BERDAMAI DENGAN TAKDIR

2.9K 85 2
                                    

Sejak lahir aku sudah kehilangan kedua kakekku. Mereka wafat bahkan sebelum aku dilahirkan. Kemudian aku kehilangan ibu sejak usia satu tahun dan ditinggal ayah saat duduk di bangku kelas empat sekolah dasar. Sebelum ditinggal ayah aku sempat berpisah dengan saudara terdekatku. Kakak yang mengajarkan banyak hal
saat aku masih sangat kecil.

Awalnya aku tak pernah bertanya tentang kepergian dan kehilangan yang datang silih berganti. Tapi sejak kehilangan ayah hati ini mulai bertanya-tanya, mengapa Allah selalu memisahkanku dengan orang-orang yang aku cintai? Adakah Allah tak adil?

Tanya itu terus terulang hingga aku masuk ke dunia perkuliahan. Tahukah kamu Kawan, ketika di awal perkuliahan aku dilanda kehampaan hidup. Sebuah impian besar di mataku lenyap dimakan waktu. Aku yang dulunya ingin masuk ke sebuah universitas terkenal di Jawa Barat, malah terdampar di sebuah pondok pesantren.

Memang itu adalah pilihanku. Namun hati tak bisa dibohongi. Jujur di awal tahun aku sempat merasakan kehampaan hidup.

Hingga ada satu peristiwa yang menjawab semua kegalauan itu. Peristiwa yang membuatku bersyukur atas segala kehilangan-
kehilangan yang telah lalu. Peristiwa yang begitu sederhana namun mengandung hikmah yang luar biasa. Peristiwa itu terjadi di depan mataku sendiri.

Seorang teman berjalan dengan sangat hati-hati. Lantai yang licin membuatnya harus melangkah satu-satu. Dari awal menuruni anak tangga ia berhasil. Namun ketika menyisakan satu anak tangga lagi, dia jatuh tersungkur basah. Melihat itu aku terdiam lama. Benarlah apa yang telah Allah tuliskan untuk kita pasti akan menimpa. Apa yang tidak Allah tuliskan untuk kita tidak akan pernah menjadi milik kita. Tak akan celaka kalau Allah takdirkan selamat, tidak akan selamat jika ditakdirkan celaka.

"Tiada sesuatu bencana yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah." (Al-Hadid : 22)

"Hai nak, sesungguhnya aku akan mengajarimu beberapa kalimat: Jagalah Allah niscaya Dia akan menjagamu, jagalah Allah niscaya kau akan menemui-Nya berada di hadapanmu. Bila kau meminta maka mintalah pada Allah dan bila kau meminta pertolongan maka mintalah kepada Allah. Ketahuilah sesungguhnya seandainya seluruh manusia bersatu untuk memberimu manfaat, niscaya mereka tidak akan memberi manfaat apa pun kepadamu selain yang telah ditakdirkan Allah untukmu. Dan seandainya mereka bersatu untuk membahayakanmu, niscaya mereka tidak akan membahayakanmu sama sekali kecuali yang telah ditakdirkan Allah atasmu. Pena-pena (penulis takdir) telah diangkat dan lembaran-lembaran (tempat menulis takdir) telah kering." (HR. At-Tirmizi)

Untuk itu Kawan, jangan pernah takut dan sedih selama kamu seorang muslim. Karena yang menimpa, seorang muslim semuanya adalah kebaikan. Jika itu nikmat maka syukur menjadi teman. Andaipun musibah maka sabar adalah obat.

Peristiwa sederhana itu menjadi titik tolak hidupku. Sejak peristiwa itu aku bisa berdamai dengan takdir. Menerima semua yang telah Allah takdirkan tanpa bertanya kenapa. Karena yakin semua itu adalah yang terbaik. Maka berdamailah dengan takdir yang menimpamu wahai hati. Ikhlaskan apa yang telah terjadi. Allah itu Maha Adil dan Bijaksana. Dia tidak akan menguji di luar batas kemampuan hamba-Nya.

Cinta dan Kehilangan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang