"Mmhh.."
"Aah.. Ahh..Hhmmph.."
"Hah.. apa.. kau seorang 'Apple Blossom' hah..?" tanya pria berkulit sawo matang yang tengah terengah-engah itu pada Krist.
Krist bingung.
Jujur atau tidak?
Krist memilih jujur.
Ia menganggukan kepalanya pelan.
"Ah sia...
Suara nyaring seorang wanita paruh baya menyambut Krist dan Singto yang baru saja sampai di rumah setelah perjalanan panjang yang mereka tempuh dari Yunani menuju Thailand.
"Mama!!" Krist yang memang sudah sangat merindukan sosok ibu mertuanya itu langsung berjalan cepat menuju ke arahnya, dan tanpa komando lagi ia menghambur ke dalam pelukannya.
"Mama sangat merindukan menantu dan cucu Mama!" ibu Singto mencium kedua pipi Krist lalu mengelus perut sang menantu dengan lembut.
Singto yang melihat adegan manis antara ibunya dan Krist hanya memutar matanya dengan malas. Dari Santorini sampai Bangkok, koper dan semua barang bawaan Krist dibawakan oleh Singto dan kini seluruh tubuhnya terasa hampir remuk semua. Belanjaan Krist banyak.
"Mama sudah menyiapkan makan malam, kau pasti lapar. Ayo kita makan dulu" ibu Singto menarik tangan Krist menuju meja makan.
Singto mengetuk-ngetukan kakinya di lantai dan menyilangkan kedua tangannya di depan dada sambil melihat sang ibunda dan Krist bergantian dengan tatapan tajam.
Sebenarnya anak kandung Mama itu siapa huh? Aku atau Krist?
Krist menoleh ke arah Singto yang terlihat kesal, padahal sesungguhnya Singto tidaklah kesal, pengacara sombong itu hanya merasa tak suka dengan sikap ibunya yang mulai mengacuhkan dia sejak adanya Krist di rumah mereka. Singto cemburu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sebagai seorang ibu, tentu ibunda Singto tahu jelas tabiat putranya yang sangat angkuh itu. Dengan senyum manisnya yang menghangatkan hati, wanita paruh baya tersebut menghampiri anaknya yang baru datang ke meja makan setelah menaruh seluruh barang-barang miliknya dan Krist di kamar mereka.
"Mama membuat Padthai kesukaan Singto" ucap sang ibunda sambil merangkul tubuh putranya sembari tersenyum penuh kasih.
Singto menggigit bibirnya agar senyuman tak terukir di wajahnya, ia terlalu gengsi untuk mengakui bahwa ia merasa sangat senang dengan ucapan sang ibunda, apalagi di depan Krist.
Krist sebenarnya sudah memperhatikan Singto sejak tadi, ia tahu suaminya itu tengah menahan senyumnya. Krist jadi geli sendiri melihat tingkah menggemaskan Singto. Ingin Krist cium saja rasanya!
Singto menarik bangku dan duduk di samping Krist, tak lama setelah itu Maeng dan Chimon datang untuk bergabung bersama mereka di meja makan.
"Adik iparku tersayang!" Maeng menghampiri Krist lalau memeluknya dengan gemas sambil memberikan kecupan-kecupan kecil di kepala Krist.
"P'Maeng, hands off!" ucap Singto pada Maeng, santai namun tegas.
"Arghh possesive bastard!" Maeng berjalan melewati Singto dan dengan sengaja memukul belakang kepala Singto dengan cukup keras.
"Shit!" Singto melotot ke arah sang kakak yang kini tengah berjoget-joget penuh kemenangan sambil mengusap belakang kepalanya yang terasa berdenyut-denyut.