Third

38 6 0
                                    

Selma POV

Ku lihat jam masih berada pada pukul 5 pagi. Hffftt.. entahlah, tidak biasanya aku bangun tidur jam segini. Padahal aku hanya memikirkan kak Daffa. Aku khawatir dengan keadaan dia, apalagi ketika terakhir kali ku lihat wajahnya penuh memar.

Aku langsung menuju kamar mandi untuk bersiap berangkat ke sekolah. Hari ini mungkin aku akan datang lebih pagi.

Ketika aku sedang memakai sepatu, pintu kamar ku di ketuk.
"Selma, sayang kamu sudah bangun?." Suara seorang wanita, yang ku tebak pasti ibuku.
"Iya Bun." Jawabku sambil membuka pintu.
"Wah, tumben banget jam segini udah rapih."
Kata Bunda.

Kami berdua menuju meja makan untuk sarapan. Aku melihat di sana sudah ada Ayah dan Bang Adit.

"Pagi semua." Sapa ku.
"Pagi sayang." "Pagi juga dek." Kata Ayah dan Bang Adit berbarengan.

Aku duduk di sebelah Bang Adit.
"Dek, tumben kamu udah bangun? Udah rapih malahan." Tanya Bang Adit.
"Hehehe, iya nih Bang. Aku lagi pengen dateng pagi aja." Jawabku.
"Hmm...pasti ada sesuatu kan?." Selidiknya.
"Ng-nggak kok, Bang Adit sok tau deh." Jawabku gugup.

Ayah dan Bunda hanya tertawa mendengar obrolan kami.
"Udah udah, kita sarapan sekarang." Lerai Bunda.

Setelah selesai sarapan. Aku berangkat ke sekolah di antar oleh Bang Adit. Ketika aku ingin masuk ke dalam mobil. Aku pun teringat sesuatu.

"Eh iya. Bang Adit tunggu sebentar ya. Ada yang tertinggal." Kataku sambil menepuk jidat.
"Kamu gimana sih dek. Yauda ambil sana. Bang Adit tunggu mobil ya." Katanya.

Aku berlari ke kamarku dan mengambil coklat di laci nakas ku. Setelah itu, aku berangkat ke sekolah.

                                   ◎◎◎

Aku sampai di sekolah. Sekolah masih sepi, tentu saja karena sekarang masih jam 06.30. Sedangkan bel masuk pukul 07.30.

Aku menjatuhkan bokong ku ketika sampai di tempat duduk ku. Aku mengeluarkan coklat dan sticky notes berwarna kuning. Aku menuliskan sesuatu dan menempelkan nya pada coklat itu.

Aku berjalan santai sambil bersenandung ria. Karena sekolah masih sepi, aku tidak perlu khawatir ataupun mengendap-endap.

Aku menuju loker kelas 11. Yah benar, aku ingin ke loker kak Daffa. Setelah menemukan loker itu, aku membukanya dan melihat isi lokernya.

Yess, gak ada kotak obatnya. Berarti udah di ambil sama kak Daffa. Duhh.. senangnya. Batinku.

Aku meletakkan coklat di dalam loker, di atas baju olahraganya. Setelah selesai, aku pun berjalan menuju kelasku.

                                     ◎◎◎

Bel sudah berbunyi. Dan pelajaran pun akan segera di mulai. Hari ini aku sangat bersemangat. Kenapa? Ya kalian tau sendiri.

Aku belum menceritakan tentang kak Daffa kepada Felisha. Aku pikir nanti aja, karena kita hanya bertemu di sekolah. Dan di sekolah pasti banyak sekali mata dan telinga yang bisa memergoki ku.

"Woy, Sel. Kamu kenapa? Kok dari tadi senyum gak jelas?." Tanyanya heran.
"Gak kenapa-kenapa kok Fel." Jawabku sambil nyengir.

Feli menempelkan tangannya ke dahi ku.
"Gak panas kok, atau jangan-jangan dia kerasukan?" Gumamnya masih bisa ku dengar.
Aku memukul pelan tangannya yang ada di dahi ku.
"Ih apa sih Fel, I'm okay."

Perdebatan kita berhenti lantaran guru telah memasuki kelas.

                                    ◎◎◎

Daffa POV

Hari ini seperti biasa, sekolah. Aku sampai di sekolah pukul 07.45. Yah, itu artinya aku telat, sementara pintu gerbang sudah di tutup.

Aku memutuskan ke warung di samping sekolah ku. Membeli rokok dan kopi. Eittss...itu bukan untukku. Tapi untuk pak satpam. Aku akan menyogoknya hehe.

"Stt..stt pak satpam buka pintunya dong. Saya udah beli rokok sama kopi nih. Saya janji deh gak bakal telat lagi." Kataku sambil menunjukan muka memelas.

"Kamu lagi Daffa. Saya sudah bosan lihat kamu telat terus. Kali ini tidak akan saya biarkan kamu masuk." Katanya tegas.
"Yah bapak. Saya tambahin deh ini. Saya janji kalo bapak bukain pintunya, saya setiap hari bakal beli in bapak kopi sama rokok."

Pak satpam terdiam. Aku tau pasti dia sedang bimbang. Haha rasakan. Batinku bersorak.

"Hah, ya sudah kamu masuk sana." Kata pak satpam sambil menghela nafas.
Yass, sorakku dalam hati.
"Makasih ya pak."

Aku berlari menuju loker. Hari ini adalah jadwal kelas ku untuk olahraga. Aku membuka loker dan menatap heran ada sebuah coklat. Dengan sticky notes berwarna kuning.

Aku mengambil coklat itu dan membaca sticky notesnya. Tulisan tangannya sama dengan tulisan di sticky notes yang kemarin.

Aku benci dengan orang yang bermain petak umpat. Aku benci untuk memikirkan siapa yang memberikan ini. Aku benci jika seperti ini. Tapi di sisi lain aku juga penasaran.

Aku membaca sticky notes itu.

To: Daffa

Hai kak ;), apa kabar? Semoga luka kakak udah sembuh ya. Oh iya, hari ini aku bawa coklat untuk kakak. Tau gak kenapa aku bawa coklat? Supaya mood kakak lebih baik dengan makan coklat itu. Jangan lupa di makan ya kak. Dan semangat untuk hari ini.

From: SSA

Aku bingung. Siapa itu SSA? Kelas berapa dia?.
Aku membawa coklat itu. Mungkin akan ku berikan kepada kedua sahabat ku. Aku tidak akan memakai atau memakan pemberian dari 'dia' jika aku belum tahu 'dia' siapa.

Oh iya soal obat kemarin. Obat itu memang aku pakai, karena aku tidak tahu jika 'dia' akan melakukan ini lagi.

Kita tunggu dan lihat. Siapa kah yang berani melakukan hal seperti ini. Dan aku tidak akan tinggal diam jika aku sudah mengetahui siapakah dalang di balik ini. Batinku menyeringai.

Aku mengganti seragam ku dengan baju olahraga. Dan berlari ke arah lapangan untuk mengikuti pelajaran olahraga.







Hai readers. Vote and comments yaps.
Semoga suka.
Happy Reading ;).

to be a Stalker and Secret Admirer [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang