Tikungan 30

5K 928 158
                                    

Sebenernya panjang, tapi saya bagi 2 kali update haha. Akan update lagi kalau komennya bikin semangat buat edit part selanjutnya😋

Happy reading❤️
***

"Gue bingung kenapa kalo pergi ke mana-mana, barang-barang gue jadi nggak muat di koper pas pulang. Padahal nggak nambah baju apa-apa. Aneh banget," gerutu Gita sambil masuk ke kursi penumpang depan.

"Lo kebanyakan bawa oleh-oleh kali, Git," celetuk Edwin yang sedang memasukkan barang-barang mereka semua ke bagasi dibantu Surya. Aldo dan Gagah sepertinya sangat kelelahan sampai tepar di dalam mobil.

"Enggak," teriak Gita. "Koper gue isinya sama kayak pas berangkat. Atau emang cuma cewek yang kayak gitu, ya. Lo iya, Sal?"

"Eh, apa?" Salju tersentak mendapat pertanyaan dadakan itu.

"Lo capek banget emangnya sampai nggak denger padahal lagi melek gitu?"

Salju mengangguk singkat daripada harus beralasan. Ia tidak capek karena liburan. Itu akan mengasyikkan kalau tidak terjadi hal-hal yang menimpanya di hari pertama liburan itu.

"Istirahat." Surya mengusap pelan puncak kepala Salju, dari kursi belakang. Ia terpaksa duduk di belakang bersama Aldo yang sudah tepar karena Gagah juga sudah tertidur pulas di kursi tengah. Giliran Edwin yang masih segar bugar menyetir.

Perjalanan terasa berbanding terbalik dengan keberangkatan kemarin. Salju pikir, mungkin semuanya memang sudah tertidur. Ia memutuskan menikmati jalanan lewat kaca mobil di kanannya. Surya memang tetap seperti itu, nyeleneh kalau berbicara padanya. Jadi pemikirannya benar, Surya hanya iseng mau menciumnya kemarin.

Lama-lama, Salju merasa kantuk mulai menderanya. Berkali-kali kepalanya terantuk pintu mobil dan itu membuatnya kesal luar biasa. Tapi bagaimana lagi, tidak mungkin ia bersandar pada Gagah.

Sedangkan Surya tepat di belakang Salju, memperhatikan cewek itu tanpa jeda. Salju mengantuk, ia tahu, tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa. Salju butuh berjarak dengannya sebentar saja. Perlakuannya kemarin memang keterlaluan. Mungkin tidak ada yang tahu, tapi Surya hampir keceplosan mengutarakan perasaannya malam itu. Kelebat masa lalu tiba-tiba muncul di pikirannya, membuat kata-katanya tak pernah sampai pada Salju.

Surya memang sepengecut itu.

"Eh, Sur."

Bisikan itu membuat Surya menoleh ke depan. Ia baru sadar sedari tadi melamun lumayan lama. Dilihatnya Gagah menoleh padanya, menunjuk kepala Salju yang bersandar di bahunya.

"Tuker tempat," bisik Gagah lagi.

Surya menggeleng. "Nggak apa-apa. Entar dia kebangun."

"Tapi ... Tuh, kan." Gagah berdecak saat Salju mulai duduk tegak lagi dan kepalanya malah terantuk pintu mobil di kanannya. "Kasian dia. Lo sini."

Mau tidak mau akhirnya Surya mengangguk. Ia melompat ke kursi tengah setelah Gagah berpindah ke belakang. Ia mendekat ke Salju, diraihnya kepala cewek itu dan disandarkan di bahunya. Gerak refleks Salju yang langsung memeluk pinggangnya membuat Surya tersenyum kecil. Ia mengecup puncak kepala Salju lumayan lama, membisikkan kata-kata, "Gue minta maaf, Sal."

Tetap seperti itu sampai mobil berhenti di depan rumah Salju beberapa jam kemudian. Salju yang lebih dulu membuka mata. Kepalanya terasa sedikit terasa berat dan ia menyadari kalau kepala Surya disandarkan tepat di puncak kepalanya. Tangan Salju terangkat dan menepuk pipi Surya pelan. "Surya, bangun. Udah sampai."

"Woy, Sur. Bangun! Mimpi apa lo sampai peluk-peluk Salju gitu?"

"Mimpi basah, Do!" Gagah terkikik.

SURYA & SALJUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang