Gagap

591 9 0
                                    

"An," panggil Tonya. "Lu gagap bukan sih?"

Ani terhenyak. Dia langsung menggebrak meja dan berteriak, "Aku menegaskan 'tidak'!"

"Heee...tapi ada saatnya kau gagap dan aku masih bertanya-tanya kapan itu."

"Memangnya lucu kalau aku gagap?! Tsk, jahat sekali."

"Nya, kantin yuk," ajak Eka yang sudah menyelesaikan catatannya.

Tonya berpikir sebentar, lalu mengerti maksud Eka. "Oke."

Jeni menyahut, "Gue juga dong! An, ayo."

Ani menggeleng, "Nggak ah. Males."

Jeni menghela napas. Mungkin saat ke kantin nanti, dia harus membelikan temannya susu kemasan. Kalsiumnya pasti akan habis dalam beberapa saat nanti.

Setelah ketiga temannya pergi, Ani baru sadar bahwa di barisannya hanya tersisa dia dan Yoga. Seketika itu juga, Yoga mengajaknya bicara, "An, PRmu sudah?"

"Hm? P-P-PR y-yang ma-na?"

"Matematika. Pinjem punya Jeni, dong," pinta Yoga.

"T-tunggu. Aku...aku m-masih men-men-menyalin punyanya."

"Tidak apa-apa. Biar kufoto dulu."

"Eh? Oh...o-oke..."

Ani melanturkan buku Jeni ke belakang. Yoga menerimanya lalu memoto PR Jeni. Saat itu, Ani terlalu fokus melihat wajah Yoga yang serius pada kegiatannya, sampai-sampai tidak sadar bahwa teman-temannya sudah kembali. Yoga juga sudah selesai memoto, ketika dia melihat ke Ani, Ani terkejut dan wajahnya langsung memerah. Ani mengambil lagi buku Jeni dan melanjutkan kegiatan menyalinnya.

"An, punya gunting?" tanya Eka yang kesulitan membuka bungkus jajanannya.

"P-punya! T-tunggu...sebentar..." Ani menoleh ke belakang dan sebisa mungkin menghindari kontak mata dengan Yoga.

Jeni memberikan Ani sekotak susu rasa strawberry. "Nih, kalsium."

"Eh?! Ah?! T-tapi...aku t-tidak memesannya!" Ani tak sengaja melirik Tonya yang memasang pose berpikir dengan jari di dagunya.

Hmm, sepertinya aku mulai mengerti apa yang membuatnya gagap, pikir Tonya.

Fedom!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang