi"

"Ini sangat penting. Tapi kita tidak bisa membicarakannya disini"

"Disini atau tidak sama sekali"

Gadis itu memayunkan bibirnya. Berharap wajah imut yang tengah ia buat saat ini mampu meluluhkan dinginnya hati sang singa, dan tentu saja usahanya 100% gagal.

"Cepat" ucap Singto dingin.

"Okay. P'Sing kapan kau mau menjadikanku pacarmu?"

Singto mengusap wajahnya dengan kasar. Seharusnya ia tahu apa yang akan dibicarakan gadis manja ini padanya setiap kali mereka bertemu.

"Apa kau tuli? Jawabanku akan selalu sama. Tidak akan pernah"

"P'Sing pernah menciumku bahkan kita pernah tidur bersama! Bukankah itu yang dilakukan sepasang kekasih? Tapi kau malah begini! Aku bukan mainan!" gadis bernama Wawa itu memukul dada Singto berkali-kali.

Singto menggenggam pergelangan tangan Wawa dengan sangat keras, bahkan sepertinya akan meninggalkan bekas nantinya.

"Jangan harap. Kau bahkan terlalu murah untuk jadi mainanku" Singto menatap gadis itu tajam sambil menyeringai sombong.

"Apa P'Sing seorang Apple Blossom? Apa itu yang membuatmu sulit menerima hubungan serius dengan orang lain? Takut kalau jati dirimu terbongkar huh?" ucap Wawa mengejek Singto.

Oh semoga saja Tuhan masih membiarkan Wawa untuk hidup, karena ucapannya barusan sama saja dengan menggali kuburannya sendiri.

"Katakan sekali lagi dan akan kubuat kulitmu menjadi alas kotoran anjing rumahku" Singto mendorong gadis itu kesamping sampai terjatuh.

Ia membuka pintu mobilnya dan mendudukan dirinya di belakang kemudi. Singto melaju pergi tanpa perduli dengan keadaan gadis yang baru saja ia dorong sampai terjatuh tadi.

Entahlah Wawa sudah menjadi gadis keberapa yang Singto tolak, padahal gadis cantik dengan tubuh indah itu tak ada kurangnya. Tak jauh berbeda dengan gadis-gadis lain yang menawarkan diri mereka pada Singto.

Namun tak ada satupun yang mampu membuat seorang Singto Prachaya jatuh cinta dan bertahan disisi mereka atau mungkin belum ada.
.
.
.
"Menginap saja ya?" Cherreen memberikan tawaran kepada Krist yang saat ini tengah membereskan laptopnya.

Mereka berdua kini tengah berada di kamar mewah milik Cherreen, gadis itu baru saja membantu Krist merevisi skripsinya lagi.

"Tidak bisa. Aku belum memberi makan Simba" Krist berjalan keluar dari kamar Cherreen.

(Udah terbit🎉) Singto Krist Story : Apple BlossomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang