2. Guru Baru

7.9K 1.3K 75
                                    

"Salju, Surya di luar itu."

Beratus kali gedor-gedor pintu pun, Salju enggan keluar. Tubuhnya pegal-pegal dan terasa nyeri, tetapi Surya menambah keruwetan semuanya. Bagaimana tidak, tadi malam Surya membuatkannya puisi di secarik kertas. Kira-kira, isinya begini;

Semerbakmu membuatku rindu
Kau bunga raflesia.

Sinting! Surya kira Salju bau apa gimana?

"Salju ngantuk, Ma!" teriak Salju lalu kembali mendekap keropinya.

Tidak ada suara lagi. Mungkin mamanya sudah menyuruh Surya pulang. Baguslah, ia sedang tidak mood untuk melayani kegilaan Surya. Seharian ia tidur, sepertinya tamu bulanan akan segera datang.

Salju hampir terlelap saat tiba-tiba suara menggelegar itu terdengar. Ia membuka mata dan menjerit melihat Surya yang sudah bersedekap di depannya.

"Surya! Gimana lo bisa masuk?"

"Mama lo punya kunci cadangan." Surya nyengir tanpa dosa.

Baiklah, terserah Surya saja mau apa. Ia sedang lelah sekali hari ini.

"Lo beneran ngambek, ya?" tanya Surya sembari mendekat, duduk di pinggiran tempat tidur.

"Udah nggak."

"Kalo nggak, kenapa—"

"Surya, gue lagi pegal-pegal ini. Capek, ngantuk. Lo pulang aja."

Surya mengernyit. Lalu dia menjentikkan jari. Ia sangat tahu jika sedang seperti itu, artinya Salju sedang menunggu si tamu datang.

"Ya udah. Istirahat, gih. Jangan lupa besok bawa pembalut, siapa tahu keluar di sekolah. Gue nggak mau disuruh beli pembalut di koperasi lagi."

"Siapa juga yang nyuruh lo. Pede!"

"Besok kita temuin cowok yang ngasih lo puisi. Biar mood-lo nggak kayak roller coaster."

"Terserah!"

***

Ada orang aneh yang tiba-tiba masuk kelas Salju dan Surya. Lelaki berkacamata dengan rambut super cepak dan tubuh tinggi itu adalah kiriman guru Fisika. Tentu saja disuruh mengajari kelas mereka. Umur membuat Pak Wanto—guru Fisika—terkadang susah berjalan kalau sedang kumat. Jadi lebih sering mengerahkan anak kandungnya yang notabene pemenang olimpiade itu untuk mengisi jam pelajaran.

Ini kali pertamanya kelas 12 IPA 3 diajari oleh anak Pak Wanto walau kabar itu sering didengar. Dengar-dengar, Rinto itu memang sangat pintar.

"Wahai, saki," ujar Rinto.

Dan aneh.

"Apa itu saki?"

Berbagai pertanyaan terlontar dari mulut siswa di dalam kelas. Tetapi mereka enggan bertanya.

"Perkenalkan. Sahaya utusan Bapanda Wanto terkasih. Rinto Wanto Prakoso."

Astaga. Semua siswa langsung menahan tawa, membuat Rinto mengernyit heran.

"Bukan salah Ibu mengandung. Bukan salah nama disandang. Wahai, sejawat. Ada apa gerangankah saki menertawakan daku?"

Salju mencubit lengan Surya demi menahan tawanya. Tidak ada yang tertawa berlebihan, hanya menahannya sampai banyak yang izin ke kamar mandi. Rinto sepertinya menikmati suasana kelas itu. Buktinya, tidak ada kesan marah sama sekali dalam wajahnya. Lelaki itu bahkan sangat ramah dan telaten dalam mengajar, membuat beberapa siswa mengidolakan guru baru itu dalam beberapa menit saja.

SURYA & SALJUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang