Ninth

23 3 0
                                    

Selma POV

Setelah meletakkan obat merah serta plester ke dalam loker Kak Daffa, tentu secara diam-diam. Aku berjalan kembali ke kelas. Aku heran, kenapa dia suka sekali berkelahi, apa tidak ada cara yang lain? Apakah dia tidak tahu kalau berkelahi itu merugikan diri sendiri. Ketika aku sedang asik dengan pikiranku, tiba-tiba dari lawan arah aku hampir bertabrakan dengan pria yang pernah berkelahi juga dengan Kak Daffa, dia adalah Kevin. Ya, setelah kejadian mereka bertengkar aku langsung mencari informasi tentang Kak Kevin. Ternyata dia adalah musuh bebuyutan dari Kak Daffa. Hufftt, pantas aja mereka berkelahi, pikirku.

"Lo kalo jalan liat-liat dong!." Katanya sambil melotot.
"Sorry Kak, aku tadi lagi ngelamun." Jawabku menundukkan kepala.
"Emang ini jalan punya nenek moyang lo? Lain kali kalo jalan hati-hati!." Ketusnya kemudian berlalu pergi.

Hmm, kenapa dia marah-marah gak jelas? Lagi sakit perut kali ya? Atau lagi lapar? Atau lagi kesurupan? pikirku horor.

Lagian kenapa harus marah? Aku kan udah minta maaf, apa dia gak dengar aku minta maaf tadi? Ya sudahlah.

Setelah sampai kelas, aku bersiap untuk pulang. Felisha sudah pulang terlebih dahulu sebelum bel pulang berbunyi. Karena hari ini ada turnamen, jadi pihak sekolah melakukan free day untuk hari ini.

Aku berjalan menuju gerbang sekolah sambil mencoba mengabari Bang Adit.

Bang hari ini bisa jemput aku gak?.

Bisa dek. Emang kamu pulang kapan?.

Sekarang Bang, aku tunggu di depan gerbang ya.

Oke. Wait ya.

Sip.

Dua puluh menit kemudian Bang Adit sudah datang. Aku langsung masuk ke mobil dan mobil melaju dengan kecepatan rata-rata.

"Bang Adit emang gak ada jam kuliah?." Tanya ku sambil memasang seatbelt.
"Gak ada dek. Bang Adit lagi free." Katanya dengan pandangan yang masih fokus ke jalan.

Aku hanya ber'oh'ria, setelah itu hening, tidak ada percakapan. Tidak lama kemudian ponsel ku berbunyi pertanda pesan masuk. Oh ternyata itu dari Feli.

Sel kamu udah sampai rumah?.

Belom Fel. Aku masih di jalan.

Ohgitu. Dijemput?.

Iya, sama Bang Adit.

Oh oke deh, titip salam sama Bang Adit ya.

Oke.

Aku mengernyitkan dahi, Feli kenapa sih? Aneh pas aku bilang Bang Adit. Tapi sudahlah, pening kepalaku kalo mikirin Feli yang kadang suka freak. Hehe tapi dia tetep sahabat ku.

"Bang.." Panggil ku yang di bales dengan deheman.
"Ada salam dari Feli." Kataku sambil memainkan ponsel. Bang Adit hanya membalas dengan deheman, lagi. Dia itu lagi sariawan atau bau mulut sih. Aneh.

Ketika aku ingin bertanya. Mobil berhenti, ternyata aku sudah sampai rumah. Aku keluar dari mobil, sebelum itu aku mengucapkan terimakasih kepada Bang Adit.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 09, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

to be a Stalker and Secret Admirer [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang