Kelopak Kesebelas

22.6K 1.7K 948
                                    

"Ai'New"

New yang sedang merapikan beberapa dokumen penting untuk dibawanya ke meja hijau menolehkan wajahnya pada Singto yang sedari tadi terlihat tengah memikirkan sesuatu dengan serius.

"Apa?" New mengangkat kedua alisnya.

"Apa?" New mengangkat kedua alisnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hening sejenak.

"Rasa kemanusiaan itu sebenarnya apa?" Singto bertanya dengan datarnya.

New terdiam. Ia sedang berpikir, sebenarnya Singto itu idiot atau bodoh? bisa-bisanya ia bertanya hal seperti itu padahal dirinya sendiri seorang pengacara.

"Kau sedang tidak waras ya?" New menatap Singto bingung.

"Tsk! Jawab saja pertanyaanku!" Singto mendecakkan lidahnya lalu menatap New dengan tajam.

"Heuh... Rasa kemanusiaan ya... Rasa kemanusiaan" jawab New dengan percaya diri sambil tersenyum ceria.

Kening Singto langsung mengeryit bingung mendengar jawaban New yang sungguh sangat tidak jelas maksudnya itu.

"Bisakah kau memberiku jawaban seperti orang waras pada umumnya?"Singto menaikkan satu alisnya.

"Jadi maksudmu aku tidak waras?" New melotot kesal pada Singto.

"Kau baru sadar?"

"Sialan" New mendengus sebal.

"Lagipula untuk apa kau menanyakan hal itu? Seperti anak baru masuk sekolah saja" New yang tadinya berdiri kini ikut duduk di sofa yang ada di ruangan Singto.

"Aku merasa melakukan hal-hal yang aneh" Singto berkata dengan ragu.

"Aneh bagaimana?" New mulai memakan beberapa kue kering yang ada di meja.

"Aku berpikir bahwa aku mulai merasakan yang namanya rasa kemanusiaan dan rasa sialan itu membuatku melakukan hal-hal aneh diluar kehendakku" Singto mulai merasa bingung sendiri dengan jalan pikirannya. Ah sepertinya dia mulai tertular virus bodoh dari New.

"Huh?"

"Akhir-akhir ini aku mulai menaruh rasa perduli pada orang lain, aku mulai sering merasa khawatir pada orang lain dan yang terburuk adalah, sekarang aku mulai sering memikirkan orang lain. Hal itu terasa sangat aneh dan asing" ucap Singto dengan wajah gusar.

New terdiam.

"Orang lain atau seseorang?" sebuah senyum simpul berhasil tercipta di wajah manis New.

Tak percuma rupanya New berteman dengan Singto selama lebih dari 15 tahun, begitu mendengar keluh kesah sahabatnya itu, ia langsung tahu betul kemana arah pembicaraan ini akan berujung.

"Apa maksudmu?" Singto menatap New dengan serius.

"Kalau kau pikir hal itu yang namanya rasa kemanusiaan maka ku pikir kau salah. Dengar ya, kau masih bisa tersenyum puas saat lawan klienmu kalah padahal mereka yang benar, kau masih bisa melakukan hal-hal kotor untuk mendapatkan bayaran lebih dari klienmu, kau masih bisa berucap kasar pada orang lain padahal sudah jelas kau yang salah" jawab New sambil mengelap tangannya yang penuh remah kue di celananya.

(Udah terbit🎉) Singto Krist Story : Apple BlossomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang